Jokowi mungkin akan jadikan IKN sebagai candi yang mencatatkan namanya di prasasti pemimpin Indonesia. Presiden yang pertama kali dan satu-satunya yang memindahkan ibu kota berikut segala perangkatnya. Akan jadi kebanggaan bagi Jokowi karena ini sebuah sejarah yang akan tercatat. Namun kebanggaan itu akan jadi malapetaka ketika pelaksanaannya akan hancur lebur karena prosesnya dipaksakan.
Dengan kata lain, para pejabat negara yang terlibat sedang menggali kuburnya sendiri di proyek yang mereka banggakan.
Seorang anak meminta korek api pada ayahnya. Ayahnya menolak permintaan sang anak, karena takut korek api itu akan membakar semuanya ketika berada di tangan anak. Penolakan sang ayah membuat anak menjadi beringas, dia berguling-guling sembari meraung, tiada perduli dengan keadaan sekelilingnya. Sebelum keinginan itu terkabul, sang anak tidak akan berhenti untuk 'mengintervensi' ayahnya dengan cara mengamuk demikian.
Akhirnya sang ayah memberikan korek api pada anaknya tersebut. Walau tidak rela, dia harus terpaksa merelakan korek api itu berpindah tangan. Sang anak langsung terdiam saat korek api disodorkan padanya, wajahnya yang tadi terlihat memerah marah saat ini sudah sumringah. Memamerkan senyumnya sambil memegang korek api ayahnya.
Dia mainkan korek api tersebut dengan membakar dedaunan kering di halaman. Sang ayah melihat dengan cemas dan berharap korek itu akan membakar sedikit kulit anaknya, agar ada kesadaran bahwa korek api itu berbahaya.
Dan pada akhirnya, sang anak berlari menangis ke ayahnya memperlihatkan jari telunjuknya yang memerah kehitaman karena terbakar. Anaknya melempar korek api tersebut dan memeluk ayahnya dengan mimik muka kesakitan. Â
Moment itulah yang paling indah, saat melihat mereka menyadari kesalahannya dan menanggung akibat atas apa yang mereka lakukan atas Ibu Kota Baru yang bernama Nusantara.
Jika SBY punya Hambalang yang tidak terselaikan, maka Jokowi akan punya IKN yang juga tidak akan selesai saat dia memimpin negeri ini.Â
Soon...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H