Hal ini juga berlaku dalam diri kita yang menafsirkan sebuah masalah. Kita merasa masalah itu berat karena kita berpikiran bahwa masalah itu akan mengancam keberlangsungan kehidupan kita. Karena diri kita merasa terancam, maka akan cenderung merasa takut dan tidak nyaman.
Lain halnya bila kita mencoba bersyukur ketika menghadapi permasalahan dan membayangkan bahwa permasalahan hanyalah salah satu step kehidupan yang akan membuat diri kita makin dewasa nantinya. Pasti rasa takut terhadap masalah itu akan kecil sekali dan pikiran kita jauh lebih mudah untuk fokus mencari solusinya karena telah terbebas dari rasa takut tersebut. Dengan kata lain, rasa syukur membuat sebuah masalah terasa lebih kecil dan ringan untuk kita jalani dan cari solusinya.
Syukur itu meningkatkan kualitas kebahagiaan
Cara termudah untuk merasakan kebahagiaan sebenarnya adalah dengan bersyukur. Pernahkah kita memikirkan, kenapa ada orang kaya yang tidak bahagia dan ada juga orang yang tidak terlalu kaya tapi dia hidup dengan sangat bahagia? yang membedakan kedua jenis orang tersebut sebenarnya adalah rasa syukur yang dikeluarkan oleh keduanya dalam menyikapi kehidupan yang mereka rasakan.
Orang yang hidupnya tidak terlalu kaya namun dia bersyukur akan cenderung lebih bahagia karena dia merasa bahwa kehidupannya itu sendiri adalah sebuah anugerah yang perlu untuk dinikmati setiap harinya bersama orang-orang disekitarnya.
Syukur itu meningkatkan kualitas kehidupan
"Bersyukurlah, maka nikmatmu akan bertambah." Kalimat ini mengisyaratkan bahwa rasa syukur itu akan membuat kehidupan kita ke depannya jauh terasa lebih ringan dan indah. Selain itu, rasa syukur atas hidup yang kita jalani juga membuat kita merasakan bahwa kehidupan itu sangatlah berharga dan sangat pantas untuk kita nikmati. Dengan kata lain, kita akan merasakan kehidupan yang berkualitas. Yang biasanya hidup datar-datar saja setiap harinya, dengan bersyukur maka kita akan merasa kehidupan kita jauh lebih bermakna.
Berat atau tidaknya permasalahan dalam kehidupan kita itu sebenarnya pikiran kita sendiri yang menciptakannya. Itu pula sebabnya masalah bagi seseorang belum tentu merupakan masalah besar bagi orang lainnya. Ini bukan karena orang tersebut tidak pernah merasakan masalah itu sendiri secara langsung, melainkan karena sudut pandang yang digunakannya dalam melihat sebuah masalah itu berbeda.
Bagi saya pribadi, berat atau tidaknya sebuah masalah itu juga tidak diukur dari kompleksitas masalah yang datang dalam hari-hari kita karena sampai saat ini belum ada alat yang bisa digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap berat atau ringannya masalah yang dihadapi oleh setiap manusia. Artinya, pada akhirnya berat atau tidaknya sebuah masalah itu ditentukan oleh pikiran kita sendiri yang memutuskan. Sama seperti pada akhirnya kita mau memilih yang mana, antara mau mengeluh menghadapi masalah ataukah mau bersyukur menghadapi masalah?
Ivan Dhana