Mohon tunggu...
Iwal Falo
Iwal Falo Mohon Tunggu... Lainnya - Bukan siapa-siapa, hanya berusaha menjadi yang terbaik

Menjadi diri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Yang Muda yang Memulai Aksi Penghijauan di Sumber-sumber Air dan DAS di Wilayah Desa Manamas

20 Januari 2021   21:42 Diperbarui: 20 Januari 2021   21:55 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak dapat dipungkiri, hutan adalah sumber kehidupan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, nyatanya hutan telah memberikan banyak manfaat bagi manusia.

Hasil-hasil hutan seperti buah-buahan, sayur-sayuran dan umbi-umbian, bisa dimanfaatkan sebagai sumber makanan. Tidak hanya sebagai sumber makanan, tetapi juga sumber penghasilan. 

Selain itu, hutan dengan banyak pohon menjadi penyedia oksigen bagi kehidupan di bumi. Bukan hanya oksigen, tetapi juga sebagai penyedia air bersih. Hutan memberikan manfaat yang luar biasa bagi manusia dan makhluk hidup pada umumnya melalui oksigen dan air bersih. 

Air bersih merupakan salah satu sumberdaya yang vital bagi kehidupan. Aktivitas manusia sangat tergantung dengan ketersediaan air bersih, mulai dari mandi, mencuci, aktivitas pertanian dan peternakan, hingga air minum, semua bersumber dari air bersih yang dihasilkan oleh hutan.

Hutan juga merupakan penyedia jasa lingkungan melalui pengendalian daur air. Tidak hanya menyediakan air bersih tetapi juga berperan dalam pengendalian erosi dan banjir. Deforestasi secara besar-besaran akan mengurangi fungsi dan manfaat hutan bagi kehidupan.

Saat ini, kita sering dihadapkan pada suatu keadaan dimana ketersediaan air sangat berlimpah saat musim hujan bahkan hingga menyebabkan banjir, akan tetapi saat musim kemarau sungai kering dan air sulit didapat. 

Salah satu contoh berkurangnya ketersediaan air bersih akibat hilangnya hutan atau berkurangnya jumlah pohon di sumber – sumber air dan DAS itu terjadi juga di wilayah Desa Manamas. Di mana, sumber air bersih semakin mengkhawatirkan. 

Sungai dan rawa yang selama ini dimanfaatkan sebagai sumber air bersih, semakin menyusut debit airnya sebagai akibat dari alih fungsi hutan di hulu menjadi kebun atau ladang pertanian.

Selain kerusakan hutan akhibat aktivitas perkebunan dan pertanian, juga akhibat penebangan pohon untuk keperluan pembangunan. Akibatnya saat musim hujan, wilayah Desa Manamas kelimpahan air. Sebaliknya, saat musim kemarau tiba, air seolah-olah hilang dan warga masyarakat Desa Manamas mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih.

Padahal hutan memiliki kemampuan sebagai regulator air, artinya hutan mampu mengatur, menyokong proses alami dan menyediakan air bersih apabila dibiarkan tetap alami. Ia mampu menyimpan air di musim hujan dimana ketersediaan air berlimpah, ia juga mampu melepaskan air saat musim kemarau, saat dimana ketersediaan air sangat kurang. 

Hutan dan pohon sangat berkontribusi dalam menjaga siklus air. Melalui akar pohon, air diserap kemudian dialirkan ke daun, menguap lalu dilepaskan ke lapisan atmosfer. Ketika pohon-pohon ditebang, daerah tersebut akan menjadi gersang dan tidak ada lagi yang membantu tanah menyerap lebih banyak air.

Dengan hilangnya daya serap tanah, hal tersebut akan berimbas pada musim kemarau, di mana dalam tanah tidak ada lagi cadangan air yang seharusnya bisa digunakan pada saat musim kemarau. 

Hal ini disebabkan karena pohon yang bertindak sebagai tempat penyimpanan cadangan air tanah tidak ada lagi sehingga akan berdampak pada terjadinya kekeringan yang berkepanjangan dan juga akan menyebabkan terjadinya penurunan sumberdaya air. 

Semakin sedikit jumlah pohon yang ada di bumi, maka kandungan air di udara yang nantinya akan dikembalikan ke tanah dalam bentuk hujan juga sedikit. Hal tersebut dapat menyebabkan tanah menjadi kering sehingga sulit bagi tanaman untuk hidup.

Dengan manfaat hutan yang sedemikian besarnya bagi kehidupan di bumi ini, apakah kita masih akan tetap acuh dan tidak peduli terhadap kelestarian hutan?

Mengingat besarnya manfaat hutan dan pohon bagi kelangsungan hidup maka Kelompok Pemuda Tafen Kuan Manamas yang dimotori oleh angkatan muda Desa Manamas yang berdomisili dan berkarya di luar Desa Manamas, terpanggil untuk melakukan aksi penghijauan atau gerakan menanam ribuan pohon terutama di sumber – sumber air dan daerah aliran sungai di wilayah Desa Manamas. Umumnya mereka tinggal di Jakarta, Surabaya, Papua, Bali.

Melalui pembicaraan dan obrolan ringan via telpon maupun pesan whatsapp, adik Bonefasius Falo di Jakarta memulai percakapan kami dengan mengatakan begini : “Meskipun kami hidup dan berkarya di tempat yang jauh atau rantauan, kami ingin melakukan sesuatu yang dapat dinikmati dan berguna bagi masyarakat di Desa Manamas”.  

Saat itu terlintas dalam benak saya bahwa selama tahun 2019, curah hujan berkurang yang berakhibat pada kekeringan panjang dan debit air pun berkurang. 

Oleh karena itu gerakan menanam pohon mungkin cocok untuk dilakukan pada tahun 2020 mumpung curah hujan tahun ini cukup baik. Ide ini saya sampaikan dan diterima. Koordinasi dengan sesama saudara yang berada di rantauan pun dimulai. Mereka pun setuju dengan ide ini.

Langkah selanjutnya adalah koordinasi dengan Pemerintah Desa Manamas dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Manamas guna memperoleh dukungan dan arahan sehubungan dengan gerakan penghijauan ini. 

Pemerintahan Desa Manamas melalui Penjabat Kepala Desa Manamas, Kanisius T. Teme, S. Sos dan Ketua BPD Desa Manamas, Fransiskus Xaverius Kolo Meko, S. Sos menyambut baik dan mendukung penuh aksi yang diprakarsai oleh kaum muda Manamas di rantauan.

Di bawah spirit “yang muda yang memulai, yang muda yang bergerak”, aksi penggalangan dana dari anak–cucu, sufa-ka’uf Manamas, baik yang ada di dalam desa maupun di luar desapun dimulai. Wilayah Jakarta dibawah koordinasi Kakak Pit Djemadi dan adik Boni Falo, wilayah Surabaya dikoordinir oleh Kakak Don Meko, wilayah Bali dikoordinir oleh adik Guido Elu, Papua dikoordinir oleh adik Okto Elu dan Kefamenanu dikoordinir oleh Kakak Siju Meko. Sedangkan dalam wilayah Desa Manamas sendiri langsung dibawah koordinasi Ketua BPD Desa Manamas, Kakak Choin Kolo Meko.

Alhasil, dalam waktu sebulan lebih dana untuk aksi penghijauan terkumpul walau hanya berkomunikasi melalui telpon dan whatsapp grup. Sambil menggalang dana, proses pembentukan kepengurusan pun berjalan dengan struktur : Ketua : Wilibaldus Be Lao Falo, S. Sos (Iwal Falo/saya sendiri), Sekretaris : Klinius Adriyanto Kolo Ramu (Yanto Kolo), Bendahara : Aryance Paulina Thake Kolo, S.Pd (Ance Kolo).

Tahap selanjutnya adalah berkoordinasi dengan lembaga atau badan penyedia bibit tanaman untuk penghijauan. Setelah melalui diskusi terutama dengan para koordinator, saya putuskan untuk mengambil bibit tanaman di Badan Perlindungan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASHL) Benain Noelmina di Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur.

 Pihak BPDASHL memberi sinyal positif, sehingga tanggal 22 Desember 2020, saya bersama beberapa teman berangkat ke Kupang untuk mengambil bibit tanaman dan langsung didrop ke wilayah dusun masing – masing sesuai kepemilikan sumber – sumber air yakni Dusun Bobkase, Dusun Naimeko dan Dusun Kleo. 

Jenis bibit yang dipilih adalah jenis tanaman yang bisa menampung air seperti Trembesi sebanyak 250 pohon, sengon sebanyak 1000 pohon, mahoni sebanyak 1000 pohon dan ditambah kelor sebanyak 500 pohon.

Adapun titik lokasi penghijauan meliputi : sumber air Neofmeu, Puamnut dan Bipolo di wilayah Dusun Bobkase dan Kutet, sumber air Taupjam, Oelakaem dan Oel Manufonu di wilayah Dusun Naitunis dan Naimeko, sumber air Leolboko, Kaenka dan Manobi di wilayah Dusun Kleo. 

Karena padatnya agenda Pemerintahan Desa Manamas pada akhir tahun 2020 dan awal tahun 2021 maka Kepala Desa Manamas akhirnya memutuskan jadwal pelaksanaan gerakan penghijauan ini pada tanggal 05 Januari 2021 hingga tanggal 08 Januari 2021. Gerakan menanam pohon pun dimulai dengan melibatkan semua pemilik lahan di sekitar sumber air, unsur masyarakat dan pemerintahan desa, unsur pemuda pelajar.

Dokpri
Dokpri
Pelibatan berbagai unsur masyarakat dalam kegiatan ini dengan tujuan untuk memberikan kesadaran dan pembelajaran kepada masyarakat tentang pentingnya pohon bagi kehidupan. 

Degradasi hutan dan lahan yang disebabkan oleh pembalakan liar, perambahan hutan, pengurangan kawasan hutan (deforestasi) untuk kepentingan pembangunan lain, serta penggunaan lahan yang tidak memperhatikan kaidah-kaidah konservasi berakibat pada terjadinya bencana banjir, kekeringan dan tanah longsor maupun kontribusi nyata terhadap pemanasan global.

Aksi ini berjalan sesuai rencana meskipun ada beberapa kendala teknis di lapangan namun berkat kesolidan dan kesigapan tim di lapangan maka semuanya dapat diatasi dengan baik. 

Di akhir aksi penghijauan, masyarakat dan unsur masyarakat bersepakat untuk melestarikan dan merawat hutan terutama bibit tanaman yang baru ditanam demi anak – cucu dan demi kesejahteraan manusia di bumi.

Selain bersepakat untuk merawat dan melestarikan lingkungan, mereka pun mendorong Pemerintah Desa Manamas dan BPD Desa Manamas untuk segera membuat rancangan regulasi tentang pelestarian lingkungan hidup serta membahasnya bersama masyarakat kemudian menetapkannya sebagai dasar hukum yang sah untuk dilaksanakan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Akhir kata MERAWAT DAN MELESTARIKAN LINGKUNGAN SAMA DENGAN MERAWAT KEHIDUPAN. MARI RAWAT DAN LESTARIKAN LINGKUNGAN DEMI KEHIDUPAN DAN KESEJAHTERAAN UMAT MANUSIA DI MASA MENDATANG.

SALAM HIJAU.....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun