Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Freeport Lihat Porgera-Nugini Mencipta Longsor & Kubur 2000 Orang Hidup

28 Mei 2024   01:50 Diperbarui: 28 Mei 2024   22:13 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumlah korban terkubur tanah longsor terkubur hidup mencapai lebih dari 2.000 orang yang melanda sebuah desa dan kamp kerja di Papua Nugini pada hari Jumat (24/5/2024) di dataran tinggi daerah Enga bagian utara Papua yang terpencil itu, menurut pihak berwenang dari badan National Disaster Centre. 

Tambang Porgera di Papua Nugini beroperasi tanpa batasan atau undang undang lingkungan hidup seperti di Indonesia dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ditambah dengan PP Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Apakah berarti Freeport telah memenuhi undang undang dan peraturan tersebut? Sehingga korbannya minimal atau 2 orang meninggal dan masih harus mengevakuasi 14 orang.

Senin kemarin petinggi operator Barrick Gold mengatakan masih memiliki cukup bahan bakar untuk survive di lokasi selama 40 hari,  setelah tanah longsor besar terjadi di provinsi tempat tambang tersebut berada. Dan karena medan yang berbahaya menghambat bantuan makanan ke pertambangan itu dan bahkan menurunkan harapan untuk menemukan korban selamat. 

Tambang Porgera adalah tambang emas bawah tanah yang dijalankan bersama oleh Barrick Gold, Zijin Mining Tiongkok dan pemangku kepentingan dari Papua Nugini, menurut situs web Barrick. Tambang tersebut dimulai kembali awal tahun ini setelah mengalami perselisihan selama empat tahun. Berarti selama 4 tahun belakangan ini lokasi ini relatif aman dari banjir dan longsor, walaupun el Nino senantiasa selalu mengancam dengan hujan lebat dan banjir, bahkan di Indonesia digunakan untuk bahan kampanye Bansos yang membanjiri pencoblosan capres el Nino.

Barrick dalam pernyataannya mengatakan bahwa perusahaan tambang emas Porgera akan selalu memberikan dukungan kepada para penyintas runtuhnya lereng gunung, yang terjadi 30 km dari tambang emasnya. 

Awalnya, ketika diumumkan jumlah korban tewas resmi hanya lusinan tetapi terus melonjak dari menjadi 670 orang, bahkan dinyatakan terakhir korban lebih dari 2.000 orang dan menyebabkan kerusakan besar pada bangunan, kebun pangan, dan menimbulkan dampak besar pada jalur perekonomian negara," kata Lusete Laso Mana, pejabat di pusat bencana nasional, dalam sebuah siaran pers. Mengapa harus meminimalkan jumlah korban seperti pada kasus bencana korporasi lainnya di seluruh dunia? Seperti biasanya mereka punya naluri survival atau bahkan motif profit untuk melindungi investasi dan keuntungan besarnya. 

Lebih menyedihkan lagi,  bahwa upaya penyelamatan terus menjadi tantangan, mengingat jalan utama menuju daerah tersebut diblokir atau macet tersumbat banyak kendaraan. Mencapai korban selamat juga terbukti menjadi sebuah tantangan besar, karena jalan raya yang dan alasan utama kondisi tanah yang tidak stabil "menimbulkan bahaya terus-menerus" bagi para pekerja penyelamat menurut pemerintah setempat. Dijelaskan lebih rinci bahwa tanah tetap belum stabil karena air mengalir di bawah bebatuan, menggeser daratan dan "menimbulkan bahaya yang berkelanjutan baik bagi tim penyelamat maupun para penyintas." 

Wilayah di Provinsi Enga ini berpenduduk padat dan terletak di dekat tambang emas Porgera yang dioperasikan oleh Barrick Gold, sebuah perusahaan yang berbasis di Kanada, bekerja sama dengan Zijin Mining, sebuah grup Tiongkok. Ini adalah wilayah hutan yang terpencil dan sulit. Negara ini mirip dengan bagian pulau yang berada di Indonesia yang kaya akan sumber daya alam namun perbedaannya adalah mereka ini sebagian besar masih terbelakang, sehingga sangat rentan terhadap bencana alam yang sering terjadi dan mudah dieksploitasi.

Mulai hari Selasa (27/5/2024), para pejabat PBB telah memantau situasi ini dengan cermat. Dan dengan perkiraan terbaru yang ada, mereka menekankan bahwa kebutuhan bantuan akan bersifat jangka panjang dan rumit. Situasi ini memerlukan tindakan segera dan dukungan internasional untuk mengurangi kerugian lebih lanjut dan memberikan bantuan penting kepada mereka yang terkena dampak," kata Anne Mandal, juru bicara Organisasi Internasional untuk Migrasi PBB. Pertanyaannya Berapa porsi bantuan perusahaan Barrick dan berapa porsi bantuan internasional yang Indonesia juga ada didalamnya? Atau waktu mendulang untung apakah juga memperkirakan akan mengganti ini semua akibat penambangan ugal ugalan tanpa memperindahkan kelestarian alam yang rusak dan tidak bisa menahan lagi kerusakan yang akan lebih parah dari penambangan tanpa batas ini. 

Selama akhir pekan, badan tersebut memperkirakan bahwa, selain jumlah korban tewas dan hilang, lebih dari 250 rumah telah ditinggalkan karena warga khawatir akan terjadi longsor susulan lagi, menunggu hujan dan banjir yang akan terjadi, dan sekitar 1.250 orang telah mengungsi. Apakah waktu mengungsi mereka mendapat bekal dari penambangan emas yang sangat menguntungkan ini, mungkin sebanyak satu ons lempengan emas per keluarga? Atau menyerahkan semua penanganan dan biayanya ke pemerintah setempat dan PBB karena tragedi ini sangat menyusahkan perusahaan Barrick sehingga penikmat keuntungannya menjadi pusing karena berarti aliran dananya akan macet untuk sementara? Inilah paradoks yang dialami penduduk asli setempat yang membiarkan atau tidak mampu membatasi kemungkinan hancurnya ekologi dan keberlangsungan hidup mereka seperti pada setiap harinya.  

Mencapai para penyintas terbukti merupakan tantangan yang sangat besar. Konvoi bantuan mencapai daerah tersebut pada Sabtu sore untuk mengirimkan terpal dan air, namun tidak ada makanan. Pada hari Minggu, pemerintah setempat mengamankan makanan dan air untuk sekitar 600 orang, menurut PBB, namun peralatan berat masih belum berhasil melewatinya, sehingga masyarakat harus mencari mayat di puing-puing yang berbahaya dan tidak stabil dengan menggunakan sekop kecil dan garpu rumput.

Misi penyelamatan juga mengalami hambatan dari adanya konflik antar suku yang juga menambah risiko penyelamatan pascabencana. Terbukti dengan adanya penambangan pasti ada suku yang dipekerjakan, jangan salah mengartikan dengan kata  diuntungkan seperti keuntungan pemilik perusahaan tambang yang diberitakan memiliki biaya sangat minim. Berarti ada suku yang tidak dipekerjakan atau yang kepala sukunya tidak mendapatkan suap atau kata manisnya konsesi.

Ruth Kissam, ketua komunitas SAR dari Provinsi Enga, mengatakan hambatan penyelamatan ini harus memperhitungkan risiko batu-batu besar yang selalu berjatuhan, karena tanah tumpuannya tergerus air dan hilang, ini juga kemungkinan bisa menimpa anggotanya. Bahkan bencana tanah dan batu besar longsor ini mulai membesar sampai menjangkau cakupan yang lebih luas dan menimpa daerah, pemukiman di kota yang ditempati oleh suku lain, berarti akan ada ketegangan, bahkan katanya. "Sudah mulai ada ketegangan antar suku." Apalagi sebelum terjadinya bencana, wilayah tersebut telah mengalami bentrokan suku yang menyebabkan masyarakat mengungsi dari desa-desa sekitar. Konsentrasi pengungsian masyarakat korban perang suku inilah yang mayoritas adalah korban kubur dalam bencana tanah longsor ini. Misi penyelamatan ini diperumit dengan dikuncinya sebagian besar wilayah Enga sejak bulan September tahun lalu, oleh pemerintah. Tantangan penyelamatan di daerah yang sudah dikunci pemerintah ini adalah  juga termasuk diberlakukannya jam malam, dan larangan penerbangan masuk atau keluar, yang diterapkan. Inilah nilai kemanusiaan yang diterapkan pada masyarakat pinggiran dan terbelakang. Mungkin anggota masyarakat adat suku suku ini tidak ada yang tahu atau melek tentang hak asasi atau hak protes, demonstrasi atau mengajukan tuntutan hak mereka ke pengadilan nasional maupun internasional seperti saudaranya di seberang perbatasan yang selalu didukung oleh Papua Nugini dan Australia beserta negara kepulauan Oseania.

Kini, ketika tim SAR melakukan pencarian orang mati dan hidup terus berlanjut, kemarahan dan kekerasan dari konflik antar suku ini semakin meningkat, seperti yang terjadi pada hari Sabtu pagi, pertengkaran terjadi antara dua klan, menyebabkan banyak orang tewas dan puluhan rumah terbakar, kata Serhan Aktoprak, kepala misi di kantor Organisasi Internasional untuk Migrasi di Papua Nugini. Ia menambahkan, ancaman kekerasan membuat penyaluran bantuan menjadi lebih sulit. 

Semua badan nasional maupun internasional menyerukan perlunya ketenangan. Pejabat pemerintah setempat mengatakan "Setelah pemeriksaan yang dilakukan oleh tim, diputuskan bahwa kerusakannya parah dan memerlukan tindakan segera dan kolaboratif dari semua pemain,"  

Awalnya, tanah longsor melanda desa tersebut sekitar pukul 03.00 pada hari Jumat, saat semua warga sedang tertidur. Tiba tiba, banyak batu besar berjatuhan longsor bersama dengan tanah penyangganya dan mengubur rumah-rumah dan memutus jalan raya utama. Banyak batuan besar berukuran lebih dari ukuran kontainer besi mengenai wilayah yang sering dilanda badai besar dan gempa bumi.  Bahkan presiden Amerika Joe Biden mengatakan dalam menyampaikan dukanya "Jill dan saya sedih atas hilangnya nyawa dan kehancuran yang disebabkan oleh tanah longsor di Papua Nugini," kata Presiden Biden dalam sebuah pernyataan setelah bencana tersebut. "Doa kami untuk semua keluarga yang terkena dampak tragedi ini dan semua pihak yang memberikan bantuan pertama yang menempatkan diri mereka dalam bahaya untuk membantu sesama warga."

Kita bertanya apakah sebegitu menguntungkannya tambang Porgera sehingga kebesaran bencana ini tidak bisa mengalahkan untung dari perusahaan tambang Barrick? Sementara menurut data tahun 2020 perimbangan produksi Porgera 35% dan Freeport 65% dari eksploitasi di pulau Papua. Keduanya sama jarak jauhnya dari perbatasan dengan negara Nugini, juga sama sama menambang di tanah pegunungan yang sama bercuaca dan ekologi sama. Perbedaannya Freeport terbatasi oleh undang undang dan peraturan lingkungan hidup versi Indonesia, dan sebaliknya Porgera bebas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun