Wae Rebo mungkin tempat kuno. Penduduknya hidup karib dengan alam, berselimut kabut, dikelilingi hutan dan pada malam hari mereka bermandikan bintang. Tak ada teknologi yang menjamah. Di sana, kami tidak disibukkan dengan sesuatu atau seseorang yang jauh, memperhatikan layar handphone atau apa. Perhatian sepenuhnya tertuju pada saat ini dan sesama yang hadir dalam perjalanan juga alam semesta yang mengagumkan.Â
Selepas Wae Rebo, saya teringat hidup sesungguhnya adalah kesahajaan. Tapi, manusia macam saya sering memperumitnya. Alam adalah sahabat terdekat manusia, sedang teman (sesama) adalah anugerah (malaikat) yang dihadiahkan Tuhan dalam perjalanan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H