Mohon tunggu...
Ivansyah Jonathan
Ivansyah Jonathan Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Universitas Nasional - Prodi Ilmu Komunikasi

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Gaya Komunikasi Politik Presiden Joko Widodo Menjelang Pemilihan Presiden 2024: Suatu Kajian Filsafat Komunikasi Melalui Studi Kasus

1 Februari 2024   15:09 Diperbarui: 1 Februari 2024   17:20 371
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Latar Belakang

Joko Widodo (Jokowi) telah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia selama dua periode (2014-2019 & 2019-2024), setelah dririnya berhasil memenangkan pemilihan umum 2019 dengan melawan Pasangan Prabowo - Sandiaga Uno, masyarakat menganggap bahwa kontestasi pemilu ini merupakan yang paling sengit dalam sejarah Indonesia hingga saat ini. Selama periode ini, berbagai isu dan masalah terus menghadang pemerintahannya, serta dirinya sebagai individu yang memegang tanggung jawab sebagai seorang presiden. Salah satu aspek yang sering menjadi sorotan dan menjadi perdebatan adalah mengenai komunikasi politik Presiden Jokowi. Padahal, komunikasi politik memiliki peran yang sangat vital dalam menentukan keberhasilan Presiden Jokowi sebagai aktor politik dan kepala negara.

Menjelang akhir masa jabatannya sebagai presiden, Jokowi mendapati tanggapan yang cukup positif  di masyarakat. Berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tanggal 1-15 Februari 2024, terdapat sebanyak 65% dari 1.200 responden menilai bahwa gaya komunikasi politik Jokowi masih efektif dan dapat diterima oleh masyarakat.

Gaya komunikasi yang dicitrakan oleh Jokowi dianggap merakyat dan sederhana. Hal ini tercermin dalam gayanya yang sering menggunakan bahasa sehari-hari dengan artikulasi dan tempo penyampaian yang terkesan lebih tenang dan tidak terlalu menggebu-gebu. Walau masyarakat menilai gaya komunikasinya berkesan lebih tenang, namun pada situasi tertentu ia kerap kali menggunakan gaya komunikasi yang persuasif untuk mempengaruhi opini publik dan mendorong masyarakat untuk mendukung program-program pemerintah.

Survei yang sama yang dilakukan oleh LSI  juga menunjukkan bahwa 60% responden menilai Jokowi memiliki kredibilitas yang tinggi sebagai pemimpin. Hal ini menunjukkan bahwa gaya komunikasi politik Jokowi yang efektif dan dapat diterima oleh masyarakat tersebut juga telah berdampak positif terhadap citra Jokowi sebagai pemimpin. Hasil-hasil survei tersebut menunjukkan bahwa gaya komunikasi politik Jokowi masih menjadi salah satu faktor yang mendukung popularitasnya di kalangan masyarakat Indonesia. Gaya komunikasi politik Jokowi yang merakyat, sederhana, informatif, komunikatif, dan persuasif telah terbukti efektif dalam menyampaikan pesan-pesan politik Jokowi kepada masyarakat dan membangun citra positif Jokowi sebagai pemimpin.

Namun fakta menjelaskan, menjelang akhir masa kepemimpinannya yang juga bertepatan dengan Pemilihan Presiden 2024, komunikasi politik yang dilakukan Jokowi malah sebaliknya dianggap bermasalah. Hal ini terlihat dari beberapa pernyataannya yang dinilai terlalu intervensionis dan cenderung mendukung salah satu paslon pada pemilu 2024. Contohnya, pernyataan Jokowi pada bulan Februari 2024 yang mengatakan bahwa presiden boleh memihak dan berkampanye. Pernyataan ini dianggap sebagai bentuk yang berkesan lebih mengarah pada upaya Jokowi dalam melanggengkan dinasti politiknya.

Perlu diketahui, terdapat isu-isu yang tengah beredar di masyarakat yang menunjukan adanya pelanggaran konstitusi terkait penempatan Gibran sebagai wakil presiden Prabowo Subianto. Sejumlah media, seperti Kompas.com dan CNN Indonesia, ramai mengangkat isu ini dengan menggarisbawahi bahwa usia Gibran yang baru 36 tahun bertentangan dengan Pasal 169 huruf q Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 yang mensyaratkan minimal 40 tahun untuk maju sebagai Wakil Presiden. Hal ini memicu berbagai kritik dengan mempertanyakan keabsahan pencalonan Gibran dan potensi dampaknya terhadap kepercayaan masyarakat serta iklim demokrasi di Indonesia. 

Dari fenomena tersebut memunculkan berbagai pernyataan Jokowi yang menuai berbagai kritik dari berbagai kalangan, termasuk dari kalangan pengamat politik dan akademisi. Mereka menilai bahwa pernyataan tersebut bertentangan dengan prinsip netralitas yang harus dipegang oleh seorang presiden.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap perubahab gaya komunikasi Presiden Joko Widodo, yang dianggap sebelumnya  mendapatkan respon positif dari masyarakat. Namun menjelang akhir kepemimpinannya yang bertepatan dengan Pemilihan Presiden 2024, beliau mendapatkan respon yang kurang diterima oleh masyarakat yang dilihat dari berbagai isu di media massa yang menunjukkan bahwa gaya komunikasi yang disampaikan Jokowi bertolak belakang dengan citra nya sebelum menjabat. Gaya komunikasinya cenderung lebih mengarah pada upaya penyampaian pesan untuk melanggengkan dinasti politiknya.

Penelitian ini akan mencoba menggali pemahaman mengenai perubahan gaya komunikasi Presiden Joko Widodo melalui kajian filsafat komunikasi yang ditinjau melalui pendekatan filsafat komunikasi yaitu aksiologi, epistimologi, dan ontologi. Aspek yang menjadi fokus penelitian ini mencakup gaya komunikasi berdasarkan ciri atau karakter komunikasi verbal dan nonverbal yang diperlihatkan oleh Presiden Jokowi dalam berbagai situasi komunikasi menjelang akhir kepemimpinannya yang bertepatan pada pilpres 2024.

B. Kajian Pustaka

1. Filsafat Komunikasi 

Filsafat sendiri pada dasarnya merupakan suatu bentuk ilmu pengetahuan yang komprehensif yang berusaha memahami isu-isu yang muncul dalam keseluruhan rentang pengalaman manusia. Oleh karena itu, manusia membutuhkan filsafat untuk mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam berbagai aspek kehidupannya, termasuk masalah pendidikan, ekonomi, sosial bahkan fenomena komunikasi. Jawaban yang ditemukan melalui pemikiran filsafat memiliki sifat yang sistematis, integral, menyeluruh, dan mendasar. Dalam konteks pencarian jawaban, filsafat menggunakan berbagai pendekatan ilmiah yang dilakukan secara objektif, dengan memberikan pertanggungjawaban berdasarkan akal budi manusia. (Jalaludin, 2007: 125). 

Sedangkan Filsafat komunikasi merupakan suatu disiplin ilmu yang secara mendasar menelusuri metodologis, sistematis, analitis, kritis, dan holistik mengenai teori dari proses komunikasi. Disiplin ini merangkum segala aspek komunikasi, termasuk dimensinya, sifatnya, tatanannya, tujuannya, fungsinya, tekniknya, dan metodenya sesuai dengan bidang komunikasi. Filsafat komunikasi menyoroti pertanyaan mengenai hakikat manusia sebagai komunikan, serta bagaimana ia menggunakan komunikasi untuk berinteraksi dengan realitas lain dalam alam semesta ini. Melalui perspektif filsafat, komunikasi dipandang sebagai elemen yang berada dalam hubungan saling mepengaruhi antara manusia dan alam semesta. Sebagai suatu kajian filsafat, komunikasi sendiri memiliki bidang yang luas meliputi berbagai aspek interaksi dan pertukaran informasi antara individu atau kelompok. Adapun bidang - bidangnya terlampir sebagai berikut:

  1. Komunikasi sosial: merujuk pada pertukaran pesan dan informasi antara individu atau kelompok dalam konteks sosial. Ini mencakup berbagai cara orang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam berbagai situasi sosial. 

  2. Komunikasi organisasional: Komunikasi organisasional merujuk pada proses pertukaran informasi, ide, dan makna antara anggota organisasi, baik secara vertikal (dari atas ke bawah atau sebaliknya) maupun horizontal (antara anggota sejajar). Ini mencakup berbagai bentuk komunikasi, mulai dari komunikasi formal seperti kebijakan dan prosedur hingga komunikasi informal seperti percakapan sehari-hari di tempat kerja. 

  3. Komunikasi bisnis: Komunikasi bisnis adalah proses pertukaran informasi dan pesan antara individu maupun kelompok dalam konteks dunia bisnis. Tujuan utama dari komunikasi bisnis adalah menyampaikan informasi dengan jelas, efektif, dan efisien untuk mendukung tujuan bisnis dan mencapai hasil yang diinginkan.

  4. Komunikasi politik: Bidang komunikasi ini melibatkan interaksi antara pelaku politik, partai politik, pemerintah, pemilih, dan masyarakat umum dalam upaya mempengaruhi sikap, keyakinan, dan perilaku terkait dengan kebijakan politik atau pemilihan umum. 

  5. Komunikasi Antarbudaya: Komunikasi antarbudaya merupakan proses pertukaran pesan, informasi, dan makna antara individu atau kelompok yang berasal dari budaya yang berbeda. Dalam konteks ini, budaya mencakup nilai-nilai, norma-norma, keyakinan, sistem sosial, bahasa, dan aspek-aspek lain yang membentuk cara berpikir dan berperilaku suatu kelompok manusia.

  6. Komunikasi Tradisional: Komunikasi tradisional merujuk pada berbagai bentuk dan metode komunikasi yang telah ada dan diterapkan dalam suatu masyarakat atau budaya sebelum adanya perkembangan teknologi informasi modern. Ini mencakup cara-cara komunikasi yang diwariskan secara turun-temurun dan sering kali terkait dengan kehidupan sehari-hari, nilai-nilai budaya, dan tradisi. 

Selain cakupannya yang luas, komunikasi adalah suatu proses yang kompleks dengan melibatkan dua dimensi utama yaitu komunikasi verbal dan non-verbal. Komunikasi verbal melibatkan penggunaan kata-kata, baik lisan maupun tulisan, sebagai sarana untuk menyampaikan ide, informasi, dan emosi. Ini termasuk percakapan sehari-hari, pidato, email, dan bentuk komunikasi tertulis lainnya. Komunikasi non-verbal meliputi ekspresi wajah, gerak tubuh, bahasa tubuh, kontak mata, dan elemen lain yang tidak menggunakan kata-kata secara langsung. Bahasa tubuh ini menambahkan dimensi ekstra pada komunikasi dan mengekspresikan emosi, niat, atau sikap yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata saja. Bahasa tubuh ini saling melengkapi dan menciptakan pemahaman yang lebih kaya dan lebih dalam dalam hubungan antar manusia. 

Komunikasi dalam prosesnya,  tidak hanya bertujuan untuk menyampaikan informasi, melainkan juga untuk mengubah sikap, pendapat, dan perilaku penerima. Semua interaksi komunikatif berusaha mempengaruhi pikiran dan tindakan orang lain dengan cara membujuk mereka. Tujuannya dapat berupa mengubah sikap terhadap suatu masalah, mengubah opini tentang suatu topik atau bahkan mengubah perilaku yang diharapkan. Oleh karena itu, komunikasi bukan hanya alat untuk menyampaikan informasi, tetapi juga alat yang ampuh untuk membentuk persepsi orang tentang dunia dan memandu perilaku mereka. Memahami tujuan-tujuan ini adalah kunci untuk menciptakan pesan yang efektif dan mencapai dampak yang diinginkan dalam proses komunikasi.

Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat dikatakan bahwa sejatinya filsafat komunikasi berupaya secara komprehensif memahami (verstehen) individu atau kelompok dalam konteks berkomunikasi, mencakup aspek metodologi, sistematika, analisis, tingkat kekritisannya, dan sifat universalitasnya. Terdapat beberapa ahli komunikasi mengungkap masalah filsafat komunikasi. Salah satunya adalah Richard L. Lanigan yang secara khusus membahas analisis filosofis mengenai komunikasi (philosophic analysis on communication). 

Lanigan menulis bahwa filsafat sebagai suatu disiplin, biasanya dikategorikan menjadi subbidang utama, terutama berkaitan dengan pertanyaan pokok:

1. Apa yang aku ketahui? (What do I know?) 

2. Bagaimana aku mengetahuinya? (How do I know it?) 

3. Apakah aku yakin? (Am I sure?) 

4. Apakah aku benar? (Am I right?) 

Keempat pertanyaan di atas berkaitan langsung dengan penyelidikan yang sifatnya sistematis dan analitis. Pertanyaan tersebut dapat dijawab melalui berbagai disiplin, di antaranya adalah studi terhadap metafisika, epistemologi, aksiologi, dan logika.

2. Pengenalan Konsep Ontologi

Ontologi pada dasarnya berkaitan dengan hakikat ilmu pengetahuan, hakikat objek pengetahuan dan hubungan antara subjek dan objek dalam ilmu pengetahuan. Dalam analisis ontologis, pembahasan ontologi melibatkan penyelidikan dan analisis ilmu pengetahuan dengan memeriksa apakah ilmu pengetahuan itu benar-benar ada. Secara bahasa, ontologi berasal dari kata Yunani "ontos" yang berarti "yang ada" dan "logos" yang berarti "ilmu". Dengan kata lain, ontologi dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang keberadaan. Sebagai sebuah konsep, ontologi adalah cabang filsafat yang berhubungan dengan hakikat keberadaan dan segala sesuatu yang ada atau dapat ada. Ontologi sering dianggap sebagai padanan dari metafisika dan merupakan fokus utama dalam filsafat dalam hal realitas dan aktualitas. 

Pada dasarnya, ontologi berkaitan dengan prinsip-prinsip rasional tentang keberadaan dan disebut sebagai studi tentang teori "ada", yang memeriksa sejauh mana pengetahuan kita tentang apa yang diketahui. Jadi ontologis mencoba membuktikan dan menelaah bahwa sebuah ilmu pengetahuan itu benar-benar dapat dibuktikan keberadaannya. 

Ciri-ciri ontologi ilmu pengetahuan dapat digambarkan sebagai berikut: pertama, ilmu pengetahuan muncul melalui proses penelitian. Kedua, adanya konsep pengetahuan empiris tanpa konsep wahyu. Ketiga, pengetahuan dalam ilmu bersifat rasional, objektif, sistematis, metodis, observasional dan netral. Keempat, mengikuti prinsip-prinsip verifikasi (pembuktian), justifikasi (penjelasan), keterbukaan dan reproduktifitas serta mencakup skeptisisme radikal dan berbagai metode eksperimental. Kelima, mengakui penerapan sebab dan akibat dan penerapan sains pada teknologi. Ketujuh, mengakui sifat relatif dari pengetahuan dan konsep serta mempertimbangkan logika ilmiah. Kedelapan, mempertimbangkan pembentukan hipotesis dan teori ilmiah. Kesembilan, mempertimbangkan konsep hukum alam yang dikonfirmasi oleh pengetahuan ilmiah.

Menurut Suetoriono, ontologi dapat didefinisikan sebagai prinsip yang mendefinisikan atau melingkupi batas-batas entitas yang menjadi objek kajian (objek ontologis atau objek formal pengetahuan). Lebih jauh, ontologi juga mencakup penafsiran tentang hakikat realitas (metafisika) dari objek ontologis atau objek formal. Ontologi biasanya menjadi dasar dari sebuah ilmu yang mengkaji apa yang dianggap dan dibahas dalam tubuh pengetahuan yang berkaitan dengan realitas dan eksistensi di dunia.

3. Pengenalan Konsep Aksiologi

Aksiologi adalah sebuah cabang dalam filsafat yang memerinci nilai dan prinsip-prinsip moral, mencakup evaluasi terhadap nilai-nilai seperti kebaikan, keadilan, kebenaran, dan keindahan, serta mempertimbangkan etika dalam pengambilan keputusan. Menurut Kattsoff (2004), aksiologi didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai dari sudut pandang kefilsafatan. Disiplin ini membantu dalam memahami dasar nilai dan bagaimana nilai-nilai tersebut memandu perilaku manusia. Aksiologi, yang berasal dari bahasa Yunani ("axios" untuk "nilai" atau "layak" dan "logos" untuk "ilmu" atau "kajian"), diartikan sebagai studi nilai-nilai dan dasar-dasar moral dalam kehidupan manusia. Aksiologi memberikan wawasan tentang nilai-nilai seperti kebaikan, keadilan, kebenaran, dan keindahan, serta menjelaskan kompleksitas hubungan di antara nilai-nilai ini dan panduan moral yang diberikannya.

Aksiologi juga menyoroti bagaimana nilai-nilai ini memainkan peran kunci dalam membentuk pandangan hidup dan tindakan individu maupun masyarakat. Salah satu fokus utama aksiologi adalah memahami bagaimana nilai-nilai ini membimbing pengambilan keputusan, dengan etika sebagai bagian penting yang membahas konsep baik atau buruk, benar atau salah dalam konteks moral. Aksiologi tidak hanya bersifat deskriptif, tetapi juga normatif, berusaha memberikan pedoman tentang bagaimana manusia seharusnya bertindak sesuai dengan nilai-nilai tersebut.

Dengan demikian, aksiologi memberikan landasan filosofis untuk membangun kerangka moral yang membimbing perilaku manusia. Kontribusi besar dari pemikir seperti Immanuel Kant, John Stuart Mill, dan Friedrich Nietzsche membentuk dasar untuk teori etika dan filosofi moral. Menurut Bramel, aksiologi dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni moral conduct (tindakan moral) yang melahirkan etika, esthetic expression (ekspresi keindahan) yang melahirkan keindahan, dan sosio-political life (kehidupan sosio-politik) yang melahirkan filsafat sosio-politik. Fungsi aksiologi sebagai bidang filsafat adalah mengkaji masalah nilai terutama dalam etika dan estetika, memberikan informasi mengenai yang baik dan yang jahat, dan menetapkan standar baik dan buruk dalam kehidupan sosial.

4. Pengenalan Konsep Epistemologi 

Epistemologi pada hakikatnya adalah cabang dalam Ilmu Filsafat tentang makna dan proses memperoleh suatu ilmu pengetahuan. pembahasan Epistemologi utamanya mencakup pembahasan tentang dari mana ilmu pengetahuan itu diperoleh atau juga tentang sumber-sumbernya, serta validitas ilmu atau sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam menjalankan fungsi.

Penelitian dalam bidang Epistemologi terdiri atas beberapa jenis, yakni:

  1. Analisis Filosofis, tentang hakikat pengetahuan dan syaratnya yang mengharuskan suatu keyakinan menjadi sumber pengetahuan, seperti validasi.

  2. Potensi sumber pengetahuan dan pembenaran keyakinan seperti persepsi, alasan, ingatan, dan kesaksian.

  3. Struktur isi pengetahuan atau keyakinan yang dibenarkan, termasuk apakah semua keyakinan yang dibenarkan harus berasal dari keyakinan dasar atau apakah pembenaran hanya memerlukan kumpulan keyakinan yang serasi.

  4. Skeptisisme Filosofi, kumpulan pertanyaan tentang kemungkinan adanya pengetahuan dan masalah yang terhubung, seperti apakah skeptisisme merupakan ancaman bagi ketentuan pengetahuan dan apakah mungkin untuk menghadapi argumen skeptis.

5. Komunikasi Politik

Dalam penelitian tentang komunikasi politik, pentingnya perspektif hukum menjadi sangat terlihat. Komunikasi politik, yang merupakan bagian integral dari proses pembentukan hukum dan kebijakan dalam praktek politik, dapat diartikan sebagai cara untuk berkomunikasi dengan pemegang kebijakan, masyarakat umum, atau pelaku politik. Tujuan dari komunikasi politik adalah untuk menyampaikan informasi, menganalisis permintaan, mendapatkan umpan balik, dan membuat keputusan yang efektif. Beberapa tantangan yang sering timbul mencakup kesulitan dalam manajemen, potensi penyalahgunaan teknik, dan risiko manipulasi informasi. 

Namun, penggunaan teknik komunikasi politik yang efektif, dengan perencanaan yang cermat dan interaksi yang baik dengan pemangku kepentingan politik, dapat mengatasi kendala tersebut. Sasaran komunikasi politik melibatkan pemegang kebijakan, masyarakat umum, media, atau komunitas politik, dengan fokus pada informasi politik, perubahan kebijakan, atau perubahan sistem pemerintahan. Faktor-faktor yang memengaruhi komunikasi politik mencakup lingkungan politik, preferensi, kebijakan pemerintah, media, dan kompetisi politik. Pelaporan politik, sebagai bentuk komunikasi politik, berfungsi untuk menyampaikan informasi terbaru kepada masyarakat melalui media massa seperti majalah politik, surat kabar, atau acara televisi. Peran media dalam komunikasi politik melibatkan penyampaian informasi politik, analisis peristiwa politik, opini, dan upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam politik melalui kampanye politik.

6. Pilpres 2024

Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 tinggal menghitung hari. Tensi semakin panas seiring para kandidat memacu mesin kampanye mereka. Artikel ini memberikan gambaran terkini peta pertarungan Pilpres 2024, dari para pemain utama, isu-isu krusial, hingga dinamika kampanye yang menghiasi jagat politik Tanah Air.

Paslon Beradu Gagasan:

Tiga pasang kandidat telah siap bertarung memperebutkan kursi RI-1 dan RI-2:

  • Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka: Duet senior-junior ini masih kokoh di puncak elektabilitas. Kombinasi Menteri Pertahanan dan putra Presiden Jokowi berpotensi meraup suara dari berbagai kalangan.

  • Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar: Gubernur DKI Jakarta yang populer bersanding dengan Ketua Umum PKB diprediksi dapat menggerus suara di kawasan Jawa dan basis Islam tradisional.

  • Ganjar Pranowo-Mahfud Md: Gubernur Jawa Tengah dengan elektabilitas tinggi menggandeng mantan Menko Polhukam, Mahfud Md. Kombinasi ini menarik pemilih nasionalis dan moderat.

Sorotan Isu Penting:

Pemulihan ekonomi pasca pandemi menjadi fokus utama. Para kandidat menawarkan beragam program seperti investasi, infrastruktur, dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Isu pendidikan terkait peningkatan kualitas dan pemerataan akses juga mendapat perhatian. Program kesejahteraan guru, kurikulum relevan, dan beasiswa menjadi sorotan.

Kesehatan, keamanan, dan sosial juga menjadi isu sentral. Pandemi telah menjadi pelajaran berharga untuk membangun sistem kesehatan yang lebih kokoh. Layanan primer, keterjangkauan obat, dan kesiapsiagaan menghadapi wabah menjadi fokus. Sementara aspek keamanan nasional dan kedaulatan wilayah menjadi prioritas para kandidat. Strategi mereka dalam menghadapi terorisme, konflik sosial, dan kejahatan lintas batas menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat.

Masalah kemiskinan, kesenjangan sosial, dan diskriminasi juga tidak luput dari perhatian. Program pengentasan kemiskinan, perlindungan kelompok rentan, dan penegakan keadilan sosial menjadi tema kampanye beberapa paslon.

Debat Memanas, Media Sosial Ramai:

Kampanye Pilpres 2024 kian gencar dengan memanfaatkan media sosial sebagai sarana utama. Para kandidat berlomba menyampaikan visi, misi, dan program mereka melalui berbagai platform digital. Debat kandidat yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjadi ajang adu program dan strategi secara langsung.

Dinamika politik terus bergerak seiring kampanye berlangsung. Masyarakat diimbau untuk mengikuti perkembangan secara cermat, mencari informasi dari sumber kredibel, dan berpikir kritis sebelum menentukan pilihan. Dengan memahami peta pertarungan dan isu-isu penting dalam Pilpres 2024, masyarakat diharapkan dapat menggunakan hak pilih mereka secara bijak untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.

C. Pembahasan

3.1 Menganalisis Perubahan Gaya Komunikasi Politik Jokowi 2024 Menggunakan Perspektif Aksiologi

Gaya komunikasi politik Presiden Joko Widodo telah mengalami perubahan yang cukup signifikan sejak Pemilihan Presiden 2014. Perubahan ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk kebutuhan untuk beradaptasi dengan dinamika politik yang terus berkembang, tuntutan dari pemilih yang semakin beragam, dan tantangan untuk mempertahankan dukungan publik. Dalam analisis mendalam ini, kami akan menerapkan konsep aksiologi, khususnya memahami nilai-nilai yang mendasari gaya komunikasi politik Presiden Joko Widodo, untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pendekatannya terhadap pesan politik.

Aksiologi adalah cabang filsafat yang mengkaji nilai-nilai yang mendasari perilaku dan komunikasi manusia. Dengan mengkaji nilai-nilai yang tertanam dalam komunikasi politik Presiden Joko Widodo, kita dapat memperoleh wawasan tentang motivasi dan strategi di balik pesan-pesannya. Adapun berikut analisisnya menggunakan perspektif Aksiologi dalam filsafat komunikasi:

  1. Pemberdayaan Ekonomi dan Kesejahteraan

Salah satu nilai utama yang secara konsisten ditekankan oleh Presiden Joko Widodo dalam komunikasi politiknya adalah pemberdayaan ekonomi dan kesejahteraan. Beliau telah berkampanye dengan janji untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia melalui pembangunan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja. Dengan menekankan pentingnya pertumbuhan ekonomi, pembangunan infrastruktur, dan program kesejahteraan sosial, Presiden Joko Widodo bertujuan untuk menarik para pemilih yang memprioritaskan aspek-aspek ini dalam pemerintahan. Presiden Joko Widodo secara konsisten menekankan keyakinannya pada prinsip-prinsip Pancasila, ideologi nasional Indonesia, dan nasionalisme. Ia sering mempromosikan rasa persatuan Indonesia dan kebanggaan akan pencapaian-pencapaian negaranya. Dengan menekankan pentingnya identitas dan persatuan nasional, Presiden Joko Widodo bertujuan untuk membangun basis dukungan yang kuat di antara para pemilih yang berpikiran nasionalis.

  1. Hukum dan Ketertiban

Hukum dan ketertiban adalah nilai lain yang secara konsisten ditekankan oleh Presiden Joko Widodo dalam komunikasi politiknya. Ia telah berkampanye dengan janji untuk meningkatkan keamanan dan mengurangi kejahatan, terutama di daerah perkotaan. Dengan menekankan komitmennya untuk menjaga hukum dan ketertiban, Presiden Joko Widodo bertujuan untuk menarik para pemilih yang memprioritaskan isu-isu keamanan dan keselamatan publik.

  1. Pendidikan dan Kesehatan

Pendidikan dan kesehatan adalah dua bidang di mana Presiden Joko Widodo telah melakukan upaya yang signifikan dalam komunikasi politiknya. Beliau telah menekankan pentingnya pendidikan yang berkualitas dan akses terhadap layanan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan menyoroti investasi pemerintahnya di bidang pendidikan dan infrastruktur kesehatan, Presiden Joko Widodo bertujuan untuk menarik para pemilih yang memprioritaskan pendidikan dan kesejahteraan sosial.

  1. Inklusi Sosial dan Keberagaman

Presiden Joko Widodo juga menekankan komitmennya terhadap inklusi sosial dan keberagaman dalam komunikasinya. Beliau telah berkampanye dengan janji untuk mempromosikan kesempatan yang sama bagi semua orang Indonesia, terlepas dari latar belakang atau status sosial mereka. Dengan menyoroti upayanya untuk mengatasi isu-isu seperti kemiskinan dan ketidaksetaraan, Presiden Joko Widodo bertujuan untuk menarik para pemilih yang memprioritaskan keadilan dan kesetaraan sosial.

3.2 Menganalisis Perubahan Gaya Komunikasi Politik Jokowi 2024 Menggunakan Perspektif Epistimologi

Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan. Epistemologi membahas tentang sumber, sifat, dan validitas pengetahuan. Dalam menganalisis gaya komunikasi politik, perspektif epistemologi dapat digunakan untuk menganalisis sumber pengetahuan yang digunakan oleh komunikator untuk menyampaikan pesannya. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pengalaman pribadi, pengetahuan umum, atau keyakinan.

Gaya komunikasi politik Jokowi selama dua periode kepemimpinannya mengalami perubahan yang cukup signifikan. Pada periode pertama, Jokowi dikenal sebagai komunikator yang merakyat, sederhana, informatif, dan persuasif. Gaya komunikasinya tersebut berhasil membangun citra Jokowi sebagai pemimpin yang dekat dengan rakyat dan mampu menghadirkan perubahan.

Namun, menjelang akhir kepemimpinannya yang bertepatan dengan Pemilihan Presiden 2024, gaya komunikasi Jokowi berubah menjadi lebih intervensionis dan cenderung menguntungkan salah satu calon presiden. Hal ini terlihat dari beberapa pernyataannya yang dianggap terlalu membela dan mendukung salah satu calon presiden. Mengutip dari artikel yang berjudul "Jokowi: Presiden Boleh Memihak, Itu Hak Presiden" (diterbitkan oleh Kompas.com pada tanggal 3 Februari 2024). Pada artikel ini menjelaskan mengenai pernyataan Jokowi yang mengatakan bahwa presiden boleh memihak salah satu calon presiden. Pernyataan tersebut menuai kritik dari berbagai kalangan, termasuk dari kalangan pengamat politik dan akademisi. Mereka menilai bahwa pernyataan tersebut bertentangan dengan prinsip netralitas yang harus dipegang oleh seorang presiden. 

Kutipan ini sontak memicu kritik dari berbagai kalangan. Pengamat politik menilai, langkah Jokowi melampaui batasan netralitas yang seharusnya dipegang teguh seorang presiden. Akademisi mempertanyakan, "Jika presiden boleh memihak, bagaimana dengan independensi lembaga eksekutif? Bukankah hal ini berpotensi membuka pintu manipulasi kekuasaan?" (Tempo.co, 5 Februari 2024).

Keberpihakan Jokowi tampak pula dalam beberapa ungkapan personalnya. Dalam wawancara dengan salah satu stasiun televisi, ia menyebut Gibran sebagai "putra terbaik" dan "sosok muda yang mampu mengemban amanah kepemimpinan" (Liputan6.com, 15 Februari 2024). Bahkan, saat kunjungan kerja ke Solo, Jokowi tak segan mengajak warga untuk "sama-sama mendukung Gibran" (Detik.com, 20 Februari 2024).

Meski tidak secara eksplisit menyebut nama partai atau paslon tertentu, pernyataan ini diinterpretasikan sebagai sinyal dukungan terhadap pencalonan Gibran. Hal ini semakin memperkuat anggapan bahwa Jokowi tengah berupaya melanggengkan dinasti politiknya.

Upaya Jokowi dalam membela Gibran tentu membawa perubahan bagi gaya komunikasinya. Citranya yang dianggap merakyat dan dekat dengan rakyat kini tercoreng, dan publik mempertanyakan sikap netralitasnya pada Pilpres 2024. 

Dalam konteks perspektif epistemologi, Sumber pengetahuan yang digunakan Jokowi berubah dari pengetahuan umum menjadi keyakinan pribadi. Pada periode pertama, Jokowi sering menggunakan pengetahuan umum untuk menyampaikan pesan-pesan politiknya. Hal ini terlihat dari pidato-pidatonya yang sering membahas tentang kondisi ekonomi, sosial, dan politik Indonesia.

Namun, pada periode kedua, Jokowi sering menggunakan keyakinan pribadinya untuk menyampaikan pesan-pesan politiknya. Hal ini terlihat dari pernyataan-pernyataannya yang sering membela dan mendukung salah satu calon presiden. Seperti upaya dalam menempatkan posisi putranya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presiden.

Perubahan gaya komunikasi ini, menunjukkan bahwa Jokowi telah kehilangan objektivitas dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Jokowi lebih mengedepankan kepentingan pribadi dan keluarga daripada kepentingan negara. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap citra Jokowi sebagai pemimpin dan juga terhadap proses demokrasi di Indonesia.

3.3 Menganalisis Perubahan Gaya Komunikasi Politik Jokowi 2024 Menggunakan Perspektif Ontologi

Komunikasi berada lingkup sederhana dan dalam skala kecil. Melalui komunikasi, seseorang dapat mengutarakan dan bertukar pesan atau informasi kepada orang lain. Menurut Harold Laswell dalam Mulyana (2007:69) bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect?

Pernyataan seperti itu dapat didefinisikan sebagai proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Manusia dikatakan sebagai suatu pemerintahan selalu melakukan aktivitas komunikasi seperti dalam kegiatan politik. Komunikasi politik adalah komunikasi yang diarahkan pada pencapaian suatu pengaruh sehingga masalah yang dibahas untuk meningkatkan kesadaran politik terutama kepada masyarakat melalui sanksi yang ditentukan bersama oleh lembaga lembaga politik. Peran pemimpin dalam mempengaruhi lingkungan politik sangatlah kuat untuk menjalankan politik. Hal itu yang membuat gaya komunikasi politik setiap individunya berbeda beda. Gaya komunikasi seseorang bisa dilihat melalui kompetensi dalam bidang komunikasi yang dimilikinya.Seorang pemimpin biasanya menjadi pusat perhatian publik dari segi kepemimpinannya atau gaya komunikasi yang ditampilkan ketika berbicara di depan umum.

3.4. Mengidentifikasi faktor-faktor filosofis yang mempengaruhi perubahan dalam gaya komunikasi politik Presiden Joko Widodo menjelang Pemilihan Presiden 2024

Perubahan dalam gaya komunikasi politik Presiden Joko Widodo menjelang Pemilihan Presiden 2024 menggambarkan suatu proses transformasi filosofis yang mengakar dalam evolusi kepemimpinannya. Pergeseran signifikan terlihat dari pendekatan tegas dan top-down menuju pendekatan yang lebih terbuka dan inklusif. Dalam filosofi kepemimpinannya, Presiden menitikberatkan pada arti pentingnya dialog aktif dan partisipasi masyarakat sebagai elemen krusial dalam pengambilan keputusan pemerintah.

Selain itu, dampak positif perkembangan teknologi informasi dan komunikasi termanifestasi dalam strategi komunikasi yang lebih modern. Pemanfaatan media sosial dan kegiatan dialog publik menjadi sarana yang semakin intens digunakan oleh Presiden Joko Widodo untuk menyampaikan pesan-pesan politiknya secara langsung kepada masyarakat.

Perubahan dalam gaya komunikasi politik ini juga terhubung erat dengan tantangan-tantangan politik yang muncul menjelang Pemilihan Presiden 2024. Kesadaran akan kebutuhan membangun citra positif di kalangan masyarakat menjadi landasan utama dalam penekanan pesan-pesan positif dan pencapaian pemerintah. Analisis ini memperlihatkan bahwa transformasi dalam gaya komunikasi politiknya merupakan respons adaptif terhadap dinamika politik yang berubah serta ekspektasi masyarakat yang berkembang.

Dalam perspektif yang lebih luas, analisis ini merefleksikan upaya berkelanjutan Presiden Joko Widodo untuk membentuk Indonesia yang lebih demokratis, inklusif, dan responsif terhadap perubahan zaman. Gaya komunikasi politiknya bukan hanya sebagai alat untuk menyampaikan visi kepemimpinannya, tetapi juga sebagai sarana responsif dalam menanggapi beragam isu-isu penting yang dapat memengaruhi pilihan pemilih menjelang Pemilihan Presiden 2024.

3.5 Dampak Perubahan Gaya Komunikasi Politik Jokowi dalam Perspektif Filosofis Terhadap Persepsi Masyarakat dan Iklim Demokrasi di Indonesia

Perubahan gaya komunikasi politik Jokowi telah menimbulkan berbagai dampak terhadap persepsi masyarakat. Pada tingkat persepsi masyarakat, perubahan gaya komunikasi Jokowi telah meningkatkan ketertarikan masyarakat terhadap politik, seiring dengan adanya gaya komunikasi yang lebih dekat dan mudah dipahami oleh masyarakat. Hal ini memberikan kontribusi positif dalam mengakrabi politik dengan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Namun demikian, perubahan gaya komunikasi Jokowi juga mengakibatkan beberapa kekhawatiran di kalangan masyarakat. Salah satu kekhawatirannya adalah semakin menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap politik dan politisi. Fenomena ini muncul karena semakin banyaknya masyarakat yang merasa bahwa politik dan politisi tidak lagi dekat dengan mereka, sehingga terjadi kesenjangan dalam hubungan antara pemerintah dan rakyat. Dalam konteks ini, kekhawatiran tersebut bisa menjadi kendala serius dalam menciptakan iklim politik yang sehat dan partisipatif. Secara keseluruhan, sementara adanya peningkatan ketertarikan terhadap politik adalah langkah positif, perlu juga dicermati dampak negatif yang mungkin muncul, seperti penurunan kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan para politisi untuk terus mempertimbangkan strategi komunikasi yang dapat membangun kepercayaan dan keterlibatan masyarakat, sehingga upaya untuk mendekatkan politik dengan rakyat dapat berjalan seimbang dan berkelanjutan.

Perubahan gaya komunikasi politik Jokowi juga telah menimbulkan dampak yang signifikan terhadap iklim demokrasi di Indonesia. Pada tingkat iklim demokrasi, perubahan gaya komunikasi Jokowi tidak hanya sekadar meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses politik, melainkan juga secara substansial telah membuka ruang yang lebih luas bagi keterlibatan warga negara. Hal ini dapat dijelaskan oleh semakin mudahnya masyarakat untuk mengakses informasi dan secara aktif berpartisipasi dalam ranah politik melalui berbagai platform media sosial.

Namun, seiring dengan peningkatan partisipasi tersebut, perubahan gaya komunikasi politik Jokowi juga memberikan tantangan tersendiri terhadap iklim demokrasi. Salah satu tantangan yang patut diperhatikan adalah meningkatnya potensi terjadinya disinformasi dan manipulasi publik. Ketersediaan media sosial sebagai sarana komunikasi massal telah membuka peluang yang lebih besar bagi penyebaran informasi yang tidak akurat atau bahkan menyesatkan. Hal ini memunculkan kekhawatiran akan terjadinya polarisasi opini dan kerentanan terhadap upaya manipulasi dalam proses demokrasi. Oleh karena itu, sambil mengakui manfaat peningkatan partisipasi masyarakat, pemerintah dan lembaga terkait perlu meningkatkan upaya dalam mengelola dan mengawasi ruang digital, serta mengembangkan mekanisme yang dapat menanggulangi disinformasi. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa perubahan gaya komunikasi politik tidak hanya memberikan dorongan positif terhadap partisipasi demokratis, tetapi juga memitigasi risiko-risiko yang dapat merugikan integritas proses demokrasi itu sendiri.

D. Kesimpulan 

Perubahan yang signifikan dalam gaya komunikasi politik Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelang Pemilihan Presiden 2024 mencerminkan evolusi kompleks yang dapat diinterpretasikan dari berbagai perspektif filosofis. Penggunaan aksiologi memberikan wawasan mendalam tentang nilai-nilai yang mendasari perubahan tersebut. Jokowi, yang secara konsisten menekankan pemberdayaan ekonomi, nasionalisme, hukum, pendidikan, kesehatan, inklusi sosial, dan keberagaman, menggambarkan pendekatan komunikatif yang menekankan prioritas terhadap isu-isu krusial dalam masyarakat.

Dari sisi epistemologi, terdapat pergeseran dari penggunaan pengetahuan umum pada awal kepemimpinannya menjadi penekanan pada keyakinan pribadi, terutama dalam mendukung putranya, Gibran, menjelang Pemilihan Presiden 2024. Perubahan ini tidak hanya mencerminkan dinamika personal, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang objektivitas dan netralitas seorang pemimpin.

Dalam perspektif ontologi, gaya komunikasi Jokowi menjadi representasi dari bagaimana komunikasi politik berfungsi dalam skala kecil hingga skala besar. Transformasi ini mencakup evolusi dari pendekatan yang merakyat, informatif, dan persuasif, menjadi intervensi dengan keberpihakan yang terlihat, khususnya terhadap Gibran. Perubahan ontologis ini mencerminkan dinamika dalam menjalankan politik dan dampaknya terhadap persepsi masyarakat. Pentingnya dialog aktif dan partisipasi masyarakat, seperti yang ditekankan dalam filosofi kepemimpinan Jokowi, terlihat sebagai upaya untuk membentuk Indonesia yang demokratis, inklusif, dan responsif terhadap perubahan zaman. Namun, perubahan ini juga membawa tantangan, termasuk peningkatan risiko disinformasi dan manipulasi publik, yang perlu diatasi untuk menjaga integritas proses demokrasi.

Dampak perubahan gaya komunikasi Jokowi pada persepsi masyarakat terlihat dalam peningkatan ketertarikan terhadap politik, meskipun dengan potensi penurunan kepercayaan masyarakat terhadap politik dan politisi. Di tingkat iklim demokrasi, perubahan ini meningkatkan partisipasi masyarakat, namun juga membuka celah bagi tantangan terkait disinformasi dan manipulasi. Secara keseluruhan, transformasi dalam gaya komunikasi politik Jokowi tidak hanya mencerminkan dinamika personal dan politik, tetapi juga menciptakan konsekuensi filosofis yang mendalam. Kesadaran akan nilai-nilai yang mendasari perubahan ini menjadi penting dalam memahami evolusi politik dan demokrasi di Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun