Mohon tunggu...
Muhammad Riswan Hulalata
Muhammad Riswan Hulalata Mohon Tunggu... Mahasiswa -

"Sejak lahir hingga dewasa hidup di lingkungan dan tempat yang berbeda, terlanjur mencintai dunia fotografi dan saat ini sedang menekuni dunia jurnalistik"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Infrastuktur: Hutan, Drainase, Manusia

26 Juni 2016   11:33 Diperbarui: 26 Juni 2016   11:44 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Setelah sebelumnya saya mengulas tulisan tentang pembangunan infrastruktur harus seimbang dengan hutan kota kali ini saya akan membahas mengenai pembangunan infrastruktur yang terlanjur dibangun dan ada hingga saat ini.

Ya, nasi sudah menjadi bubur, itulah pembangunan yang ada di Indonesia, dimana pembangunannya sudah sangat padat dengan infrastruktur fisik.

Kalau anda yang pernah ke ibukota Jakarta dengan menggunakan transportasi udara, pasti anda orang yang sering duduk disamping jendela, biar bisa melihat birunya langit, putihnya awan dan padatnya ibu kota, benar kan?

Disana pasti anda melihat jalan tol yang saling lingkar melingkar, gedung yang saling berlomba-lomba siapa yang paling tinggi, hingga kendaraan yang sudah seperti semut mondar mandir tidak bisa bernapas karena kemacetan, dan jadilah ibukota yang semraut.

Tak hanya di pulau jawa, di pulau sulawesi kita telusuri di ibu kota sulawesi selatan, ya Makassar kota anging mamiri, Makassar sudah seperti Jakartanya Sulawesi. Tidak ada kata kalau tidak macet. Padatnya infrastruktur tidak dibarengi juga dengan perluasan taman Hutan Kota, sehingga tidak jarang kita mendengar Makassar sering kedatangan banjir setiap musimnya.

Nah sekarang bukan saatnya saling menyalahkan, kenapa pembangunan tidak memikirkan dampak sesudahnya, kata orang bijak memang penyesalan datang di akhir, namun kita tak boleh surut dan lemas dalam mengatasi pembangunan di Indonesia, dengan beberapa cara saya coba memaparkannya disini, meski sulit diwujudkan atau tak mungkin di benahi ,setidaknya saya memberikan solusi, apa sih yang tidak bisa di dunia ini, hehee. Langsung saja..

Pertama, Hutan kota harus di wujudkan, pemerintah harus serius menangani hal ini, kenapa harus serius, ya bumi sudah terlalu panas bukan karena panasnya matahari, akan tetapi panasnya polusi yang bertebaran dimana-mana, nah jika hutan kota tidak diwujudkan, maka polusi akan kemana? tidak mungkin udara polusi kendaraan dan industri di konsumsi oleh manusia, jika itu terjadi maka bukan hanya akan datangnya banjir, akan tetapi sumber penyakit pun akan datang menghantui kita.

Apa fungsi hutan kota? Kita tahu bersama hutan merupakan tumbuhan yang mengambil karbondioksida (co2) dan mengelurkan oksigen (o2) sehingga sirkulasi itu saling membutuhkan antara tumbuhan dan manusia, simbiosis mutualisme. Maka sudah jelas kegunaan hutan kota bagi kemaslahatan pembangunan infrastruktur jangka panjang demi terwujudnya indonesia bersih, indonesia sehat dan indonesia alami.

Kedua, selain Hutan kota dalam menunjang pembangunan infrastruktur, drainase sangat penting untuk di atur dan di tata sebaik mungkin. Kenapa drainase? ya suatu daerah jika pembangunan infrastrukturnya maju dan tidak dibarengi dengan drainase yang baik maka jangankan hujan lebat, hujan dengan intensitas ringan saja akan membuat kota kita tergenang air.

Dikota-kota besar seperti di belanda dan jepang sistem drainasenya paling besar dan paling baik di dunia. Disana sistemnya sudah sangat canggih, kalau di indonesia dibangun kereta bawah tanah maka di jepang di bangunlah drainase dibawah tanah yang luas, sehingga jarang kita mendengar banjir disana. Selain itu belanda yang pernah menjajah indonesia kurang lebih 3 abad lebih, sudah memberikan contoh pembangunan drainase yang berada di kota jogjakarta.

Ya, Jogja kota keraton kesultanan, tepatnya di daerah Kotabaru yang dulunya dikenal dengan nama Nieuwe Wijk. Disana merupakan daerah pemukiman Belanda yang memiliki desain pola radial yang sangat rapi serta infrastruktur yang terencana. Sudah terbayangkan kan bagi orang jogja pasti tahu.

Selain itu dibangun pula saluran bawah tanah untuk mengelola limbah rumah tangga guna mencegah pencemaran lingkungan serta mengalirkan air hujan ke selokan kecil yang kemudian bermuara pada pembuangan akhir. Sehingga itu lagi-lagi di kotabaru (Nieuwe Wijk) tidak pernah kita dengar ada banjir.

Ketiga, pastilah ketika solusi pertama dan kedua sudah terwujud maka semua kembali ke manusiannya. Maka dari kita masyarakat harus peka terhadap lingkungan sekitar, baik tidak menebang pohon sembarangan hingga menjaga kelestarian lingkungan dengan tidak membuang sampah disembarangan tempat, apalagi membuangnya di selokan hingga ke drainase.

Toh pemerintah sebaik apapun dan secanggih apapun pembangunan, program dan perencanaan, kitalah warga yang menjaganya, karena pembangunan dibangun oleh rakyat, dari rakyat dan untuk rakyat.

Wah tidak terasa, panjang juga ulasan ini, meski sederhana insya Allah bermanfaat untum kemenPUPR, masyarakat umum dan khusus pribadi saya.

Wassalam, Juni 2016

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun