Mohon tunggu...
Febriwan Harefa
Febriwan Harefa Mohon Tunggu... Guru - Seorang tenaga pendidik

Membaca, Menulis, Travelling adalah aktivitas yang tidak bisa dipisahkan. Aktifitas setiap hari adalah sebagai tenaga pengajar.

Selanjutnya

Tutup

Money

Keadaan Pendistribusian Energi di Kepulauan Terluar Indonesia Bagian Barat

1 Desember 2016   10:30 Diperbarui: 1 Desember 2016   11:57 276
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : dok pribadi

Kota Gunungsitoli adalah tempat tinggal saya. Kota yang dijuluki sebagai Kota Samaeri ini merupakan salah satu dari 5 daerah (Kab. Nias, Kab. Nias Selatan, Kab. Nias Barat, Kab. Nias Utara dan Kota Gunungsitoli) yang ada di Kepulauan Nias. Mungkin bagi pembaca yang tidak tahu dimana letak Kepulauan Nias. Saya sedikit menceritakannya. Kepulauan Nias bisa dikatakan merupakan Kepulauan terluar Indonesia bagian barat. Karena bagian selatan dan barat Kepulauan Nias berbatasan dengan Samudra Hindia.  

Sebab letak geografis pulau saya ini berada di pelosok daerah. Terkadang pada masa lalu pendistribusian energi (bensin, solar, dan minyak tanah) tidak lancar. Malah sering terjadi penyeludupan minyak yang dibawa ke Sibolga melalui pelabuhan laut.

Salah satunya pengalaman yang saya sering alami ketika masih SMA tahun 2007 di Kota Gunungsitoli, Kepulauan Nias. Saya sangat susah menemukan penjual minyak tanah. Meskipun ada. Saya harus menitipkan jeregen minyak tanah yang berkapasitas 5 Liter jauh-jauh hari. Sebab pada masa itu. Setiap konsumen minyak tanah hanya mendapatkan izin untuk membeli minyak tanah sebanyak 5 Liter. Bukan hanya minyak tanah saja, mendapatkan bensin juga sangatlah susah di kampung saya ini.

Terkadang baru pukul 12.00 wib. 2 SPBU (SPBU Ga Dese di Jalan Diponegoro KM 2 dan SPBU di KM 6, samping jembatan Miga) sudah tutup. Walaupun ada penjual bensin eceran harganya naik 100% dibandingkan dengan harga bensin yang dijual di SPBU. Bahkan ketika ketersedian bensin dan solar setiap harinya secara tidak tidak teratur. Banyak para pedagang eceran yang berasal dari berbagai kabupaten yang ada di Kepuluan Nias menimbun bensin, dan kemudian menjual di pelosok kampung dengan harga 100 % naik.

Pendistribusian Bensin di Kota Gunungsitoli, Kepulauan Nias saat ini

Beda pemerintahan, beda sistem. Jika sebelum tahun 2014 untuk mendapatkan bensin dan solar sangatlah susah di Kota Gunungsitoli. Ketika pulang kampung bulan Juni kemarin. Saya melihat pendistribusi bensin dan solar di SPBU cukup lancar. Sekarang ini SPBU di Kota Gunungsitoli makin bertambah banyak. Jika dulu SPBU di Kota Gunungsitoli hanya ada dua. Sekarang ini SPBU di Kota Gunungsitoli sudah ada 6, yaitu SPBU Dachi (No SPBU : 14.228.346)  di Jalan Yos Sudarso, SPBU Ga Dese (No SPBU : 14.228.321) di Jalan Diponegoro KM 2, SPBU Dachi (14.228.353) di Jalan Diponegoro KM 3, SPBU Hutagalung (No SPBU: 14. 228.334), dan  SPBU Miga (No SPBU : 14.228.336 ) di jalan Diponegoro KM 6.

Dari penambahan SPBU di Kota Gunungsitoli, Kepulauan Nias menandakan bahwa pasokan energi di Kepulauan Nias makin bertambah dan secara langsung manfaatnya dirasakan oleh masyarakat Kepuluan Nias. Mereka tidak perlu antri untuk mendapatkan bensin di SPBU dan harga per liter tetap stabil. Dibandingkan jika harus membeli ke pengecer yang harganya bisa 100% naik dari harga semestinya.  

Bukti lain pendistribusian bensin dan solar di Kota Gunungsitoli sudah membaik dibandingkan tahun 2014 adalah ketika saya membeli bensin di SPBU Ga Dese beberapa hari yang lalu. Saya sempat berbincang-bincang dengan salah satu pekerja SPBU. Ia sedikit menceritakan kepada saya pendistribusian bensin setiap harinya di SPBU ini sangat lancar. Setiap harinya Pertamina mendistribusikan 20 ton-30 ton bensin di SPBU ini. Biasanya bensin didistribusikan sekitar pukul 7.00 wib

SPBU Ga Dese (Dok pribadi)
SPBU Ga Dese (Dok pribadi)
Persis seperti yang dikatakan oleh petugas SPBU Ga Dese diatas. Kemarin ketika saya mengantar ibu saya ke tempat kerjanya yang satu jalur dengan kantor unit pemasaran terminal BBM Gunungsitoli. Saya melihat beberapa mobil tangki BBM milik pertamina sekitar pukul 7.00 wib sudah mulai mendistribusikan  minyak ke SPBU-SPBU dan beberapa tempat pendistribusian minyak yang ada di Kota Gunungsitoli, dan sekitar pukul 08.30-9.00 mobil-mobil tangki BBM tersebut sudah kembali lagi ke kantor unit pemasaran.

Selain SPBU. Sekarang ini di Kota Gunungsitoli sudah ada yang namanya pertamini. Jika kita kearah selatan Kota Gunungsitoli menuju Bandar Udara Binaka. Disetiap 1-2 KM, kita dengan mudah menemukan sebuah pertamini yang berada disebelah kiri atau kanan jalan. Dengan adanya beberapa pertamini di Kota Gunungsitoli sangat membantu masyarakat Kota Gunungsitoli dan masyarakat Kepulauan Nias pada umumnya. Harga bensin yang dijual di pertamini  tidak jauh beda dengan harga yang ada di SPBU. Jika di SPBU harga bensin sekitar Rp.6.500 maka di pertamini harga 1 liter bensin sekitar 7.500.

Salah satu Pertamini yang berada di Onamolo, Gunungsitoli Selatan (Dok pribadi)
Salah satu Pertamini yang berada di Onamolo, Gunungsitoli Selatan (Dok pribadi)
Pendistribusian Minyak Tanah di Kota Gunungsitoli saat ini

Jika di Pulau Jawa gas merupakan bahan bakar utama yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga. Sementara di Gunungsitoli dan kabupaten-kabupaten lainnya ada di Kepulauan Nias minyak tanah merupakan energi yang sangat diperlukan untuk keperluan rumah tangga.

Selama saya berada di Kota Gunungsitoli, saya melihat dan mengalami sendiri pendistribusian minyak tanah sudah membaik dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Buktinya ketika saya membeli minyak tanah di UD Adalia di Jalan 263, Kota Gunungsitoli, (berjarak 1 KM dari rumah saya). Saya bisa membeli minyak tanah dengan jumlah yang tidak terbatas. Harga perliter minyak tanah di UD Adalia Rp. 5.000. Bukan hanya di UD Adalia, di beberapa toko yang bermodal besar juga terdapat pasokan minyak tanah dari pertamina sekitar 3-4 drum. Malah di beberapa toko yang lumayan besar di Kota Gunungsitoli harga 1 liter minyak tanah hanya Rp.4.5000.

Permasalahan dan Solusi Pendistribusian Energi di Kepuluan Nias

Seperti yang saya ceritakan diatas tadi. Pendistribusian energi di Kota Gunungsitoli cukup baik dibandingkan sebelum tahun 2014. Tetapi, ada beberapa masalah yang masih dihadapi dalam pendistribusian energi di Kota Gunungsitoli dan Kepulauan Nias, yaitu:

Tempat Pendistribusian Bensin yang Tidak Merata

Di Kota Gunungsitoli terdapat 6 SPBU. Sementara di Kabupaten Nias Selatan hanya terdapat 2 SPBU, Kabupaten Nias Utara 1 SPBU, dan Kabupaten Nias dan Nias Barat tidak terdapat SPBU. Mungkin permasalahan pendirian SPBU disuatu tempat tidak bisa diatasi oleh pertamina. Karena, modal dan pendirian sebuah SPBU adalah ditentukan oleh pengusaha pemilik SPBU.

Begitu juga dengan tempat-tempat adanya pertamini khususnya yang ada di Kota Gunungsitoli hanya banyak ada di daerah Kota Gunungsitoli kearah Bandar Udara Binaka. Selain daerah itu masih banyak pendistribusian minyak ke masyarakat melalui cara eceran secara tradisional yaitu pemilik warung menyediakan bensin di beberapa botol atau jiregen kecil dan kemudian meletakkanya depan rumah. Terkadang beberapa penjual eceran suka mengurangi jumlah bensin dalam satu liter atau terkadang mencampur bensin dengan jenis minyak lain.

