Yang harus diperhatikan oleh Pak Menteri beserta jajarannya dalam menerapkan full day school adalah kualitas guru. Ibu saya adalah seorang guru agama SD di luar pulau Jawa. Dengan waktu sekolah sekitar pukul 13.00 sekarang ini. Dia terkadang masih susah membagi waktu untuk mempersiapkan materi yang ia hendak sampaikan ke esokkan harinya. karena jarak dari rumah ke sekolah sekitar 40 km. Dia baru sampai di rumah sekitar 14.30 -15.00 wib. Setelah pulang sekolah ibu saya istirahat sekitar 30 menit – 60 menit.
Kemudian setelah itu pergi ke ladang untuk menanam sayur, cabe. Juga terkadang membabat rumput. Semuanya itu ia lakukan untuk sedikit menutupi kebutuhan keluarga kami. Maklum gajinya sebagai PNS golongan 2D sekitar 2,3 juta. Sementara kami 3 orang bersaudara kuliah semua, dan bapak saya hanya sebagai petani yang penghasilannya tidan menentu.
Kembali ke aktivitas ibu saya tadi. Pulang dari ladang sekitar pukul 19.00 malam. Kemudian setelah itu memasak dan mandi. Setelah selesai mandi dan makan malam. Dia terkadang karena kecapean langsung tidur.
Seandainya kebijakan Pak Menteri yang jam sekolah sampai pukul 17.00. Ibu saya baru pulang ke rumah sekitar 18.00-18.30. Otomatis ia tidak bisa keladang dan mencukupi kebutuhan kami setiap bulannya dan untuk dampak yang lebih jauh lagi kualitas dari tenaga pengajar akan sangat berkurang. Sebab tidak ada waktu lagi untuk mempersiapkan materi yang akan diajarkan ke esokkan harinya lagi.
Pasti setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh kementerian pasti ada pro dan kontra dan juga resiko dan manfaatnya. Tetapi bagaimana kementerian berusaha menekankan sekecil-kecilnya resiko dari kebijakan tersebut. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H