Kebanyakan orang kecil adalah orang besar. Mereka bukan hanya berhati tabah bermental baja dan berperasaan terlampau sabar, tapi juga berkemampuan hidup yang luar biasa. Togog melihat orang berjualan mainan anak ditengah pengembaraannya. Dia mbatin, mereka sanggup dan rela berjualan mainan anak yang sudah mulai ditinggalkan dan hampir pasti tidak balik modal. Togog merasa dia mungkin juga sanggup berjualan sepertti itu, tapi tidak rela. Sedang dia merasa dirinya tidak akan mampu dan tidak akan pernah bisa menjadi pembantu atau satpam seumur hidupnya. Mereka ikhlas untuk tidak memikirkan harapan dan masa depan, sedangkan kita selalu memamerkan keduanya, seakan itu untuk mereka, padahal sejatinya itu hanya untuk dirinya sendiri. Togog merasa sebenarnya dirinya sendirilah yang orang kecil. Hanya ikhlas kalau dirinya kaya, sukses dan berkuasa. Kita hanya sanggup menjadi pembesar dan menggantungkan diri pada orang yang kita bisa perintah.
Dari tanah kembali ke tanah. Ada yang tersembunyi padahal bisa kita lihat, begitu pikir Togog.
Ada hal yang tidak biasa hari itu, Togog mengucapkan resolusinya. Segala hal sebenarnya hanya akan kembali pada dirinya, apa yang ia akan perbuat, hanya untuk membawanya kembali pada Tuhannya. Ibukota sudah menanti. Bukan Ibukotanya, tapi calon Ibu dari anak-anaknya kelak.
Langit semakin malam, Ibukota telah menanti.
Tahun yang baru, kehidupan yang baru, dan rencana-rencana yang baru.
Selamat Tahun Baru, Gog.
Yogyakarta, 10 Januari 2018, 16:47 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H