“Van beli es gak kaya nya enak tuh” ujar teman ku Deni sambil menepuk pundak saya
“Ayo Den boleh’ sambil berjalan ke grobaknya dan ternyata itu tukang es dawet tapi beda pastinya rasanya sama yang di Jakarta, harganya 5000 tapi benar rasanya beda sekali sambil ngobrol-ngobrol sama ibu penjualnya ternyata ibu ini yang bernama Siti hadijah punya cerita yang sangat unik dibaliknya diya berjualan es dawet ternyata anak-anak ibunya sudah pada kuliah malah melebih saya dan Deni anak pertamanya sudah S2 sekarang sedang bekerja di Jakarta anak keduanya ternyata sedang menjalankan S1 di Malaysia dan wow hebat sekali si ibu ini! Setelah selesai ngobrol saya dan Deni kembali ke bus.
Tiba di pintu masuk candi kami langsung masuk ke dalam sambil di pimpin oleh tour-guide tapi saya dan Deni terpisah dari rombongan kami dari candi pertama melewati nya dan langsung skip lanjut ke candi dua tapi ketika naik ke candi 2 ternyata jalurnya menajak juga lumayan karena candinya terletak di atas bukit-bukit kecil tapi bagi yang naik kuda itu enak sedangkan saya dan Deni jalan sampai atas. Candi gedong songo sendiri hanya tinggal beberapa saja yang berdiri karena sisanya tinggal bekas reruntuhannya saja, candi ini adalah peninggalan budaya Hindu dan juga di candi ini bukan hanya mengenal sejarah juga tapi ada pemandian air panasnya dan juga ada sumber mata air panasnya tapi saya dan rombongan bertujuan bukan untuk mandi air panasnya tapi untuk hunting photo dan kebetulan disini bahan foto saya adalah human interest disini ternyata banyak yang pacaran pula dan juga para biarawan pada berdatangan.
Singkat cerita saya sudah sampai di atas dan itu lumayan nanjaknya serasa makan 5 piring enggap bener badan! Tapi sampai atas hawanya sejuk dan terbayar pula dengan pemandangan yang terhampar luas dan saya bisa ngelihat candi 3 dan ke 2 dari atas, tapi firasat saya tidak enak ketika di atas pengennya turun dan saya mengajak deni untuk turun dan ternyata benar singkat cerita saya sudah hampir sampai ke bawah dan tiba seperti tsunami yang datang kabut yang tebal turun dengan cepat dan tiba-tiba hujan dan lama-lama mangkin deras dan disitu saya mulai apes karena saya gak bawa tas kamera saya dan kamera saya pegang saja dan akhirnya mau gak mau kamera saya masukin ke baju saya dan langsung lari mencari tempat berteduh, rombongan yang dibelakang saya dan Deni saya tinggal lari padahal dibelakang saya ada pak Edward dosen saya di kampus, saya langsung tinggal lari saja padahal larinya kecengan si Deni tapi akhirnya,
“Van buru didepan ada genteng!” ujar Deni sambil berteriak
“yang bener itu genteng? Tahu-tahunya genteng belum dipasang lagi” ujar saya sambil lari
“serius Van ini ada tempat teduh, buru larinya!” ujar deni sambil berteriak
Tibanya saya disaung Alhamdulillah cuman basah dikit badan. Dan juga kalo disini cuaca nya kurang bisa dipredeksi, setelah meneduh di saung saya memanggil rombongan yang tadi saya tinggal dibelakang tadi
“oyyy disini ada saung!!” ujar saya sambil berteriak