Lanjut, Dalam konteks seorang pelajar penulis menganggap perempuan itu sebuah malapetaka, penghambat. jika berbicara ingin mengembangkan setiap potensi diri kita dan berproses di kampus/sekolah. Akan menjadi masaalah di kemudian hari apa bila pacar kita ini mengintervensi untuk membagi meluangkan waktu kita. Bagaimana rumitnya mendapat pacar yang posesif, selalu mempertanyakan keadaan kita di setiap saat. Juga ada hubungan yang sifatnya hanyalah candaan dan mempermainkan perasaan.Penulis mempelajari pada setiap lembaga kampus yang menduduki ketua-ketua lembaga kemahasiswaan, mahasiswa berprestasi di akademik dan non akademik, mempunyai karya adalah mereka yang fokus mengasah diri, mengembangkan potensi diri dan mengexplore bakat mereka, dan tentunya mereka bukan penganut paham bucinisme.
Bagi seorang pelajar, Pisau analisis kita sehingga perempuan tidak menjadi malapetaka dalam meraih cita cita, maka perempuan harus posisikan dia, apakah ia sesuatu yang mendesak atau penting jika status nya seorang pelajar. Juga, menempatkan perempuan dalam konteks asmara apakah ia sesuatu hal mendesak atau penting. Di mulai pertanyaan sederhana ini membaca opini ini penting atau mendesak? Tentunya membaca adalah hal yang penting namun tidak mendesak. Membaca dapat kita jadwalkan di waktu yang lain, dan boleh kita jadwalkan di setiap waktu kosong kita.Kondisi dimana aktivitas tersebut kita kategorikan mendesak, yaitu jika kita tidak melakukan aktivitas tersebut mempunyai konskuensi logis yang tak dapat di ulangi lagi” contohnya seorang pekerja pemadam kebakaran, dan menjenguk orang tua yang sedang sekarat.
Perempuan apakah mendesak atau penting jika statusnya pelajar?
Berangkat dari kerangka berfikir di atas maka asmara bukanlah hal yang mendesak bagi seorang pelajar. Artinya pada fase ini, sebagai pelajar masih dapat kita ulangi pada momen momen tertentu dalam mencari pasangan asmara kita.
Satu keharusan bagi pelajar untuk menyelesaikan misi yang diberikan oleh orang tuanya sebagai harapan keluarga.
Begitu pula perempuan laki-laki bukanlah sesuatu yang mendesak namun penting untuk disuruh-suruh dan manfaatkan tenaga mereka yang kuat.
Di sisi lain perempuan tidak selamanya menjadi malapetaka itu hanya oknum hawa saja sebab manusia di ciptakan begitu sempurna oleh sang pencipta. Namun jika perempuan adalah sumber masaalah. Penulis sepakat.!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H