Mohon tunggu...
IVON SUPRIADI
IVON SUPRIADI Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak

Guru Penggerak, Penggerak Komunitas Belajar Citra Ilmu Spentig, Penggerak Komunitas MGMP PPKN SMP Rayon II Karimun, Penulis Blog, dan Konten Kreator.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemilu: Ajang Mengkondisikan Panitia Pelaksana, Integritas Palsu, dan Hirarki Kekuasaan

25 Mei 2024   10:56 Diperbarui: 25 Mei 2024   22:45 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilihan umum (Pemilu) adalah pilar penting dalam sistem demokrasi yang idealnya menjadi mekanisme untuk mewujudkan aspirasi rakyat. Namun, di balik proses ini, terdapat berbagai dinamika dan tantangan yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Salah satu aspek yang sering menjadi sorotan adalah peran dan integritas panitia pelaksana Pemilu. Dalam banyak kasus, panitia pelaksana ini dihadapkan pada tekanan yang besar untuk bekerja sesuai dengan arahan tertentu yang mungkin tidak selalu sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan dan transparansi. Artikel ini akan mengupas bagaimana Pemilu sering kali menjadi ajang untuk mengkondisikan panitia pelaksana, menghadirkan integritas palsu, dan bekerja dalam struktur hirarki yang ketat di bawah kendali kekuasaan tertentu.

Kondisi Panitia Pelaksana Pemilu

Panitia pelaksana Pemilu, yang terdiri dari berbagai tingkatan mulai dari  pusat hingga panitia di tingkat kecamatan dan desa, memiliki tugas yang sangat berat. Mereka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa proses Pemilu berjalan lancar, adil, dan transparan. Namun, tugas ini tidak mudah dilakukan mengingat adanya berbagai tekanan dari pihak-pihak yang berkepentingan.

Tekanan politik adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh panitia pelaksana. Partai politik dan calon tertentu sering kali berusaha untuk mempengaruhi panitia pelaksana agar berpihak pada mereka. Dalam beberapa kasus, hal ini dilakukan melalui ancaman, intimidasi, atau bahkan suap. Akibatnya, integritas panitia pelaksana menjadi terancam. Mereka harus memilih antara menjalankan tugas mereka dengan jujur atau menyerah pada tekanan eksternal yang dapat menguntungkan mereka secara pribadi namun merugikan proses demokrasi secara keseluruhan.

Integritas Palsu dalam Pemilu

Konsep integritas dalam Pemilu seharusnya mencerminkan kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas. Namun, pada kenyataannya, yang sering terjadi adalah integritas palsu. Integritas palsu ini muncul ketika panitia pelaksana hanya menampilkan citra seolah-olah mereka menjalankan tugas dengan benar dan adil, padahal di balik layar mereka tunduk pada tekanan dan instruksi dari pihak tertentu.

Integritas palsu ini bisa terwujud dalam berbagai bentuk. Misalnya, dalam penghitungan suara, panitia pelaksana mungkin melaporkan hasil yang telah dimanipulasi untuk menguntungkan calon tertentu. Selain itu, proses verifikasi data pemilih juga bisa dimanipulasi untuk menyertakan atau menghapus nama-nama tertentu dari daftar pemilih, sesuai dengan kepentingan politik tertentu. Hal ini menciptakan ilusi bahwa Pemilu berjalan dengan baik, padahal sebenarnya telah terjadi berbagai kecurangan yang merusak esensi dari demokrasi itu sendiri.

Hierarki dan Kendali Kekuasaan

Salah satu aspek yang tidak bisa diabaikan dalam memahami dinamika Pemilu adalah struktur hierarki dalam panitia pelaksana dan bagaimana mereka dikendalikan oleh kekuasaan. Struktur ini sering kali sangat kaku dan vertikal, dengan arahan dan perintah yang datang dari atas ke bawah. Panitia di tingkat bawah harus mematuhi instruksi dari atasan mereka, yang sering kali merupakan representasi dari kepentingan politik tertentu.

Dalam konteks ini, panitia pelaksana Pemilu di tingkat bawah sering kali tidak memiliki kebebasan untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan. Mereka hanya menjadi alat untuk melaksanakan perintah dari atas, yang bisa jadi sarat dengan agenda politik. Hal ini menimbulkan masalah serius karena panitia pelaksana tidak lagi berfungsi sebagai penjaga proses demokrasi yang netral dan independen, tetapi sebagai instrumen kekuasaan yang berusaha memanipulasi hasil Pemilu sesuai dengan keinginan pihak tertentu.

Dampak Terhadap Demokrasi

Praktik-praktik yang mengkondisikan panitia pelaksana Pemilu dan memaksakan integritas palsu memiliki dampak yang sangat merusak terhadap demokrasi. Salah satu dampak yang paling nyata adalah hilangnya kepercayaan publik terhadap proses Pemilu dan hasilnya. Ketika masyarakat merasa bahwa Pemilu telah dicurangi dan tidak mencerminkan suara mereka yang sebenarnya, legitimasi pemerintah yang terpilih pun menjadi dipertanyakan.

Selain itu, praktik-praktik semacam ini juga mendorong budaya korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Panitia pelaksana yang terbiasa bekerja di bawah tekanan dan instruksi yang tidak etis cenderung menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang normal. Akibatnya, nilai-nilai integritas dan kejujuran semakin terkikis, dan hal ini bisa berdampak jangka panjang terhadap seluruh sistem pemerintahan.

Upaya Pembenahan

Untuk mengatasi masalah ini, perlu ada upaya serius dan komprehensif untuk memperbaiki integritas dan independensi panitia pelaksana Pemilu. Salah satu langkah penting adalah meningkatkan pengawasan dan akuntabilitas panitia pelaksana. Pengawasan yang ketat dari lembaga independen dan partisipasi masyarakat dalam memantau proses Pemilu sangat diperlukan untuk memastikan bahwa tidak ada kecurangan yang terjadi.

Selain itu, perlu ada perlindungan yang lebih baik bagi panitia pelaksana dari tekanan politik. Undang-undang yang mengatur Pemilu harus diperkuat untuk memberikan perlindungan hukum bagi panitia pelaksana yang menolak ikut serta dalam praktik-praktik kecurangan. Perlindungan ini harus mencakup jaminan keamanan dan keselamatan bagi mereka dan keluarga mereka, agar mereka bisa menjalankan tugas tanpa rasa takut atau tekanan.

Pendidikan dan pelatihan juga memainkan peran penting dalam memperkuat integritas panitia pelaksana. Pelatihan yang berfokus pada etika dan prinsip-prinsip demokrasi harus menjadi bagian integral dari persiapan panitia pelaksana. Dengan memahami pentingnya peran mereka dalam menjaga demokrasi, diharapkan panitia pelaksana akan lebih berkomitmen untuk menjalankan tugas mereka dengan jujur dan adil.

Kesimpulan

Pemilu seharusnya menjadi momen penting bagi demokrasi, di mana suara rakyat benar-benar didengar dan dihargai. Namun, praktik-praktik yang mengkondisikan panitia pelaksana, memaksa integritas palsu, dan bekerja dalam struktur hierarki yang kaku di bawah kendali kekuasaan tertentu, merusak esensi dari Pemilu itu sendiri. Untuk memastikan bahwa Pemilu bisa berjalan dengan adil dan transparan, diperlukan upaya bersama untuk memperkuat integritas dan independensi panitia pelaksana. Hanya dengan demikian, kita bisa berharap bahwa Pemilu benar-benar menjadi ajang untuk mewujudkan aspirasi rakyat dan memperkuat demokrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun