Mohon tunggu...
IVON SUPRIADI
IVON SUPRIADI Mohon Tunggu... Guru - Guru Penggerak

Guru Penggerak, Penggerak Komunitas Belajar Citra Ilmu Spentig, Penggerak Komunitas MGMP PPKN SMP Rayon II Karimun, Penulis Blog, dan Konten Kreator.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pemilu: Ajang Mengkondisikan Panitia Pelaksana, Integritas Palsu, dan Hirarki Kekuasaan

25 Mei 2024   10:56 Diperbarui: 25 Mei 2024   22:45 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemilihan umum (Pemilu) adalah pilar penting dalam sistem demokrasi yang idealnya menjadi mekanisme untuk mewujudkan aspirasi rakyat. Namun, di balik proses ini, terdapat berbagai dinamika dan tantangan yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Salah satu aspek yang sering menjadi sorotan adalah peran dan integritas panitia pelaksana Pemilu. Dalam banyak kasus, panitia pelaksana ini dihadapkan pada tekanan yang besar untuk bekerja sesuai dengan arahan tertentu yang mungkin tidak selalu sejalan dengan prinsip-prinsip keadilan dan transparansi. Artikel ini akan mengupas bagaimana Pemilu sering kali menjadi ajang untuk mengkondisikan panitia pelaksana, menghadirkan integritas palsu, dan bekerja dalam struktur hirarki yang ketat di bawah kendali kekuasaan tertentu.

Kondisi Panitia Pelaksana Pemilu

Panitia pelaksana Pemilu, yang terdiri dari berbagai tingkatan mulai dari  pusat hingga panitia di tingkat kecamatan dan desa, memiliki tugas yang sangat berat. Mereka bertanggung jawab untuk memastikan bahwa proses Pemilu berjalan lancar, adil, dan transparan. Namun, tugas ini tidak mudah dilakukan mengingat adanya berbagai tekanan dari pihak-pihak yang berkepentingan.

Tekanan politik adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh panitia pelaksana. Partai politik dan calon tertentu sering kali berusaha untuk mempengaruhi panitia pelaksana agar berpihak pada mereka. Dalam beberapa kasus, hal ini dilakukan melalui ancaman, intimidasi, atau bahkan suap. Akibatnya, integritas panitia pelaksana menjadi terancam. Mereka harus memilih antara menjalankan tugas mereka dengan jujur atau menyerah pada tekanan eksternal yang dapat menguntungkan mereka secara pribadi namun merugikan proses demokrasi secara keseluruhan.

Integritas Palsu dalam Pemilu

Konsep integritas dalam Pemilu seharusnya mencerminkan kejujuran, transparansi, dan akuntabilitas. Namun, pada kenyataannya, yang sering terjadi adalah integritas palsu. Integritas palsu ini muncul ketika panitia pelaksana hanya menampilkan citra seolah-olah mereka menjalankan tugas dengan benar dan adil, padahal di balik layar mereka tunduk pada tekanan dan instruksi dari pihak tertentu.

Integritas palsu ini bisa terwujud dalam berbagai bentuk. Misalnya, dalam penghitungan suara, panitia pelaksana mungkin melaporkan hasil yang telah dimanipulasi untuk menguntungkan calon tertentu. Selain itu, proses verifikasi data pemilih juga bisa dimanipulasi untuk menyertakan atau menghapus nama-nama tertentu dari daftar pemilih, sesuai dengan kepentingan politik tertentu. Hal ini menciptakan ilusi bahwa Pemilu berjalan dengan baik, padahal sebenarnya telah terjadi berbagai kecurangan yang merusak esensi dari demokrasi itu sendiri.

Hierarki dan Kendali Kekuasaan

Salah satu aspek yang tidak bisa diabaikan dalam memahami dinamika Pemilu adalah struktur hierarki dalam panitia pelaksana dan bagaimana mereka dikendalikan oleh kekuasaan. Struktur ini sering kali sangat kaku dan vertikal, dengan arahan dan perintah yang datang dari atas ke bawah. Panitia di tingkat bawah harus mematuhi instruksi dari atasan mereka, yang sering kali merupakan representasi dari kepentingan politik tertentu.

Dalam konteks ini, panitia pelaksana Pemilu di tingkat bawah sering kali tidak memiliki kebebasan untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan. Mereka hanya menjadi alat untuk melaksanakan perintah dari atas, yang bisa jadi sarat dengan agenda politik. Hal ini menimbulkan masalah serius karena panitia pelaksana tidak lagi berfungsi sebagai penjaga proses demokrasi yang netral dan independen, tetapi sebagai instrumen kekuasaan yang berusaha memanipulasi hasil Pemilu sesuai dengan keinginan pihak tertentu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun