Mohon tunggu...
Iwan Husain
Iwan Husain Mohon Tunggu... Guru - guru

keilmuan dan bisnis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Paradoks Asmara Pelajar dan Urgensinya (Bagian 2)

29 Juni 2023   03:14 Diperbarui: 29 Juni 2023   19:25 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menggugat Asmara Pelajar 

Seperti di jelaskan di awal cinta adalah fitra manusia sehingga sulit untuk di pisahkan dari kehidupan kita. bukan bermaksud untuk menjadi anti terhadap dunia kasmaran, namun harus di kurangi, mengefesienkan waktu yang ada untuk memahami dan mempersiapkan diri menjemput Cinta Sejati, bukan menghilangkan cinta dari kehidupan ini. Sebab segala sesuatu diciptakan didunia didasari atas nama cinta. Ingatlah ketika kita lahir di dunia ini adalah hasil kerja sama dari orang tua kita yang saling mencintai dengan cinta yang tulus dan ikhlas. Asmara yang berlandaskan Nilai kemanusiaan dan Kehormatan.

Mirisnya, Asmara yang yang kita lihat adalah asmara yang melahirkan aborsi, asmara menciptakan kemiskinan, asmara yang disahkan secara paksa dispensasi KUA, nyata adalah kecerobohan, asmara yang melahirkan kebencian. Ironinya sepotong kata cinta dapat memperkosa perempuan. Kita tidak lagi melihat asmara seperti di gambarkan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra, Asmara Romeo Juliet, Qais dan Layla.

Realitas hari ini kampus dijadikan wadah kontak jodoh. Dari berbagai sudut Penjuru wilayah, kampung, suku, ras, agama, terhimpun di dalam kampus. Tidak jarang terjalin hubungan asmara praktis kurun waktu 4 tahun itu dan cinta di obral dengan kalimat sebagai penyemangat, alasan di lontarkan : batu loncatan, sampingan, hiburan, lebih mengerikan tempat makan bagi laki-laki perokok mati sambung. 

Rokonya surya. Hingga puncaknya simulasi pernikahan yaitu kawin mawin. Namun Ketika telah berakhir Kaleidoskop perkuliahan kurun waktu 4 tahun maka tibalah masa berakhirnya asmara yang palsu itu. Puncaknya adalah Perpisahan dan kehilangan. Masing-masing sepasang kekasih hilang kontak, putus komunikasi sadar bahwa kehidupan ini bukan hanya persoalan lendir, klimaks, namun jauh lebih penting dari itu adalah kebahagian orang tua, adik, dan meniti karir menata masa depan yang cemerlang. Kampus di jadikan sandiwara asmara untuk menunda perpisahan. 

Dalam diri manusia diumur 18-25 adalah proses pencarian jati diri kita dan mengembangkan potensi diri kita. Ketika asmara merasuki di kehidupan seorang pelajar, harus dipahami ada dikotomi konsentrasi antara cinta dan cita-cita lebih dulu mana yang diprioritaskan. Munafik jika dapat berjalan dengan seirama dalam konteks pelajar.

Juga,Terlalu Naif bagi setiap kalangan mahasiswa (i) membenarkan argumentasi mereka bahwa dengan menjalin hubungan asmara yang tak terhormat (berpacaran) akan menjadi penyemangat (Dorongan Motivasi belajar) kita dalam menjalani aktivitas kampus. Dampak negatifnya adalah ketika putus maka mereka semangat bermahasiswa mereka kurang bahkan galau berhari-hari hanya persoalan romantisme.

Itulah mengapa para ulama islam dan filsuf barat jarang yang ingin melakukan hubungan asmara dengan ikatan yang sah (Nikah). Deretan nama seperti Imam Al-Ghazali, Ibnu Taimiyah, Imam An-Nawawi, Isaac Newton, Immanuel Kant, Spinoza, David Hume,Nicholas Copernicus. Kemungkinan besar mengurus rumah tangga akan menyumbat daya kritis dan dapat menyebabkan minim karya di tengah kesibukan mengurus istri, anak, sandang pangan dan papan. Asumsi penulis jatuh cinta adalah kehilangan daya berpikir kritis, kondisi akal dijadikan babu oleh perasaan demi memikirkan masa depan bersama yang abstrak. 

Orang jatuh cinta membuat seseorang bodoh. Sosok yang dicintainya mendominasi dalam pikiran akal sehatnya.Jatuh cinta pada seseorang dapat lahirkan cinta namun lebih besar melahirkan kebencian. Aneh tapi sulit dirasionalisasi, logika tak mampu menguraikan. Sehingga jatuh cinta kepada pasangan itu satu kekonyolan yang nikmat dan bahagia. Lebih tepatnya cinta itu gila. Gila dimana kondisi akal sehat hilang. Pelajar mengalami gejala kegilaan ringan akibat cinta yang disebut galau dan bucin (budaknya Cinta). Maka jatuh cinta bagi menyandang status pelajar hanyalah menambah masaalah dari masaalah yang bertumpuk-tumpuk. 

masalah diantaranya menurunkan daya kognitif pada pelajar, Contoh yang lebih Reel dalam masyarakat kita jika hafalan tak kuat maka mereka mengatakan " susah juga kalau sudah berkeluarga banyak beban fikiran, susahmi untuk menghafal, mulai turun daya ingatan ta". Ini pemikiran ikatan yang sah dimata agama dan hukum. Bagaimana dengan asmara pelajar yang tak sah (pacaran) namun selalu mengahantui was-was dan ketakutan akan menimbulkan abrasi ilmu pengetahuan pada diri seorang pelajar. lupa dan lenyap ilmu pengetahuan itu pada akhirnya.

Kemudian jika status mahasiswa yang minim karya dan prestasi menjalani hubungan pacaran boleh jadi Skiripsinya pun ia sulit untuk selesaikan lalu memutuskan Resepsi. Tentunya dampak yang didapatkan oleh seorang pelajar ketika menjalin hubungan pacaran secara garis besar: pengekangan dan hilangnya kemerdekaan pribadi, prestasi menurun, tuduhan berzina, pergaulan terbatas, waktu dan uang terbuang sia-sia, tekanan batin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun