Secara pribadi saya mendukung perpindahan ibu kota karena saya menyadari bahwa menolaknya pun gak akan ada gunanya. Kekuatan pemerintah memang sudah dipersiapkan untuk meloloskan rencana perpindahan tersebut.
Saya melihat pemerintah saat ini seperti anak-anak yang memiliki sifat tantrum kala keinginannya tidak terpenuhi. Dan saya memerankan diri sebagai orang tua yang harus nerimo dengan perilaku anak begini dengan harapan ada perubahan untuk karakternya di kemudian hari.
Pemerintah memang ibarat anak kecil yang manja. Ketika menginginkan sesuatu, maka pemerintah akan memaksa hal itu terlaksana tanpa mau ada penolakan. Mereka akan memaksakan hal itu dengan memberi tekanan pada koalisi pemerintahan agar mempermudah proses persetujuan di tingkat parlement.
Entah apa yang dijanjikan dan ancaman yang diberikan pada partai koalisi, pembahasan UU IKN justru sangat cepat pengesahannya. Gaya pemerintah yang ngotot ini mirip perilaku anak yang tantrum saat mempunyai keinginan dan ada indikasi keinginan itu di tolak.
Sebagai orang tua (rakyat), saya pun hanya mengelus dada dan membiarkan keinginan pemerintah itu dijalankannya dengan harapan nanti mereka akan menemukan jalan buntu, dan perpindahan IKN akan menjadi Mega skandal melebihi kasus Hambalang era SBY.
Perpindahan ibu kota dan pembangunannya seperti dongeng 1001 malam, Â dimana harus terlaksana pada tahun 2024. Itu artinya perpindahan harus terjadi di masa Jokowi memerintah negeri ini. Jika tidak terlaksana, maka bahaya nantinya. Karena apabila mangkrak, belum tentu presiden berikutnya akan melanjutkan pembangunan IKN Jokowi.Â
Bisa jadi malah akan mengusut penggunaan APBN yang anggarannya malah lebih besar dari dana luar APBN. Padahal Jokowi pernah mengatakan pembangunan IKN gak akan gunakan APBN.
Pembangunan IKN akan berakhir sama dengan pembangunan kereta cepat yang saat ini pun bisa dikatakan mangkrak karena molor dari tanggal penyelesaian. Membengkaknya dana pembangunan di kereta cepat, akan terjadi juga di proyek IKN nantinya.
Semuanya karena proses yang terburu-buru dan menabrak semua aturan dengan membuatkan aturan terbarunya.
Bagaimanapun proses yang benar akan menghasilkan product yang benar. Jika proses ini dipaksakan dan menutup lubang kesalahan dengan aturan yang baru, bukan maksud mendahului Tuhan jika banyak anggapan bahwa proyek IKN akan menjadi kuburan bagi mereka yang bermain di dalamnya.
Maka itu saya bertepuk tangan ketika DPR sahkan RUU IKN, dimana itu tanda bahwa pembangunan IKN yang menggunakan dana luar biasa besar siap dijalankan. Saya bertepuk tangan karena gak sabar melihat oknum-oknum yang terlibat dalam perpindahan ibu kota ini akan menanggung kesalahan mereka sendiri, tanpa bisa mengelak atau bersembunyi.
Jokowi mungkin akan jadikan IKN sebagai candi yang mencatatkan namanya di prasasti pemimpin Indonesia. Presiden yang pertama kali dan satu-satunya yang memindahkan ibu kota berikut segala perangkatnya. Akan jadi kebanggaan bagi Jokowi karena ini sebuah sejarah yang akan tercatat. Namun kebanggaan itu akan jadi malapetaka ketika pelaksanaannya akan hancur lebur karena prosesnya dipaksakan.
Dengan kata lain, para pejabat negara yang terlibat sedang menggali kuburnya sendiri di proyek yang mereka banggakan.
Seorang anak meminta korek api pada ayahnya. Ayahnya menolak permintaan sang anak, karena takut korek api itu akan membakar semuanya ketika berada di tangan anak. Penolakan sang ayah membuat anak menjadi beringas, dia berguling-guling sembari meraung, tiada perduli dengan keadaan sekelilingnya. Sebelum keinginan itu terkabul, sang anak tidak akan berhenti untuk 'mengintervensi' ayahnya dengan cara mengamuk demikian.
Akhirnya sang ayah memberikan korek api pada anaknya tersebut. Walau tidak rela, dia harus terpaksa merelakan korek api itu berpindah tangan. Sang anak langsung terdiam saat korek api disodorkan padanya, wajahnya yang tadi terlihat memerah marah saat ini sudah sumringah. Memamerkan senyumnya sambil memegang korek api ayahnya.
Dia mainkan korek api tersebut dengan membakar dedaunan kering di halaman. Sang ayah melihat dengan cemas dan berharap korek itu akan membakar sedikit kulit anaknya, agar ada kesadaran bahwa korek api itu berbahaya.
Dan pada akhirnya, sang anak berlari menangis ke ayahnya memperlihatkan jari telunjuknya yang memerah kehitaman karena terbakar. Anaknya melempar korek api tersebut dan memeluk ayahnya dengan mimik muka kesakitan. Â
Moment itulah yang paling indah, saat melihat mereka menyadari kesalahannya dan menanggung akibat atas apa yang mereka lakukan atas Ibu Kota Baru yang bernama Nusantara.
Jika SBY punya Hambalang yang tidak terselaikan, maka Jokowi akan punya IKN yang juga tidak akan selesai saat dia memimpin negeri ini.Â
Soon...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H