Mohon tunggu...
Ivory
Ivory Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Magister Psikologi Sains Ubaya

Mahasiswa Magister Psikologi Sains Ubaya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Murid Menyontek: Salah Siapa?

22 Desember 2023   00:11 Diperbarui: 22 Desember 2023   00:26 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut Rational Choice Theory yang dikemukakan oleh Cornish & Clarke (1986), perilaku menyontek merupakan hasil dari keputusan yang diambil melalui pertimbangan rasional setelah melihat keuntungan dan kerugian dari semua alternatif yang ada. 

Menurut Andiwatir & Khakim (2019), perilaku menyontek bukan sifat bawaan individu, melainkan berasal dari hasil belajar atau hasil interaksi seseorang dengan lingkungannya. 

Lantas apa yang mendorong perilaku menyontek ini?
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Anitha & Sundaram (2021), beberapa alasan murid melakukan perilaku menyontek adalah karena ekspektasi orang tua, konformitas, dan juga persaingan yang ketat dalam mendapatkan nilai yang bagus. 

Sementara penelitian yang dilakukan oleh Bachore (2016) menyatakan bahwa alasan utama murid menyontek adalah karena tingkat kesulitan ujian yang terlalu tinggi, serta kurangnya waktu untuk mengerjakan ujian.

 Selain itu, ia mengatakan bahwa alasan lain murid menyontek adalah karena merasa tertekan untuk mendapatkan nilai yang bagus. Penelitian Davis et al. (1992) menemukan bahwa tekanan untuk mendapatkan nilai yang bagus merupakan alasan utama seseorang melakukan perilaku menyontek.

Mengapa banyak tekanan untuk mendapatkan nilai bagus?
Terdapat stigma dalam masyarakat kita bahwa murid yang memiliki nilai bagus di rapornya sama dengan murid pintar yang pasti akan memiliki masa depan yang sukses. 

Sebaliknya, murid yang memiliki nilai yang jelek pastilah murid bodoh yang masa depannya tidak terarah. Hal ini menyebabkan masih banyak orang tua yang merasa malu jika anaknya mendapatkan nilai yang jelek. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa orang tua lah yang menjadi penyebab terbesar anak merasa tertekan untuk memiliki nilai yang bagus. Oleh karena itu, sangat penting bagi orang tua untuk memahami bahwa nilai bukanlah prediktor kesuksesan anak di masa depan.

Lantas, apakah murid menyontek adalah salah orang tua?
Tidak dapat dipungkiri bahwa orang tua yang sangat mementingkan nilai ujian disebabkan karena adanya stigma dalam masyarakat mengenai pentingnya nilai akademik murid, yang tak lain disebabkan oleh sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia.

Sistem pendidikan di Indonesia terlalu mengutamakan nilai sebagai prediktor utama dalam menentukan pemahaman siswa. "Ujian" menjadi sebuah kata yang menakutkan bagi murid. 

Seringkali, agar bisa lulus ujian, murid-murid hanya menghafalkan materi yang diujikan tanpa memahami materi tersebut. Hal ini mengakibatkan hilangnya tujuan pembelajaran yang sebenarnya. Murid-murid belajar dengan tujuan agar bisa lulus ujian dan mendapatkan nilai yang bagus, alih-alih untuk menambah pengetahuan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun