Mohon tunggu...
Travel Story Pilihan

Journey to Central of Java & Atlas City

12 Juni 2016   01:35 Diperbarui: 13 Juni 2016   23:45 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dan tiba di stasiun keduanya dan kami turun stasiun kedua ini juga sudah tidak terpakai lagi, setelah kepala lokomotifnya berputar dan memasangkan ke gerbong saatnya rombongan saya kembali ke stasiun satunya. Setelah tiba kami turun tapi dikasih waktu istirahat selama 10 menit dan saya melihat tukang es tapi di gerobak nya gak ada tulisannya.

“Van beli es gak kaya nya enak tuh” ujar teman ku Deni sambil menepuk pundak saya

“Ayo Den boleh’ sambil berjalan ke grobaknya dan ternyata itu tukang es dawet tapi beda pastinya rasanya sama yang di Jakarta, harganya 5000 tapi benar rasanya beda sekali sambil ngobrol-ngobrol sama ibu penjualnya ternyata ibu ini yang bernama Siti hadijah punya cerita yang sangat unik dibaliknya diya berjualan es dawet ternyata anak-anak ibunya sudah pada kuliah malah melebih saya dan Deni anak pertamanya sudah S2 sekarang sedang bekerja di Jakarta anak keduanya ternyata sedang menjalankan S1 di Malaysia dan wow hebat sekali si ibu ini! Setelah selesai ngobrol saya dan Deni kembali ke bus.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sampainya ditempat parkir bus untuk transit ke mobil yang sangat kecil karena jalurnya sangat menanjak karena bus yang besar-besar tidak sanggup untuk menanjak. Turun dari bus saya dan rombongan berkumpul dulu untuk pengumuman, pembagian mobil elf habis itu langsung berangkat naik menuju candi Gedong songonya. 

Tiba di pintu masuk candi kami langsung masuk ke dalam sambil di pimpin oleh tour-guide tapi saya dan Deni terpisah dari rombongan kami dari candi pertama melewati nya dan langsung skip lanjut ke candi dua tapi ketika naik ke candi 2 ternyata jalurnya menajak juga lumayan karena candinya terletak di atas bukit-bukit kecil tapi bagi yang naik kuda itu enak sedangkan saya dan Deni jalan sampai atas. Candi gedong songo sendiri hanya tinggal beberapa saja yang berdiri karena sisanya tinggal bekas reruntuhannya saja, candi ini adalah peninggalan budaya Hindu dan juga di candi ini bukan hanya mengenal sejarah juga tapi ada pemandian air panasnya dan juga ada sumber mata air panasnya tapi saya dan rombongan bertujuan bukan untuk mandi air panasnya tapi untuk hunting photo dan kebetulan disini bahan foto saya adalah human interest  disini ternyata banyak yang pacaran pula dan juga para biarawan pada berdatangan. 

Singkat cerita saya sudah sampai di atas dan itu lumayan nanjaknya serasa makan 5 piring enggap bener badan! Tapi sampai atas hawanya sejuk dan terbayar pula dengan pemandangan yang terhampar luas dan saya bisa ngelihat candi 3 dan ke 2 dari atas, tapi firasat saya tidak enak ketika di atas pengennya turun dan saya mengajak deni untuk turun dan ternyata benar singkat cerita saya sudah hampir sampai ke bawah dan tiba seperti tsunami yang datang kabut yang tebal turun dengan cepat dan tiba-tiba hujan dan lama-lama mangkin deras dan disitu saya mulai apes karena saya gak bawa tas kamera saya dan kamera saya pegang saja dan akhirnya mau gak mau kamera saya masukin ke baju saya dan langsung lari mencari tempat berteduh, rombongan yang dibelakang saya dan Deni saya tinggal lari padahal dibelakang saya ada pak Edward dosen saya di kampus, saya langsung tinggal lari saja padahal larinya kecengan si Deni tapi akhirnya,

“Van buru didepan ada genteng!” ujar Deni sambil berteriak

“yang bener itu genteng? Tahu-tahunya genteng belum dipasang lagi” ujar saya sambil lari

“serius Van ini ada tempat teduh, buru larinya!” ujar deni sambil berteriak

Tibanya saya disaung Alhamdulillah cuman basah dikit badan. Dan juga kalo disini cuaca nya kurang bisa dipredeksi, setelah meneduh di saung saya memanggil rombongan yang tadi saya tinggal dibelakang tadi

“oyyy disini ada saung!!” ujar saya sambil berteriak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun