Seringkali, perfectionist muncul dalam bentuk menunda-nunda karena kondisi tidak "sempurna" atau dalam citra diri yang negatif.
Saat masa kanak-kanak, gejala ADHD dapat membuat anak-anak menjadi sasaran kritik berlebihan dan hukuman. Hiperaktivitas dapat mengganggu rutinitas, sementara masalah memori dan perhatian dapat membuat pekerjaan sekolah dan tugas rumah sulit diselesaikan.
Studi juga menemukan korelasi kuat antara perfectionist dan impulsivitas, yang merupakan gejala lain dari ADHD. Bersama-sama, mereka membentuk lingkaran umpan balik negatif di mana seseorang dengan ADHD menetapkan standar yang tidak mungkin dicapai, gagal memenuhi standar tersebut, dan membuat keputusan impulsif karena frustasi. Keputusan ini kemudian dapat memiliki konsekuensi negatif yang lebih lanjut dan memperkuat ide bahwa mereka tidak berharga.
Impulsivitas dan disfungsi eksekutif menyebabkan Anda mengabaikan kebutuhan dasar seperti nutrisi dan kebersihan, melupakan tenggat waktu, meninggalkan tugas setengah jalan, dan kesulitan memulai sesuatu meskipun Anda ingin melakukannya. Hal ini dapat membuat Anda merasa sangat tidak berdaya atas hidup Anda sendiri dan mengisi Anda dengan frustasi dan rasa malu.
Mekanisme Koping yang Tidak Sehat:
Bagi beberapa orang, perfectionist menjadi mekanisme koping yang tidak sehat.
Ini adalah cara untuk mengendalikan setiap detail dengan cermat seolah-olah hanya dengan mencoba lebih keras atau lebih disiplin akan mengatasi disfungsi eksekutif.
Jika Anda atau orang yang Anda cintai mengalami ADHD, pertimbangkan untuk mencari dukungan dan perawatan dari layanan kesehatan mental
Kalau memang mau digabung atau dikombinasikan antara perfeksionis dan ADHD, pertanyaan lebih lanjutnya adalah apa mungkin menggunakan cara yang sama untuk diusahakan mereka mempelajari seberapa parah kepanikan dan ketidak wajaran dalam keadaan fokus yang meloncat loncat? Kalau mereka kita fungsikan secara optimal dengan menggunakan fokus yang kemana saja mereka pikir demi memasukkan variabel kecemasan dan kepanikan mereka secara bersama sama seperti multi tasking, mengingat data selalu valuenya berubah ubah menurut waktu, sehingga mereka mungkin mampu mengelola dan mensinergikan semuanya dalam analisa yang komplit. Mungkinkah menyembuhkan mereka sendiri bahkan penyakit ini akan membawa manfaat dan rejeki yang melimpah? Bukannya Tuhan menciptakan berbagai Talenta bahkan seperti yang paling kompleks dan rumit sekalipun diciptakanNya?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H