Beberapa minggu yang lalu, saya mempunyai sebuah pengalaman. Ketika bensin motor saya habis di Jalan Kelapa, Kota Gunungsitoli. Saya memutuskan untuk membeli bensin eceran di sebuah warung dekat dengan harga Rp. 8.000/Liter.

Salah satu yang bisa dilakukan oleh pertamina dalam mengatasi ketidak merataan pendistribusian bensin di Kepulaun Nias adalah melalui pertamini. Jika merujuk diperaturan yang dikatakan oleh Direktur BBM BPH Migas Hendry (sumber http://www.bisniskecil.xyz/2016/04/begini-cara-membuka-usaha-pertaminispbu.html ). Setiap orang yang ingin membuka pertamini di daerahnya harus mempunyai modal 75-100 juta. Dengan modal sebesar ini masyarakat Kepulauan Nias yang mempunyai niat untuk mendirikan pertamini mengurungkan niatnya untuk mendirikan pertamini. Disinilah diperlukan peran dari pertamina dengan cara memberikan keringan besar modal awal bagi bagi calon pemilik pertamini dan sekaligus membina para calon pemilik pertamini tentang pendistribusian dan penjualan energi (bensin dan solar) di Kepuluan Nias.   

Jika pertamina melakukan solusi seperti yang saya katakan diatas. Pasti pertamina tidak akan rugi sebab sekarang ini hampir setiap rumah di Kepulauan Nias mempunyai 1-2 motor bahkan di satu kampung terdapat 2-5 keluarga yang mempunyai mobil pribadi atau mobil angkutan. Dengan setiap rumah di Kepulauan Nias memiliki transportasi pribadi. Maka penggunaan bensin setiap hari sangat diperlukan oleh masyarakat Kepulauan Nias. 

Pembagian Pendistribusian Minyak Tanah yang Tidak Merata

Saya mengalami sendiri untuk mendapatkan minyak tanah harus ke sebuah toko yang mempunyai modal besar. Di toko ini saya dengan bebas dapat menentukan jumlah minyak tanah yang saya inginkan. Bahkan di beberapa toko yang mempunyai modal besar di Kota Gunungsitoli mendapat distribusi minyak tanah beberapa drum. Sehingga terkadang harga minyak tanah bisa menca[at Rp.4.500

Sementara di kompleks saya tinggal yaitu di Kompleks KBN, Jalan Tirta. Untuk mendapatkan minyak 5 liter, saya harus menitipkan jiregen minyak tanah saya beberapa hari sebelumnya. Alasannya adalah karena warung yang menjual minyak tanah di kompleks saya tinggal masih kategori warung kecil. Oleh karenanya pendistribusian minyak tanah di warung tersebut hanya berkisar 100-200 Liter. Sementara hampir puluhan rumah di kompleks tersebut menggunakan minyak tanah untuk keperluan rumah tangganya.

Hal yang sama bukan hanya terjadi di kompleks saya saja hampir di banyak warung yang mempunyai modal kecil (5-20 juta) yang saya jumpai hampir tidak ada distribusi minyak tanah.

Solusi Ketidak Merataan Pendistribusian Minyak Tanah

Untuk mendisribusikan minyak tanah di Kota Gunungsitoli dan Kepulauan Nias umumnya. Seharusnya pertamina bersama kementerian perdagangan bersama dengan pihak terkait. Melakukan pengawasan dengan terjun langsung ke daerah Kepulauan Nias untuk mengawasi pendistribusian minyak tanah. Sehingga pendistribusian minyak tanah di toko yang mempunyai modal besar dan warung-warung kecil rata berdasarkan aturan yang beralaku, dan tentunya diharapkan masyarakat Kepuluan Nias mendapatkan pendistribusian minyak secara teratur setiap minggunya.

Kesimpulan

Itulah pengalaman dan pengamatan saya tentang pendistribusian energi di kampung halaman saya, Kepuluan Nias. Sedikit membaik dibandingkan dengan beberapa tahun lalu. Akan tetapi masalah pendistribusian ketidak merataan antara pemilik modal kecil dan besar, antara kabupaten yang satu dengan kabupaten lain masih masih banyak dijumpai. Semoga kedepannya pertamina pusat bersama denga pihak terkait dapat mengontrol pendistribusian di daerah paling luar Indonesia bagian barat ini. Inilah pengalaman saya. Terima salam saya dalam bahasa Nias Ya’ahowu.

https://twitter.com/febriwanharefa1

https://www.facebook.com/iwan.hrfa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun