Mohon tunggu...
Iwan Fauzi
Iwan Fauzi Mohon Tunggu... Bidan - Belajar menulis

Tempat mengarang bebas

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mencintai dengan Banyak Usaha

14 Mei 2021   03:47 Diperbarui: 14 Mei 2021   03:52 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku jatuh cinta kepadanya bukan tanpa alasan, wajahnya yang teduh matanya yang jernih dan suaranya yang selalu terdengar merdu ternyata berhasil membuatku jatuh berkali-kali. 

Tak jarang aku sengaja menunggunya, aku duduk di bawah pohon tempat parkir sepada motor hanya untuk menunggu dan sekedar melihat wajahnya yang nantinya akan aku bawa pulang. 

Hingga akhirnya sore itu di bawah gedung fakultas fuad aku berhasil mendapati senyumnya kembali, meskipun aku tahu senyum itu selalu dia tunjukkan bukan untukku, aku mencurinya diam-diam.

Seseorang pernah mengatakan tidak ada yang lebih menyakitkan akibat jatuh dari cinta dan tidak ada satu orangpun yang ingin sembuh darinya. 

Dan sekarang aku jatuh, aku jatuh berkali-kali dalam perasaan yang aku rawat sendiri, tapi aku mencintainya tidak dalam diam, aku mencintainya dengan banyak usaha, aku meminta kepada Tuhan, berusaha mencari tahu tentangnya, dan selalu menikmati isi media sosialnya, aku hanya tidak berani menunjukan perasaan ini kepadanya.

Bagiku pengalaman masa lalu yang pahit cukup membuatku untuk terus berhati-hati dalam menjalankan segala aktivitas asmara, meskipun sudah berdamai dengan semuanya tapi koreksi masa lalu selalu menjadi patokan untuk kembali merancang masa depan. 

Aku selalu berusaha untuk menjaga harapan agar terus tetap tumbuh, namun hari ini aku kembali menemukan kebingungan, pengalaman kegagalan menjadi batu kerikil kecil yang bagiku jika aku tersandung sedikit saja batu itu mampu membuatku terluka, itulah sebabnya rasa takut yang aku miliki jauh lebih besar dari pada perasaan yang aku miliki sekarang. Sebenarnya aku adalah lelaki yang kuat, aku juga bukan seorang pengecut hanya saja, kegagalan selalu nyaman dengan kehidupanku, ia tidak mau berubah sedikitpun meski hanya sebatas kata (nyaris berhasil).

Kesalahan terbesar dalam sejarah hidupku adalah mencuri senyumnya secara diam-diam, sebab kenapa aku tidak meminta langsung darinya saja, dan sering kali harapan membawa pulang senyumnya di kepalaku, sementara ketidak pastian harus sabar dan tabah menikmati waktu, namun seperti halnya menyukai semua keindahan, aku sangat menyukai senyumnya, rasanya aku ingin tenggelam ke dalam bibirnya, suaranya selalu ingin aku dengar, bayangannya aku nanti-nantikan, matanya selalu membuatku ingin berlari-lari dan menjaganya agar tidak terjadi hujan.

Akhirnya awal bulan Mei, aku memberanikan diri untuk mengirim pesan kepadanya dan mengatakan perasaanku yang sebenarnya, aku tidak peduli akan mendapat respon seperti apa, aku hanya lelah hidup berdampingan dengan kesepian dan kegelisahan. Sekarang sudah hampir dua tahun pesanku tidak pernah dibaca atau mungkin sengaja dia hapus untuk tidak mengetahui isi pesannya, namun aku di sini baik-baik saja dan masih akrab dengan kesepian dan kegelisahan, suatu saat aku akan mengirimkan pesan kepadanya kembali sebab aku percaya waktu yang akan memenangkannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun