Gelagat para politikus di berbagai partai menjelang pilpres 2014 semakin panas. Bukan hanya antar partai, tapi juga di dalam internal partai sendiri. Ada yang terang-terang berseberangan, bahkan hampir retak, ada juga yang menggunakan tangan pihak lain untuk menghantam elit saingan sesama partai.
Partai yang sudah jelas-jelas retak di permukaan menjelang pilpres adalah Hanura, Golkar dan PPP. Sedangkan partai yang berhasil meredam gejolak dan cepat berekonsiliasi adalah PDIP. Ada beberapa partai yang keliatan solid adalah Gerindra dan Nasdem. Nasdem bisa solid setelah pileg karena perolehan suara yang sangat gemilang.
Bersyukur ada faktor figur pemimpin yang bisa meredam gejolak internal partai, di PDIP ada faktor Megawati, di Gerindra adalah Prabowo Subianto.
Lalu bagaimana dengan PKS? Apa yang dipikirkan khalayak dan kader ternyata tidak berbanding lurus dengan kenyataan. Penyebab terjadi gesekan kuat di internal PKS adalah kiblat dukungan dan rebutan cawapres ke partai yang akan menjadi teman koalisi.
Sebelumnya kita tahu, PKS sudah melakukan musyawarah pimpinan majelis syuro tanggal 27 April 2014. Hasilnya memberikan dukungan kepada Prabowo untuk menjadi Presiden 2014. Beberapa elit PKS bahkan sudah memberikan sinyal jelas solidnya dukungan kepada Prabowo. Fachri Hamzah dan Ahmad Heryawan memberi sinyal kuat Gerindra akan diusung penuh PKS utk jadi Presiden.
Setelah berita merebak, di socmed, kader dan simpatisan PKS memberikan sinyal dukungan. Di tambah lagi kegenitan Gerindra melalui manifestonya yang sepaham dengan garis partai PKS, tampaknya kompaknya PKS dan Gerindra sudah 100%. Aher terang-terangan menyatakan siap jadi cawapres Prabowo.
Tapi 2 hari setelah itu, nampaknya dukungan Gerindra seakan menjadi semu. Tifatul Sembiring dan Mardani Ali Sera seakan menjilat ludah, bahkan istilah "andy lau" dipakai Tifatul Sembiring menggambarkan kegalauan partainya. Sinyal ini memberikan pesan kepada Gerindra bahwa PKS belum solid 100% utk menjadi pendamping Prabowo. Prabowo kembali merasa dikhianati.
Lantas persoalannya di mana? Ternyata beberapa elit PKS berebut ingin menjadi cawapres Prabowo. Tifatul Sembiring mengaku terus terang ! Lantas bagaimana dgn Aher? Aher tentunya sudah siap lahir dan batin. Keliatannya Aher merupakan orang paling ambisius untuk menjadi capres dan cawapres.
Aher merasa kuat di kalangan internal dan eksternal partai dan ormas. Penyebabnya adalah, Aher sangat "islami" di kalangan ormas-ormas Salafi, LDII, FPI. Yang paling kuat adalah dukungan tokoh2 islam dan jawa barat. Tapi Tifatul juga punya dukungan yang tidak kalah kuat. Beliau adalah raja PKS di Sumut.
Lalu bagaimana dengan Hidayat Nur Wahid. Nah, tokoh inilah yang paling gerah melihat keadaan PKS saat ini. Apalagi perseteruannya dengan Anis Matta yang nampaknya seperti api dalam sekam.
Ternyata yg tidak tercium ke publik adalah perseteruan dua kandidat capres pemira PKS, HNW dan Anis Matta. HNW masih memendam kekesalan atas kekalahannya atas Anis Matta. HNW ibarat anak tiri di PKS walaupun loyalitasnya di PKS sudah tidak perlu diragukan. Bahkan dia adalah tokoh yang paling berjasa membuat PKS menjadi ditakuti. Bahkan tokoh2 eks Partai Keadilan masih respect dengan HNW. Sekarang keadaan PKS sudah mendekati kejatuhan, banyak kasus yang menerpa partai dakwah ini.
Foto Raden Nuh bersama Hidayat Nur Wahid
Melihat kondisi spt ini, HNW tidak bisa diam berpangku tangan. PKS tidak boleh dihancurkan oleh Anis Matta yang sudah dibeli lunas oleh SBY. Nama baik PKS benar2 rusak oleh Anis Matta. Tuduhan pengkhiatan di socmed oleh Anis Matta terhadap Luthfi Hassan Ishaq, kehidupan hedonis dngn jam tangan rolex, kehidupan poligami vulgar Anis Matta bener-bener menghantam ke ulu hati partai dakwah. Jika ditanya, HNW tentunya tetap tampil cool di publik. Tapi beberapa hari ini, ada tangan-tangan yang tidak terlihat "invisible hands" yang sudah membantu HNW.