Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengenal Pelajaran Khas Sekolah Kami

14 Juni 2023   15:05 Diperbarui: 14 Juni 2023   15:11 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi itu, aula sekolah kami tampak ramai, Para murid kelas X dan XI datang dengan berkelompok atau berjalan sendiri-sendiri. Mereka hendak mengikuti pembukaan kegiatan Dirosah Islamiyah tentang Ulumul Quran dan Ulumul Hadis.

Dirosah Islamiyah merupakan pelajaran tentang ilmu-ilmu keislaman. Mata pelajaran ini diberikan sebagai muatan dari kurikulum khas sekolah kami, SMA Plus Muthahhari. Selain Ulumul Quran dan Ulumul Hadis, Pelajaran Dirosah Islamiyah juga berisi sub mata pelajaran Basic Islam, Fiqih Muqoron, dan Tarikh Islam.

Yang juga diselenggarakan dalam Dirosah Islamiyah adalah kegiatan Spiritual Camp dan Spiritual Work Camp. Dua kegiatan ini mengambil tempat di lokasi-lokasi yang jauh dari lingkungan sekolah, tempat-tempat yang masih kental suasana lingkungan perdesaan. Metode belajar yang dijalani berupa praktik langsung di lapangan.

Masing-masing sub mata pelajaran diberikan secara terpisah. Dikemas dalam bentuk paket kegiatan yang berlangsung paling lama selama satu minggu. Dalam satu minggu tersebut, para siswa diwajibkan mengikuti kegiatan secara penuh. Kegiatan pembelajaran reguler diliburkan. Para siswa dibebaskan dari belajar mata pelajaran yang biasa diberikan dalam pembelajaran reguler.

Di gedung aula, Murteza duduk di baris paling depan. Ia menyimak paparan yang diberikan oleh K.H. Miftah Fauzi Rakhmat. Disampaikannya uraian tentang pengantar Ilmu Ulumul Quran, cabang ilmu yang mempelajari kitab suci Al Quran. 

Kyai muda yang juga pembina Yayasan Muthahhari, ini menyajikan materi dengan santai dan interaktif. Ia berupaya untuk membawa para siswa terlibat dengan aktif. 

"Sebutkan berapa surat dalam Al Quran yang diawali dengan kata Qul", tanya kyai.

"Ada empat, yai", jawab Nayla.

"Apa saja?"

"Al Ikhlas, Al Falaq, An Nas, dan Al Kafirun."

"Satu lagi, surat Jin", tambah Murteza. 

"Betul sekali", jawab yai. 

Kyai Miftah cukup puas dengan jawaban para murid. Ia pun memberikan kotak kue di hadapannya kepada para siswa tersebut. Sebagai hadiah karena telah menjawab dengan benar.

suasana pembukaan Dirosah Islamiyah (dokpri)
suasana pembukaan Dirosah Islamiyah (dokpri)

Usai memberi pertanyaan berupa quiz tersebut, Kyai menguraikan paparan tentang ilmu Ulumul Quran. Ilmu yang mengupas tuntas tentang kitab suci Al Quran. Disampaikannya bila Al Quran adalah kitab "universal", kitab yang diturunkan dalam bahasa yang sama, bahasa Arab. Umat muslim yang tinggal di benua Asia memiliki Al Quran yang sama dengan yang tinggal di benua Amerika, Australia, Afrika, dan Eropa. Mereka yang tinggal di Antartika, Kutub Utara maupun Kutub Selatan pun memiliki Al Quran yang sama.

Guna memberi kemudahan untuk memahami isi kandungannya, Al Quran telah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa yang digunakan umat manusia. Mengenai keaslian isinya, Allah SWT berjanji untuk menjaganya, "Kami yang menurunkan Al Quran. Kamilah yang akan menjaganya," 

Disampaikan pula oleh Kyai Miftah bila kitab suci Al Quran terbuka untuk ditafsirkan. Ayat-ayat yang terkandung di dalamnya mengundang penafsiran yang beragam. Pada masa-masa awal turunnya, Al Quran ditulis dengan tidak dibubuhi tanda baca. Oleh karenanya, para cerdik pandai di zaman itu memberi sakal, atau tanda baca dalam teks Al Quran.

Sungguh pun telah dilengkapi tanda baca, Al Quran masih memiliki pemahaman yang beragam. Hal ini disebabkan, antara lain, oleh cara orang memberi pemenggalan ketika membacanya. Kyai Miftah memberi analogi,

"Saya memberi kalimat dalam lima kata: Ayah saya membeli rantai anjing", kata yai.

Kalimat ini memiliki arti yang berbeda-beda sesuai pemenggalan yang kita berikan. Begitu pula halnya dengan kitab suci Al Quran. Orang  mempelajarinya untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh. Karena itu dikenal ilmu Ulumul Quran. 

Menelaah Kitab Kuning

Hari-hari ini ruang baca perpustakaan tidak pernah sepi. Dari pagi sampai siang, murid-murid berkerumun di atas bentangan karpet. Mereka mengelilingi tumpukan kitab berbahasa Arab. Buku-buku tebal dan berjilid- jilid yang tampilannya mirip kitab suci Al Quran. Mereka membuka lembar demi lembar halamannya.

Kita tidak menyangka mereka mampu membaca jenis bacaan yang dikenal dengan sebutan Kitab Kuning  ini. Hanya para ulama atau mereka yang pernah merasakan "mondok" di pesantren yang mampu membaca kitab dengan huruf Arab gundul tersebut, kitab yang huruf-hurufnya tanpa tanda baca. Namun, para murid terlihat menikmati kegiatannya. Mereka tampaknya telah memiliki metode untuk "melahap" kitab kuning.

Di tengah-tengah mereka terletak kitab Mizanul I'tidal. Kitab klasik yang dipelajari di pesantren-pesantren. Selain itu, ada pula kitab Tahdzibuttahdzib, kitab serupa yang tebalnya sekitar lima sentimeter. Tak tetinggalan pula Kitabusittah, kitab yang enam yaitu: Al Bukhari, Muslim, An Nasai, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan At Tirmidzi.

Sebagai sekolah yang diimbuhi kata "plus" di tengah namanya, sekolah kami melengkapi metode belajar dengan pelajaran-pelajaran yang khas. Satu diantaranya adalah Mata Pelajaran Dirosah Islamiyah. Hal ini dilakukan dengan maksud luhur agar para siswa memiliki wawasan yang luas. Bukan tujuan utama kami mencetak mereka menjadi santri atau ulama.

Kemampuan membaca kitab kuning akan menjadi bekal yang berharga dalam mengarungi samudra ilmu pengetahuan. Tentu dalam waktu yang singkat, satu minggu, dalam belajar Ulumul Quran tidak akan mampu mengupas banyak tema. Namun setidaknya, sekolah telah memberi pengantar. Kelak mereka akan mendalaminya secara mandiri. 

Demikian sekilas gambaran tentang program pengajaran khas di sekolah kami. Program yang dirancang oleh pendiri sekolah kami, KH. Dr. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc., guna mewujudkan cita-cia luhur mengantar para siswa menjadi cendikia yang ulama, dan ulama yang cendikia. Para siswa yang menguasai ilmu pengetahuan umum dan juga memiliki pemahaman yang baik akan ilmu-ilmu keislaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun