"Satu lagi, surat Jin", tambah Murteza.Â
"Betul sekali", jawab yai.Â
Kyai Miftah cukup puas dengan jawaban para murid. Ia pun memberikan kotak kue di hadapannya kepada para siswa tersebut. Sebagai hadiah karena telah menjawab dengan benar.
Usai memberi pertanyaan berupa quiz tersebut, Kyai menguraikan paparan tentang ilmu Ulumul Quran. Ilmu yang mengupas tuntas tentang kitab suci Al Quran. Disampaikannya bila Al Quran adalah kitab "universal", kitab yang diturunkan dalam bahasa yang sama, bahasa Arab. Umat muslim yang tinggal di benua Asia memiliki Al Quran yang sama dengan yang tinggal di benua Amerika, Australia, Afrika, dan Eropa. Mereka yang tinggal di Antartika, Kutub Utara maupun Kutub Selatan pun memiliki Al Quran yang sama.
Guna memberi kemudahan untuk memahami isi kandungannya, Al Quran telah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa yang digunakan umat manusia. Mengenai keaslian isinya, Allah SWT berjanji untuk menjaganya, "Kami yang menurunkan Al Quran. Kamilah yang akan menjaganya,"Â
Disampaikan pula oleh Kyai Miftah bila kitab suci Al Quran terbuka untuk ditafsirkan. Ayat-ayat yang terkandung di dalamnya mengundang penafsiran yang beragam. Pada masa-masa awal turunnya, Al Quran ditulis dengan tidak dibubuhi tanda baca. Oleh karenanya, para cerdik pandai di zaman itu memberi sakal, atau tanda baca dalam teks Al Quran.
Sungguh pun telah dilengkapi tanda baca, Al Quran masih memiliki pemahaman yang beragam. Hal ini disebabkan, antara lain, oleh cara orang memberi pemenggalan ketika membacanya. Kyai Miftah memberi analogi,
"Saya memberi kalimat dalam lima kata: Ayah saya membeli rantai anjing", kata yai.
Kalimat ini memiliki arti yang berbeda-beda sesuai pemenggalan yang kita berikan. Begitu pula halnya dengan kitab suci Al Quran. Orang  mempelajarinya untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh. Karena itu dikenal ilmu Ulumul Quran.Â
Menelaah Kitab Kuning