Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Lelaki Renta Pencinta Pantai Losari

27 April 2023   21:57 Diperbarui: 27 April 2023   22:03 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan mesjid indah di Pantai Losari (photo: Merdeka.com/Kuas Cahaya)

Seorang lelaki terlihat renta. Saat berjalan, langkahnya sedikit diseret. Tangan sebelah kanannya ia angkat setinggi dada. Sepintas saja memandang lelaki ini, orang akan segera tahu ia terserang penyakit stroke.

Setiap pagi lelaki itu berjalan menyusuri keramaian di bibir pantai Losari. Mengenakan baju atasan jas berwarna biru dan celana pendek. Itulah setelan pakaian yang ia kenakan hampir setiap hari.  Tak ada yang menemaninya berjalan selain sebatang tongkat di tangan kirinya.

Lelah berjalan, ia berhenti di tembok pelindung deburan ombak. Pandangannya ia arahkan pada kapal-kapal nelayan yang dalam kesibukan membongkar tangkapan ikan. Tiupan angin menyibak rambut putihnya. Ia tak hirau pada lalu lalang orang yang menikmati suasana pagi.

Di saat yang lain, ia anteng memandangi tingkah polah para bocah yang bertebaran di permukaan air dermaga tempat kapal bersandar. Mereka menyelam, membenamkan diri ke dalam laut. Keluar masuk permukaan air seperti gerak ikan lumba-lumba dalam pertunjukan sirkus.

Ia betah berlama-lama berdiri di sana. Memandangi riang suasana para bocah. Menikmati deburan ombak dan sorak serta pekikan anak-anak laut itu. Ia baru beranjak setelah tubuhnya bermandi keringat.  Basah kuyup terpapar panas mentari Pantai Losari yang ganas. Ia melangkah, dengan langkah yang diseret, menuju kios minuman kecil yang kujaga.

"Nakke, minta teh manis dingin", pinta lelaki itu.

"Baik, Nakke siapkan segera" jawabku.

Lelaki itu selalu memakai bahasa Makassar untuk menyebut dirinya. Kurasa ia memiliki kebanggaan pada bahasa ibunya. Satu sikap yang unik ditengah kecenderungan banyak orang yang memungut kata-kata bahasa asing sebagai pengganti kata saya. Mereka yang gairah keagamaannya tinggi biasa memakai kata bahasa Arab, "ana". Sedang mereka yang kebarat-baratan memungut kata " i ".

Segelas teh manis dengan tambahan es batu yang kuberi diteguknya sampai habis. Hanya tersisa pecahan es batu di gelas. Ia meminta untuk diisi kembali, aku pun secepat kilat menuangkan ceret berisi air teh serta sebongkah kecil gula batu. Lelaki itu menikmati gelas keduanya.

"Nakke, baru sebulan datang di sini". Lelaki itu membuka obrolan. Aku mendengarkan ia bercerita tentang dirinya. Lelaki itu menyebut namanya Asrul. Ia tinggal di penginapan tak jauh dari Keriuhan Pantai Losari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun