Jika di Pulau Jawa gas merupakan bahan bakar utama yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga. Sementara di Gunungsitoli dan kabupaten-kabupaten lainnya ada di Kepulauan Nias minyak tanah merupakan energi yang sangat diperlukan untuk keperluan rumah tangga.
Selama saya berada di Kota Gunungsitoli, saya melihat dan mengalami sendiri pendistribusian minyak tanah sudah membaik dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Buktinya ketika saya membeli minyak tanah di UD Adalia di Jalan 263, Kota Gunungsitoli, (berjarak 1 KM dari rumah saya). Saya bisa membeli minyak tanah dengan jumlah yang tidak terbatas. Harga perliter minyak tanah di UD Adalia Rp. 5.000. Bukan hanya di UD Adalia, di beberapa toko yang bermodal besar juga terdapat pasokan minyak tanah dari pertamina sekitar 3-4 drum. Malah di beberapa toko yang lumayan besar di Kota Gunungsitoli harga 1 liter minyak tanah hanya Rp.4.5000.
Permasalahan dan Solusi Pendistribusian Energi di Kepuluan Nias
Seperti yang saya ceritakan diatas tadi. Pendistribusian energi di Kota Gunungsitoli cukup baik dibandingkan sebelum tahun 2014. Tetapi, ada beberapa masalah yang masih dihadapi dalam pendistribusian energi di Kota Gunungsitoli dan Kepulauan Nias, yaitu:
Tempat Pendistribusian Bensin yang Tidak Merata
Di Kota Gunungsitoli terdapat 6 SPBU. Sementara di Kabupaten Nias Selatan hanya terdapat 2 SPBU, Kabupaten Nias Utara 1 SPBU, dan Kabupaten Nias dan Nias Barat tidak terdapat SPBU. Mungkin permasalahan pendirian SPBU disuatu tempat tidak bisa diatasi oleh pertamina. Karena, modal dan pendirian sebuah SPBU adalah ditentukan oleh pengusaha pemilik SPBU.
Begitu juga dengan tempat-tempat adanya pertamini khususnya yang ada di Kota Gunungsitoli hanya banyak ada di daerah Kota Gunungsitoli kearah Bandar Udara Binaka. Selain daerah itu masih banyak pendistribusian minyak ke masyarakat melalui cara eceran secara tradisional yaitu pemilik warung menyediakan bensin di beberapa botol atau jiregen kecil dan kemudian meletakkanya depan rumah. Terkadang beberapa penjual eceran suka mengurangi jumlah bensin dalam satu liter atau terkadang mencampur bensin dengan jenis minyak lain.
Beberapa minggu yang lalu, saya mempunyai sebuah pengalaman. Ketika bensin motor saya habis di Jalan Kelapa, Kota Gunungsitoli. Saya memutuskan untuk membeli bensin eceran di sebuah warung dekat dengan harga Rp. 8.000/Liter.
Salah satu yang bisa dilakukan oleh pertamina dalam mengatasi ketidak merataan pendistribusian bensin di Kepulaun Nias adalah melalui pertamini. Jika merujuk diperaturan yang dikatakan oleh Direktur BBM BPH Migas Hendry (sumber http://www.bisniskecil.xyz/2016/04/begini-cara-membuka-usaha-pertaminispbu.html ). Setiap orang yang ingin membuka pertamini di daerahnya harus mempunyai modal 75-100 juta. Dengan modal sebesar ini masyarakat Kepulauan Nias yang mempunyai niat untuk mendirikan pertamini mengurungkan niatnya untuk mendirikan pertamini. Disinilah diperlukan peran dari pertamina dengan cara memberikan keringan besar modal awal bagi bagi calon pemilik pertamini dan sekaligus membina para calon pemilik pertamini tentang pendistribusian dan penjualan energi (bensin dan solar) di Kepuluan Nias. Â Â
Jika pertamina melakukan solusi seperti yang saya katakan diatas. Pasti pertamina tidak akan rugi sebab sekarang ini hampir setiap rumah di Kepulauan Nias mempunyai 1-2 motor bahkan di satu kampung terdapat 2-5 keluarga yang mempunyai mobil pribadi atau mobil angkutan. Dengan setiap rumah di Kepulauan Nias memiliki transportasi pribadi. Maka penggunaan bensin setiap hari sangat diperlukan oleh masyarakat Kepulauan Nias.Â
Pembagian Pendistribusian Minyak Tanah yang Tidak Merata