Asrul seorang bapak dengan tiga orang anak. Kehidupan keluarganya begitu baik. Ia bekerja wiraswasta sebagai pengrajin kursi jok. Sejumlah pekerja membantunya dan penghasilan bersihnya setiap bulan sampai  puluhan juta.
Setiap pekan datang pesanan yang jumlahnya banyak dari toko meubel rekanannya. Kursi-kursi beraneka model buah karyanya tersebar sampai jauh. Tidak saja di Kota Makassar dan sekitarnya,namun sampai pula di tanah Jawa. Asrul hidup serba berkecukupan.
Tak ada pohon yang tumbuh tinggi tanpa terpaan angin yang kencang. Demikian pula pada kehidupan Asrul. Melihat kesuksesan yang diraihnya, hadir sosok wanita lain dalam kehidupan rumah tangga Asrul. Wanita yang mencuri hatinya hingga tanpa ragu melepas Rusmini, istri yang telah belasan tahun menemaninya dengan setia.
Sebungkus mie instan pesanan pengunjung kiosku telah siap kusajikan. Cerita Daeng Asrul pun terjeda. Ia menyeka keringatnya dengan sapu tangan merah hati dari saku jasnya. Ia merenung beberapa saat. Mencoba mengenang kembali langkah hidupnya yang telah lalu.
"Nakke, silap kala itu. Tergoda bujuk rayu si binatang, eh, wanita jalang" Asrul menyambung ceritanya. Sejak kehadiran wanita ketiga dalam rumah tangganya kehidupan Asrul berantakan. Rusmini meminta untuk berpisah, memilih langkah hidup sendiri. Menjauh dari sisi Asrul, lelaki yang dulu dicintainya setulus hati.
Daeng Asrul mencintai Pantai Losari. Tempat yang telah memberinya cinta, mempertemukannya dengan Rusmini. Tempat yang mengantarnya meraih kesentosaan dalam berkehidupan. Di tempat ini ia dipertemukan dengan A Seng, pengusaha meubeul itu. Hingga akhirnya, Tempat ini juga yang membuat segalanya berakhir. Ia bertemu Linda wanita cantik yang membakar taman surganya bersama Rusmini.
Daeng Asrul meminta sepotong roti bakar kepadaku. Aku membuatnya sambil mendengar kelanjutan ceritanya. Para pengunjung yang masuk dan keluar dari kios tak membuatnya merasa terganggu. Asrul adalah seorang tua, yang selalu ingin didengar perkataannya.
"Nakke kena stroke ini tak ada yang rawat", lelaki Asrul membuka kembali kisahnya. Persaingan usaha begitu ketat dalam usaha yang ia tekuni. Pengrajin kursi menempuh beragam cara agar kursinya laku. Merapat pada hal-hal yang supra natural pun kerap dijalani demi meraih kemajuan usaha. Menghasut dan menyebarkan fitnah untuk mematikan kemajuan usaha pesaing.
Daeng Asrul mengalami dua hal ini. Pembeli setianya sekonyong-konyong lari kepada pesaing tanpa alasan jelas. Dan penyakit stroke pun menderanya beberapa kali. Sudah jatuh tertimpa tangga pula, Asrul dalam kondisi badan yang sakit ditinggal pergi Linda entah ke mana.
"Nakke suka pantai ini"
"Nakke ingin pulang juga dari sini"