Di era digital ini, teknologi memudahkan kita untuk mendapatkan informasi dengan lebih cepat. Namun, kemudahan tersebut tidak diiringi dengan kebijaksanaan dalam penggunaannya.Â
Dari informasi yang pernah anda dapatkan, pernahkah anda mendengar isu minyak kelapa sawit yang tidak berkelanjutan? Faktanya, setengah produksi minyak sawit berkelanjutan dunia berasal dari Indonesia dan merupakan minyak nabati paling berkelanjutan di dunia (RSPO).
Lantaran maraknya isu-isu negatif yang dilontarkan ke produksi kelapa sawit di Indonesia, pandangan buruk terhadap sawit mulai timbul. Sawit tidak lahir untuk dipandang sebelah mata dan dilimpahi stigma layaknya seperti isu-isu negatif yang diberitakan.
Banyak hal positif yang menjadikan kelapa sawit ---tanaman yang dikenal sebagai tanaman 'minyak goreng'--- harus dilestarikan. Kelapa sawit mampu memproduksi buah sawit ketika berumur +- 5 tahun dan memiliki umur lebih dari seratus tahun, dengan umur produktif rata-rata 30 tahun.Â
Komparasi hasil kelapa sawit dengan tanaman penghasil minyak nabati menunjukkan kelapa sawit memproduksi setengah pasokan minyak nabati dunia hanya dengan 10% penggunaan luas lahan perkebunan yang ada. Hal ini menjadikan kelapa sawit sebagai juara dalam hasil produksi dan efisiensi produksi. Menjadikan Kelapa sawit sebagai unggulan di agribisnis.
Beberapa dekade ini, kelapa sawit menggelontorkan banyak kontribusi bagi kesejahteraan Indonesia dengan berkelanjutan. Produksi kelapa sawit di Indonesia mencapai 42,6 juta ton dan memberikan sumbangan pendapatan negara sebesar 14% untuk ekspor pada tahun 2017 atau sekitar US$ 22 miliar.
Bahkan mendorong neraca dagang surplus US$ 11,84 miliar (LPEM FEB UI) yang menetapkan kelapa sawit sebagai penyumbang terbesar untuk sektor non-migas.Â
Terdapat 14 juta hektar lahan kelapa sawit di Indonesia dan setengahnya dimiliki oleh petani, yang dinilai berbuah manis pada kesejahteraan mereka.Â
Pendapatan pekerja komoditi kelapa sawit diestimasikan bernilai 7 kali lebih besar dikomparasikan dengan petani komoditi lain, kelapa sawit berhasil menyerap 6 juta tenaga kerja, memberikan sumber kehidupan bagi 21 juta orang, membantu 10 juta warga Indonesia untuk keluar dari kemiskinan, serta memberdayakan dan mengangkat 1 juta penduduk desa dari kemiskinan (Center of Food Security and the Environment, Stanford University, 2016)
Seiring berjalannya waktu, organisasi serta perusahaan kelapa sawit merealisasikan program-program bertipe Corporate Social Responsibility (CSR). Bersumber dari kontribusi kelapa sawit yang cukup tinggi, dibangun fasilitas-fasilitas penunjang untuk kehidupan para pekerja komoditi kelapa sawit diantaranya sarana dan prasarana edukasi seperti sekolah, pusat pelatihan dan pusat pendidikan.
Akses kesehatan bagi pekerja dan petani sekitar yang semakin mudah dijangkau dengan tersedianya pusat kesehatan masyarakat dan praktisi kesehatan, serta pembangunan rumah ibadah dan fasilitas lainnya juga banyak berdiri di pemukiman penduduk petani sawit. (AGRO ASTRA LESTARI). Hal ini membuktikan bahwa komoditi kelapa sawit dapat menjadi pioneer kesejahteraan di daerah daerah rural atau pemukiman.