Mohon tunggu...
Ivone Dwiratna
Ivone Dwiratna Mohon Tunggu... Wiraswasta - Seorang hamba TUHAN

Believe, Belajar, Bertindak

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Sri Ngiler

19 Oktober 2015   04:26 Diperbarui: 19 Oktober 2015   08:35 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana jika ada seseorang yang tidak anda kenal, tiba-tiba berkata ada bahaya yang mengancam anak anda? Bagaimana jika ada yang memberitahu jika anak anda dibully atau dilecehkan atau apapun itu? Anda diam tidak peduli? Atau marah dan menganggap orang yang berusaha menolong anda tidak waras? Atau merasa hebat banget nih orang kok bisa lebih tau dari orang tuanya dan menanggapinya dengan sinis? Atau melakukan cek dan ricek, bersikap bijak dan bertindak?
Waktu tak pernah bisa kembali. Biar hanya sedetik... Diam, tidak peduli dan sinis... atau bijaksana dan bertindak? Semua pilihan ada ditangan kita masing-masing. Langkah kita saat ini adalah untuk sekian tahun bahkan puluhan tahun ke depan. Hidup itu pilihan....

Mengabaikan, diam dan bisa jadi sekian puluh tahun lagi menyesali karena tidak bertindak..
Atau bertindak, berjuang untuk diri sendiri dan orang lain; apapun hasilnya... setidaknya sudah berjuang all out

Ketahuilah bahwa Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, tanpa kita berjuang untuk itu. Tak ada rizki yang jatuh dari langit tanpa bekerja... tak ada perlindungan terhadap anak-anak kita tanpa kita berjuang untuk melindunginya. Jangan kira yang terjadi di Jakarta tak bisa terjadi di Surabaya, jangan kira yang terjadi di Bali tak bisa terjadi di Papua... Segala kemungkinan bisa terjadi.

Dimanapun itu, kapanpun itu, bagaimanapun itu....bullying, pelecehan dapat terjadi pada orang-orang yang kita kasihi tanpa kita bisa tahu. Siapa yang akan menolong kita mencegah semua ini terjadi? Empati dan kepedulian sosial. Orang lain akan awasi anak kita dan cegah ia dalam bahaya saat tak bersama kita. Demikian pula kita, awasi..waspadai..laporkan dan cegah ada yang menyakiti atau mengganggu anak-anak..meskipun itu bukan anak kita.

Tidak mudah untuk mengedukasi masyarakat mengenai hal ini. Putus mata rantai bullying dan pelecehan pada anak-anak dengan peduli. Karena efek bullying dan pelecehan yang tidak diatasi/ ditrauma healing itu bisa jadi muncul baru sekian puluh tahun ke depan. Ironisnya, trauma healing itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang menyadari anaknya atau orang-orang terdekatnya menjadi korban. Bagaimana seorang anak yang menjadi korban bisa ditrauma healing jika ortunya merasa tidak ada sesuatu yang terjadi pada anaknya meski orang lain melaporkan kepada mereka jika anaknya diganggu/disakiti orang? Pembiaran dan ketidakpedulian itu yang akibatkan maraknya pelecehan dan bullying saat ini. Korban-korban yang dibiarkan dan ditutupi akhirnya menjadi pelaku.

