Mohon tunggu...
Iwan Setiawan
Iwan Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Menulis untuk Indonesia

Pustakawan, dan bergiat di pendidikan nonformal.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Langkah Blunder Juragan Baso

24 April 2023   15:31 Diperbarui: 24 April 2023   15:32 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerobak biru pedagang baso (photo: Sulteng Raya.com)

"Baso Favorit Nusantara"


Gerobak biru pedagang baso itu setiap sore datang. Berkeliling dari gang ke gang di komplek kami. Bila semua gang telah disambangi, ia mangkal di perempatan jalan. Satu dua jam ia berada di sana. Setelah itu pergi menuju tempat lain.

Gerobaknya tidak besar. Terdapat kotak kayu berkaca di atasnya. Di sini terlihat mie, taoge, dan sayuran hijau. Ada juga baso beragam ukuran dan tahu goreng. Di sampingnya teronggok panci besar yang senantiasa mengepulkan asap. Ada serbet kotak-kotak menutupi panci. Setiap saat si pedagang mengelap tangan dan mangkuk dengan serbet itu.

Setiap sore para ibu dan anak-anak remaja menunggu gerobak ini lewat. Mereka seperti tak pernah bosan makan baso setiap hari. Istriku termasuk pelanggan setia. Ia menyebut baso ini "Si Biru". Memang tak cuma satu gerobak baso warna biru. Tapi istriiku keukeuh bila yang berhak menyandang sebutan ini adalah baso langganannya ini.

Tiap datang, pedagang baso, Usep namanya, menabuh kentongan kayu. Menabuhnya dengan irama khas. Di depan rumah kami, ia sengaja menabuhnya lebih sering. Seperti dua orang yang berteman memanggil salah satu diantara mereka. Biasanya istriku segera menyahut panggilan ini. Ia bergegas dengan membawa mangkuk dari dapur.

Terkadang istriku pulang dengan cemberut. Ia tak kebagian taoge dan sayuran hijau di mangkuknya. Padahal dua sayuran itu yang disukainya. Tapi dari pada kecewa berkepanjangan, mangkuk baso itu ia nikmati juga.

Usep piawai merebut hati pelanggan. Sembari meladeni pembeli ia mengajak ngobrol. Aneka macam bahan obrolan ia kuasai. Otaknya terkesan encer dan keterampilan berkomunikasinya di atas rata-rata pedagang baso.

Usep hapal nama-nama pembeli basonya. Terutama nama anak-anak dan remaja. Setiap mengantarkan pesanan baso ke rumah-rumah, sudah pasti ia memanggil manggil dengan suara nyaring.

"Ummmarrr", ini basonya.

"Aissaahhh"

"Nabillaaa"

Usep masih muda usia dan belum berkeluarga. Ia berasal dari kampung. Menurut pengakuannya ia datang dari Cijulang, daerah yang berdekatan dengan Kabupaten Ciamis. Ia mengembara di Kota Bandung ini. Berdagang baso dipilihnya setelah tak betah, keluar masuk bekerja di pabrik tekstil.

Pembawaannya yang periang dan "tak punya malu" pernah membuat kesel istriku, pelanggan setianya. Pasalnya, Usep menggoda Lenny adik iparku saat ia berkunjung ke rumah kami. Sejak itu Usep selalu menanyakan kabar Lenny. Isttiku menjawabnya acuh tak acuh. Ia belum siap bila takdir mengantarnya mendapat adik ipar pedagang Baso Malang, Mang Usep tea.

**

Sebelas tahun lamanya aku dan keluarga meninggalkan kompleks. Kami mencoba peruntungan di tempat baru. Kami berpindah ke Cimahi, kota yang berjarak 25 Km dari Bandung. Akan tetapi suratan takdir membawa kami kembali ke tempat lama. Kami datang lagi di kompleks perumahan dengan tukang basonya yang ngangenin, eh, nyebelin itu.

"Rumah kontrakan itu semua milik Usep, Neng", kata Ceu Yati tetangga depan rumah. Ia ngobrol dengan istriku di teras rumah. Mereka membicarakan Usep, pedagang baso laris itu.

Sejak kepindahan kami gerobak baso Usep bertambah banyak. Dari semula hanya satu bertambah menjadi dua. Bertambah lagi empat. Hingga akhirnya ia memiliki lima belas gerobak. Sejumlah kerabtnya dari kampung ia ajak turut berusaha di sini. Menjajakan baso yang ia buat ke berbagai lokasi.

Baso Usep berkembang pesat. Ia adalah contoh pedagang baso yang sukses meraup keuntungan yang besar. Kesuksesannya tergambar dari aset berupa rumah kontrakan puluhan pintu.  Belum lagi belasan gerobak baso yang ia kelola.

Kesuksean pedagang baso yang semula hanya pemuda pedagang baso yang menjajakan dagangan orang lain ini tak terlepas dari cita rasanya yang lezat dan sedikit unik. Baso Usep tak beda dengan Baso Malang yang lain. Namun ia memberi sentuhan khas dalam baso racikannya.

Dalam semangkok baso Usep terdapat dua butir baso seukuran bola pingpong dan tiga butir baso yang lebih kecil. Dilengkapi dengan sebuah tahu goreng dan karoket, sejenis gorengan berbentuk silinder. Mie dan taoge serta sayuran hijau. Dengan susunan demikian baso Usep tidak membuat kenyang. Porsinya pas.

Dewasa ini orang menamakan baso sesuai dengan asal pedagang baso tersebut. Ada baso Solo, baso Wonogiri, baso Malang dan lainnya. Baso Usep mengaitkan diri pada kelompok baso Malang. Meski demikian Usep memodifikasi komposisi menunya. Pada kebanyakan pedagang baso Malang mereka tidak memberi tambahan sayur dan mie yang disediakan berukuran kecil yang dikemas dengan dibuat gulungan kecil. Usep "melabrak" pakem lama ini.

***

Sore itu sekelompok pemuda dan orang tua mengerubungi seseorang. Wajah-wajah mereka seragam menggambarkan ekspresi kemarahan. Beberapa diantaranya melontarkan kata-kata menghasut.

"Lucuti bajunya!"

"Arak keliling kampung"

"Pukul sampai bonyok"

Sementara sesosok tubuh yang mereka rubung menundukan kepala. Tak kuasa menatap wajah-wajah di depan yang tak lain para tetangga sendiri.

Sosok itu adalah Usep, pengusaha baso yang sedang moncer. Sore itu ia kedapatan memasuki rumah seorang perempuan, Lela, yang ditinggal merantau sang suami. Beberapa tetangga menangkap basah mereka. Mendapati Usep bersepi sunyi berduaan dengan sang dewi, Lela.

Sontak warga memberangus aksi serong sang juragan baso. Tak ada ruang untuk berdialog. Tak ada tempat bagi Usep menjelaskan duduk perkara sebenarnya. Berkali-kali ia berkata bahwa tindakannya hanya membantu memasangkan lampu di rumah sang wanita, hanya sia-sia. Warga yang terbakar emosi tak percaya begitu saja pada dirinya.

Usep akhirnya menyerah. Ia manut saat warga menggelandangnya ke kantor RW. Di sana massa yang lebih besar telah berkumpul. Menunggu kisah panas yang melibatkan tokoh panutan menjelaskan aksi lancungnya. Mereka adalah pelanggan setia baso racikannya.

Sekali lancung di ujian, seumur hidup tak akan dipercaya. Kejayaan baso Usep tampaknya tinggal menunggu hari untuk meredup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun