Sejak diumumkan pemerintah mengenai kasus pertama Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) pada bulan Maret 2020 yang lalu, Indonesia kemudian dihadapkan pada masa pandemi. Hampir seluruh sektor kehidupan terdampak, tidak terkecuali di sektor pendidikan. Covid-19 ini menular begitu cepat dan telah menyebar hampir ke semua negara, termasuk Indonesia, sehingga Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjadikan wabah ini sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020. Di sektor pendidikan, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) telah menerapkan kebijakan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
Berbagai macam daerah di Indonesia pada akhirnya menerapkan sistem belajar jarak jauh ini, tak terkecuali di salah satu desa selatan Banyuwangi, yaitu Desa Kradenan. Desa Kradenan merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Desa ini terdiri dari 5 dusun, yaitu Dusun Curahpalung, Dusun Kaliboyo, Dusun Kopen, Dusun Krajan, dan Dusun Perangan. Sebelah selatan Desa Kradenan berbatasan dengan Desa Purwoharjo, sebelah timur berbatasan dengan Desa Plampangrejo, sebelah utara berbatasan dengan Desa Tampo. Sungai besar yang melewati Desa Kradenan adalah Sungai Setail. Jarak ke ibu kota Kabupaten kurang lebih 1 (satu) jam dan ibu kota provinsi kurang lebih 6 (enam) jam.[1]
 Dalam melakukan observasi pengidentifikasian masalah di Desa Kradenan, salah satu masalah yang di temui adalah proses pembelajaran jarak jauh menjadi tidak efektif karena berbagai macam kendala seperti kurangnya pemahaman teknologi, tidak memiliki gadget, dan tidak adanya kuota data untuk melaksanakan pembelajaran secara daring. Atas dasar hal tersebut, saya mengambil tematik Literasi Desa Pada Masa Pandemi Covid-19 pada KKN UNEJ Back To Village III ini dengan sasarannya yaitu guru di Sekolah Dasar Negeri 2 Kradenan dan orang tua siswa di sekolah tersebut. Nantinya program kerja yang saya jalankan meliputi pemberian pelatihan secara offline kepada sasaran tentang penggunaan teknologi dalam hal ini penggunaan aplikasi pendukung pembelajaran daring seperti Zoom, Google Form, Zenius, YouTube Kids, dan Duolingo. Dengan begitu diharapkan proses belajar dan mengajar terjadi secara efektif dan siswa juga tidak merasa bosan dengan sistem pembelajaran jarak jauh saat ini.
Sebenarnya pembelajaran daring ini bukan hal baru bagi Indonesia, model pembelajaran ini telah dikembangkan sejak tahun 2013 sebagai alternatif pembelajaran, artinya sebelum adanya wabah virus ini, Indonesia telah mengaplikasikan metode tersebut.[1] Namun tidak semua lembaga atau instansi mengaplikasikannya, terutama sekolah-sekolah yang tidak terjangkau teknologi dan akses sinyal jaringan yang baik. Dengan adanya pandemi ini, membuat dan mengharuskan seluruh sekolah, perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya, menggunakan metode pembelajaran daring tanpa terkecuali, dengan tujuan agar proses pembelajaran tetap berjalan meskipun banyak kendala yang dihadapi.
Berbagai kendala pembelajaran jarak jauh yang timbul juga berdampak di salah satu sekolah di selatan Kabupaten Banyuwangi, yaitu di SD Negeri 2 Kradenan. Kendala yang timbul meliputi penggunaan teknologi yang masih belum merata, tidak memiliki gadget, dan tidak adanya kuota data untuk mengikuti pembelajaran daring. Sehingga dengan hanya "bermodal" aplikasi Whatsapp sebagai media dalam penyampaian tugas lalu mengirimnya lewat Whatsapp Grup, tentunya menjadikan proses belajar dan mengajar menjadi tidak efektif.
Sasaran saya yang merupakan guru di SD Negeri 2 Kradenan dan orang tua siswa di sekolah tersebut menjelaskan tentang pelaksanaan pembelajaran daring selama pandemi ini. Ibu Yunita, Ibu Erwin, dan Ibu Winarsih yang beliau-beliau merupakan guru di SD Negeri 2 Kradenan mengeluhkan tentang masih banyaknya orang tua siswa yang belum memahami penggunaan teknologi. Selain itu beliau-beliau juga belum terlalu memahami penggunaan Zoom sebagai media pembelajaran jarak jauh dan Google Form sebagai sarana untuk pembuatan tugas. Maka dari itu beliau-beliau menyampaikan materi belajar dengan hanya mengirimkan video singkat lalu mengirimkannya lewat Grup Whatsapp. Untuk pemberianÂ
tugas, juga hanya memfoto soal lalu dikirim lewat Grup Whatsapp yang nantinya dikerjakan oleh siswa. Namun ada beberapa siswa yang tidak mengumpulkan jawabannya dikarenakan orang tuanya tidak begitu memahami penggunaan teknologi.
Adapun orang tua siswa yang saya temui yaitu Ibu Anis, Ibu Cicin, dan Ibu Antini sebagai wali murid di SD Negeri 2 Kradenan. Beliau-beliau bercerita kepada saya bahwa selama pembelajaran daring ini, anak menjadi cepat bosan dan lebih sering bermain ketimbang belajar. Metode belajar yang kurang atraktif menjadi penyebabnya. Ketika saya tanyai apakah beliau-beliau memahami tentang adanya aplikasi pendukung belajar daring seperti Zoom, Google Form, Zenius, dan Duolingo, ternyata tidak mengerti aplikasi- aplikasi tersebut, baik fungsi- fungsinya maupun cara penggunaannya.
Peran dari guru dan orang tua siswa saya kira masih belum maksimal dalam menunjang pembelajaran jarak jauh. Berbagai macam kendala timbul karena kurangnya pengetahuan penggunaan teknologi. Berlandaskan permasalahan ini, saya memberikan pengenalan dan pelatihan tentang penggunaan aplikasi-aplikasi pendukung pembelajaran daring selama kegiatan KKN UNEJ BTV III yang berlangsung dari tanggal 11 Agustus 2021 hingga 9 September 2021. Dengan program kerja dan pelatihan yang saya lakukan secara bertahap selama 30 hari, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran jarak jauh di SD Negeri 2 Kradenan menjadi lebih efektif dan efisien.
Adanya pembelajaran jarak jauh di masa pandemi covid-19 menimbulkan berbagai macam hambatan, meliputi tidak adanya kemampuan dalam memahami teknologi, tidak memiliki gadget, tidak adanya kuota data untuk mengikuti pembelajaran daring, hingga masalah jaringan sinyal. Berbagai macam kendala tersebut mengakibatkan proses pembelajaran daring menjadi tidak efektif dan tidak efisien. Untuk itulah diperlukan adanya bentuk pendampingan pelatihan kepada guru dan orang tua siswa dalam menunjang kegiatan belajar dan mengajar secara daring.
Dalam menjalankan program kerja saya, terlebih dahulu saya meminta izin kepada Kepala Desa Kradenan dan mulai melakukan observasi kepada sasaran. Selanjutnya saya mulai melakukan pengenalan singkat kepada sasaran tentang penggunaan aplikasi belajar daring, mulai dari fungsinya, hingga cara penggunaannya. Pelatihan saya jalankan dengan mendatangi secara langsung ke rumah masing-masing sasaran, sehingga pendampingan menjadi maksimal dan sasaran memahami tentang pelatihan-pelatihan yang saya berikan. Di minggu terakhr, saya melakukan evaluasi program kerja saya dan hasilnya cukup memuaskan karena baik dari guru maupun orang tua siswa, mampu mengimplementasikan bentuk-bentuk pelatihan yang saya berikan. Ibu Yunita, Ibu Erwin, dan Ibu Winarsih yang awalnya tidak terlalu mengerti penggunaan Zoom dan Google Form, sekarang mulai paham dan mengerti lalu mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran daring. Ibu Anis, Ibu Cicin, dan Ibu Antini sebagai orang tua siswa, yang awalnya kesusahan dalam menggunakan teknologi, mulai terbantu dan mulai mengaplikasikan kepada anak sehingga anak menjadi senang belajar.
Pengenalan dan pelatihan yang dijalankan selama 30 hari dengan mendatangi secara langsung ke rumah masing-masing sasaran. Dengan menjalankannya secara bertahap dan secara sedikit demi sedikit, di minggu keempat beliau-beliau dapat mengaplikasikannya kepada siswa dan anak dengan lancar dan baik. Tentunya saya harap dengan adanya KKN UNEJ BTV III ini, ke depan proses pembelajaran secara daring di SD Negeri 2 Kradenan menjadi lebih efektif dan lebih efisien.
Dalam menjalankan pembelajaran daring di era pandemi covid-19 dibutuhkan kerja sama dari berbagai pihak. Dari pihak pemerintah, diharapkan dapat memberikan bantuan kuota data kepada siswa-siswa, karena tidak sedikit siswa yang tidak memiliki biaya untuk membeli kuota data.Â
Lalu dari pihak sekolah dengan menyediakan sarana dalam melaksanakan kegiatan belajar melalui aplikasi Zoom agar proses belajar menjadi lebih atraktif dan terjadi secara dua arah dan tetap harus memberikan tugas sesuai porsi tanpa berlebihan karena dapat mengganggu psikis anak. Lalu yang terakhir dari peranan orang tua siswa, yang diharapkan dapat mendampingi anak dalam belajar sehingga anak tidak hanya bermain, namun tetap bisa belajar dengan metode yang lebih menyenangkan dengan penggunaan teknologi pada aplikasi pendukung belajar daring.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H