Mana mungkin anak kita bisa menjadi korban bullying atau pelecehan? Sedangkan anak-anak sudah berusia cukup besar dan tidak ada hentinya kita nasehati untuk lari, teriak dan lapor jika ada yang lakukan itu. Kita yakinkan pada anak bahwa kita akan “hajar” orang yang berani ganggu anak-anak. Sementara itu, di lingkungan sekolah atau tempat lainnya, ia harus menghadapi kenyataan ada “PREDATOR” yang berani melecehkannya, sedangkan kawan-kawannya atau bahkan orang dewasa di sekitarnya mendiamkannya. Ia juga melihat kawan-kawannya dilecehkan, juga tidak ada reaksi, kawannya juga tidak berani melawan. Bisa jadi sang predator mengancamnya akan memasukkannya ke gudang atau memukulnya. Maka dengan pikiran kanak-kanaknya mereka berfikir bahwa kalau dia beritahukan hal ini pada orang tuanya, orang tuanya akan mengamuk pada “PREDATOR”, lalu “PREDATOR” akan memasukkan si anak ke gudang atau memukulnya. Jadi, dia cari aman. Toh sekelilingnya juga diam, maka lebih baik dia diam dan bilang tidak ada apa-apa. Simple! Tapi bagi orang tua yang tidak peka, diam anak tadi menurut mereka adalah berarti si anak tidak diganggu kok. Selama anak masih dalam lingkungan yang berbahaya tersebut, bagaimana anak berani jujur? Biar setahun...dua tahun...sepuluh tahun pun mungkin anak-anak tidak akan berkata apa-apa meski mereka sebenarnya perlu pertolongan.

Trauma healing itu bukan hanya mensupport anak-anak yang menjadi korban, membelikannya apa saja yang membuatnya senang, menasihatinya dari A-Z, membekalinya dengan bekal agama yang kuat, menghiburnya, menyibukkannya, menyenangkannya, mendekatinya. Tapi mereka juga perlu contoh nyata dari orang tua yang bertindak. Yang berjuang dengan segenap hati dan kemampuannya untuk melindungi dan menegakkan harga diri sang anak. Anak perlu hadiah atas kejujurannya dan keberaniannya dengan perjuangan kita.

Apa yang ada di benak anda jika anda adalah anak anda dan melihat orang tua hanya diam tidak bertindak, menutupi bahkan tidak peduli atas laporan orang akan gangguan yang telah kita terima? Pasti sedih, kecewa dan terluka. Dengan menutupinya, anak jadi merasa ini adalah aib dan akankah kita membiarkannya memanggulnya seumur hidup? Berjuanglah! Tegakkan harga diri anak anda! Buktikan kepadanya anda melindunginya dengan sekuat tenaga. Bukan mencontohkannya lari dari kenyataan dan membangun dinding semu untuk anak anda seolah tidak ada apa-apa. Ajak anak anda melawan ketakutannya, ini bukan kesalahannya, menghapus air matanya, menegakkan kepalanya, membangun harga dirinya kembali. Ajarkan pada anak anda dengan perbuatan nyata. Bukan mimpi... uang anda tidak bisa membeli kebijaksanaan dan membayar penyesalan, tidak bisa mengembalikan waktu yang telah anda sia-siakan. Apa yang anda putuskan saat ini adalah penentu masa depannya. Berjuanglah, dampingilah, dengarkanlah mereka... karena mereka yang akan jalani masa depannya nanti dan bukan kita. Berjuang dan bukannya menunggu hasil perjuangan orang dengan menontonnya saja. Berjuang, lakukan banyak hal! Bergabung berjuang untuk anak-anak dan menunggu perjuangan orang akan menghasilkan hasil yang beda. Anak-anak kita belajar dan mengamati apa yang kita lakukan, apa yang kita putuskan. Apa yang kita lakukan ini adalah bagian dari langkah besar. Melindunginya dan seluruh anak-anak yang ada dengan gerakan kepedulian. Apa yang terjadi pada orang lain, belum tentu tidak dapat terjadi pada kita. Bisa cepat, bisa lambat. Bisa kena, bisa tidak. Apapun bisa terjadi tanpa kita tahu. Sedetik kedepan saja kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi. Akankah kita membiarkan anak-anak atau cucu kita dalam bahaya?

Bangunlah empati dan kepedulian sosial. Lebih aware pada sekeliling. Dengan langkah kecil ini, kita bisa menyelamatkan lebih banyak lagi anak-anak dari bahaya bullying, pelecehan atau apapun bentuk kekerasan pada anak. Lindungi, cegah, lawan dan laporkan. Jangan hanya diam. Karena diam adalah bentuk pengkhianatan, sebab anak-anak anda, saya dan kita semua adalah amanah Allah. Jawaban apa yang anda berikan pada Allah saat kita harus kembali kepada Allah?


Be wise....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun