Mohon tunggu...
Ivan Jayadi
Ivan Jayadi Mohon Tunggu... Swasta -

Penulis Yang Aktif Berpartai Di PSI sebagai Sekretaris DPC Sukun

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Reborn II (Meletakkan Dasar Indonesia Baru Dua Ratus Tahun Ke Depan)

4 Maret 2017   12:48 Diperbarui: 12 Maret 2017   18:00 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bukti Pertama Tentang Adanya Kesalahan, Penyimpangan, dan Penyesatan Yang Sangat Serius Tetapi Halus Dalam Terjemahan dan Tafsir Al Quran

Dalam artikle sebelumnya telah disebutkan akan ditunjukkan bukti atas adanya kesalahan yang menyesatkan dalam terjemahan dan tafsir Al Quran di Surat Al Bayyinah. Terjemahan Surat Al Bayyinah berikut akan dikutip secara langsung apa adanya dan akan digarisbawahi dan dicetak tebal sesuatu yang salah dan perlu dikoreksi. Untuk penjelasannya ada di bawahnya.

AL BAYYINAH (BUKTI)

SURAT KE 98 : 8 ayat

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

AHLI KITAB BERPECAH BELAH MENGHADAPI MUHAMMAD S.A.W. SEDANG AJARAN YANG DIBAWANYA ADALAH WAJAR

1. Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,

2. (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran),

3. di dalamnya terdapat (isi) Kitab-kitab yang lurus.

4. Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata.

5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

6. Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.

7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.

8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.

Dalam surat ini Allah menerangkan bahwa ajaran Muhammad s.a.w. adalah ajaran yang benar dan agama yang dibawanya adalah agama yang lurus yang mencakup pokok-pokok ajaran yang dibawa nabi-nabi yang dahulu.

Kalimat yang dicetak tebal pertama, bukan bagian dari isi Al Quran. Itu adalah tambahan dari penerjemah dan penafsir. Penambahan atau pengurangan atas isi Al Quran sesungguhnya merupakan kesalahan sangat fatal yang dilakukan oleh penerjemah dan penafsir. Dalam Al Quran sendiri ada larangan atas hal itu. Ancaman Allah sungguh berat bagi pelakunya. Namun hal itu diterjang oleh penerjemah dan penafsir Al Quran yang dipegang Umat Muslim saat ini.

Mungkin hal itu dilakukan para penerjemah atau penafsir itu dengan niat untuk mempermudah dalam mencari suatu topik dan memahami isi Al Quran. Tapi hal itu justeru merupakan taqlid buta yang cenderung mendogma dan mengarahkan pemahaman pembacanya. Celakanya, pengarahan para penerjemah dan penafsir itu banyak yang salah dan tidak mewakili isi surat atau ayat-ayat di dalamnya. Banyak pula yang sekedar mencomot satu topik di satu atau dua ayat dengan mengabaikan banyak ayat yang lain.

Oleh sebab itu, penambahan-pembahan tersebut malah membuat makna Al Quran yang sesungguhnya sangat luas jadi sempit, sehingga menimbulkan kejumudan (kesempitan) dalam berpikir. Seharusnya penambahan seperti itu dimasukkan dalam tafsir yang dibuat terpisah atau tersendiri, bukan di tengah terjemahan. Selain karena hal itu jelas-jelas telah Dilarang dan Dikecam Allah dalam Al Quran, keberadaan penambahan itu juga terasa sangat mengganggu, menghambat, dan menghilangkan rasa keindahan Ayat-ayat Al Quran, sehingga ketika membacanya jadi tak menyejukkan atau kurang meresap ke dalam kalbu. Padahal, seharusnya dengan membaca FirmanNya dan langsung meresapinya, hati bisa menjadi sejuk dan lembut, juga langsung membawa ketenteraman batin. Bahkan bila keimanan seseorang tebal, dia bisa sampai menangis karenanya.

Namun, karena terjemahan dan tafsirnya penuh dengan penambahan, semua itu jadi tidak bisa dirasakan oleh orang Muslim Indonesia. Jangankan penambahan seperti itu, penambahan kata-kata dalam kurungnya saja sudah terasa sangat mengganggu dan menghambat saat membaca dan memahaminya. Karena itu, orang jadi malas dan merasa berat mempelajari dan memahaminya. Sehingga, kebanyakan orang Indonesia ketika membaca dan mempelajarinya berhenti di sebatas membaca tulisan Arabnya tanpa mau mengerti isinya. Menurut Hadist yang shahih, orang seperti itu disebut membaca Al Quran sebatas di kerongkongan. Jika seperti itu, bahkan biarpun setiap tahun khatam Al Quran, tetap tidak ada perbaikan pada kualitas ilmu dan pribadinya. Sehingga, ketika semakin tua, saat diri semakin butuh siraman rohani, malah batin menjadi gersang dan tak semakin bijaksana.

Kalau sekedar membaca tulisan yang sama sekali tidak dimengerti, bagaimana orang bisa memperbaiki diri? Isi ilmu yang dibaca saja tidak tahu, bagaimana akan mengambil hikmah dan filosofinya agar semakin bijaksana? Seandainya tahu, paling tidak dia bisa sedikit merenung dan coba memperbaiki diri lewat hal yang diketahui itu sedikit demi sedikit sampai menjadi bukit. Kalau membacanya berulang-ulang, karena tiap membacanya merupakan ibadah, setiap satu ayat, bahkan satu huruf berpahala, maka isi dan ilmunya juga pasti akan menancap dengan sendirinya dan seterusnya bisa dijadikan patokan dan Petunjuk dari Allah dalam mengoreksi dan memperbaiki diri.

Yang seperti itulah yang sesungguhnya Dikehendaki Allah dalam beragama sesuai dengan Petunjuk Al Quran. Bukan sekedar membaca tulisan Arab tanpa mengerti yang dibaca, meskipun mungkin membaca tulisan Arabnya tanpa bisa mengerti isinya itu termasuk ibadah juga. Tetapi kalau mengikuti Petunjuk Allah yang benar di Al Quran, setiap Muslim sesungguhnya wajib atau harus berilmu sedalam samudera dengan ilmu yang diwarisinya dari para Nabi. Yang terutama adalah ilmu para Nabi yang di Al Quran, karena dalam Al Quran telah ada semua ilmu yang benar dan lurus dari para Nabi. Meskipun, tidak semua ilmu para Nabi di dunia dimasukkan dalam Al Quran, tetapi setidaknya yang telah disebutkan bisa menjadi xampling atau wakil dari semua secara keseluruhan.

Karena itu, meski Al Quran Diturunkan Allah dengan bahasa Arab, setidaknya ada dua cara agar Umat Muslim Indonesia bisa tetap mewarisi ilmu para nabi di Al Quran. Opsi pertama, tiap Muslim wajib bisa bahasa Arab. Tetapi karena tidak ada perintah atas hal itu, perbedaan suku, bangsa, dan bahasapun merupakan sebuah rahmat, yang patut disyukuri bukan ditolak dan dihilangkan, maka opsi ke dua, hendaknya umat menyediakan terjemahan yang benar-benar murni dan asli, serta tidak boleh ada penambahan atau pengurangan sedikitpun. Sedang untuk tafsirnya lebih baik dibahas di kitab sendiri atau di satu kitab seperti saat ini, tetapi tidak boleh mengganggu terjemahan aslinya.

Dalam Kitab Suci meskipun terjemahan, tetap harus benar-benar murni dan asli. Tidak boleh sedikitpun ada pengurangan atau penambahan. Jika sampai ada penambahan-penambahan seperti yang ada di terjemah dan tafsir Al Quran saat ini benar-benar sangat berbahaya. Apalagi jika dalam membaca, karena malas dan merasa berat itu, orang jadi hanya membaca petunjuk buatan para penerjemah dan penafsir itu, kemudian merasa sudah tahu segala kesimpulan yang ada di dalamnya. Yang seperti itu, akibatnya pasti sangat fatal, karena dia hanya akan menemukan Al Quran sebatas berisi ayat-ayat yang cenderung mengobarkan permusuhan, perang, menjelek-jelekkan, dan mencari kesalahan dan kelemahan agama lain. Al hasil, dia pasti akan menjadi bom waktu untuk menebarkan kebencian, caci maki, dan benih-benih permusuhan kepada umat agama lain. Padahal, yang seperti itu bukanlah ajaran yang Diajarkan Allah dan dicontohkan RasulNya. Yang seperti itu jauh sekali dari isi dan pemahaman Al Quran yang sebenarnya.

Saat ini, ada aliran yang disebut sarkasme (aliran keagamaan yang cenderung menyerang baik dengan kekerasan ucapan atau dengan kekerasan fisik) dan ada aliran terorisme (aliran agama yang menggunakan kesadisan, kebengisan, dan kekejaman). Keduanya adalah produk pemahaman agama yang salah. Bila ditelusuri lebih mendalam, salah terjemahan dan tafsir yang ada saat ini adalah yang menjadi sebab pokoknya, selain karena adanya motif atau modus dari seseorang atau sekelompok orang yang haus kekuasaan dan ketenaran. Keduanya, sebenarnya bukanlah termasuk ajaran Muslim yang mengikuti Al Quran dan suri teladan Rasulullah yang benar. Dengan kata lain, mereka bukanlah Umat Muslim. Umat Muslim yang benar, luas ilmunya, arif dan bijaksana, serta berahlak mulia.

Bersambung,,,,,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun