Sistem pendidikan ini juga telah mempengaruhi bagaimana guru mengajar. Guru di Indonesia diharapkan untuk mengajar sesuai dengan silabus yang telah disusun oleh sekolah berdasarkan standar pemerintah.Â
Banyaknya materi yang harus diajarkan dan terbatasnya waktu mengajar menyebabkan guru seringkali tidak memiliki waktu yang cukup untuk memastikan bahwa murid telah memahami materi yang diajarkan.Â
Ditambah lagi, jika murid gagal ujian, maka guru juga turut disalahkan dan dianggap tidak mampu mendidik muridnya. Hal ini menyebabkan, seringkali guru mengajar dengan tujuan agar murid bisa lulus ujian, alih-alih untuk mendidik, membimbing, membentuk karakter, ataupun mempersiapkan murid untuk terjun ke dalam masyarakat.
Lalu, apa solusinya?
Berdasarkan pembahasan di atas, selama sistem pendidikan dan stigma masyarakat di Indonesia tidak berubah, maka perilaku menyontek masih akan tetap menjadi hal yang tidak dapat dihindari dalam dunia pendidikan. Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk mengubah hal ini adalah dengan perlahan mengubah pola pikir kita sendiri, terutama bagi orang tua dan pendidik.Â
Kita harus sadar bahwa proses pembelajaran itu jauh lebih penting dari sekedar nilai atau hasil belajar. Jadi, murid menyontek bukanlah salah murid itu sendiri. Murid adalah hasil, tepatnya sebagai korban, dari sebuah sistem pembelajaran dan budaya yang keliru.
Pustaka Acuan
Andiwatir, A., & Khakim, A. (2019). Analisis perilaku menyontek dan rancangan perubahannya pada siswa smp. Intuisi, 11(2), 88--97.
Anitha, P., & Sundaram, S. (2021). Prevalence, types and reasons for academic dishonesty among college students. Journal of Studies in Social Sciences and Humanities, 7(1), 1--14.
Asnawati, A. (2023). Plagiarisme pada karya ilmiah mahasiswa semester akhir uin mataram tahun 2020-2021. Al-Ma mun Jurnal Kajian Kepustakawanan dan Informasi, 4(1), 65--80. https://doi.org/10.24090/jkki.v4i1.6813
Bachore, M. M. (2016). The nature, causes and practices of academic dishonesty/ cheating in higher education: The case of hawassa university. Journal of Education and Practice. 7(19), 14--20.
Cornish, D. B., & Clarke, R. V. G. (1986). The reasoning criminal: Rational choice perspectives on offending. Springer Verl.
Davis, S. F., Grover, C. A., Becker, A. H., & McGregor, L. N. (1992). Academic dishonesty: Prevalence, determinants, techniques, and punishments. Teaching of Psychology, 19(1), 16--20. https://doi.org/10.1207/s15328023top1901_3
Fadillah, A. (2019). Hubungan antara efikasi diri dengan perilaku menyontek pada mahasiswa. Psikoborneo: Jurnal Ilmiah Psikologi, 7(4), 657-664. https://doi.org/10.30872/psikoborneo.v7i4.4846
Hardiantoro, A., & Pratiwi, I. E. (2023, May 12). 7 peserta utbk 2023 di usu bertindak curang dan didiskualifikasi, diduga libatkan sindikat bimbel. Kompas.Com. https://www.kompas.com/tren/read/2023/05/12/141500465/7-peserta-utbk-2023-di-usu-bertindak-curang-dan-didiskualifikasi-diduga?page=all
Harianindo. (2023, December 1). Geger! Rektor iain ponorogo diduga lakukan tindakan plagiarisme. Harianindo. https://www.harianindo.co/read/geger-rektor-iain-ponorogo-diduga-lakukan-tindakan-plagiarisme
Madurapers. (2023, December 6). Skandal plagiarisme: Beredar artikel ilmiah rektor iain ponorogo terbukti plagiat. MaduraPers. https://madurapers.com/skandal-plagiarisme-beredar-artikel-ilmiah-rektor-iain-ponorogo- terbukti-plagiat-karya-evi-muafiah/
Smith, S. L. (1998). At what age do children start cheating? National Undergraduate Research Clearinghouse. http://www.webclearinghouse.net/volume/.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H