Setelah menempuh pendidikan di taman kanak-kanak, pada pertengahan tahun 2001 saya melanjutkan sekolah di bangku Sekolah Dasar. Masih pada wilayah yang sama, saat itu saya bersekolah di Sekolah Dasar Negeri 003 desa Sungai Meriam, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara. Pada tahun inilah saya kembali merasa aturan-aturan yang dahulu mengikat saya begitu erat sudah semakin terasa terlepas, karena pada saat itu Ibu saya kembali melahirkan seorang adik laki-laki bernama Gilbert Farrel Ngajow.Â
Sehingga, semenjak duduk di bangku Sekolah Dasar, saya perlahan mulai menunjukkan kemampuan saya baik di bidang akademik maupun non akademik. Prestasi sebagai salah satu siswa yang masuk dalam 10 besar peringkat kelas hingga 3 besar peringkat kelas mulai saya dapatkan sebagai salah satu bentuk penghargaan atas usaha saya dalam belajar. Selain itu, sejak SD saya juga telah mengikuti kegiatan-kegiatan non akademik seperti Pramuka dan Marching Band, hingga mengikuti lomba menyanyi dan bermain gitar serta lomba gerak jalan pada saat peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia.
Enam tahun saya menempu pendidikan di bangku Sekolah Dasar, dan pada akhirnya pada tahun 2007 lulus dari Sekolah Dasar saya melanjutkan Sekolah di SMP Negeri I Anggana. Pada saat itu saya berhasil menjadi salah satu siswa yang masuk ke dalam kelas favorit hingga saya duduk di bangku kelas 2 Sekolah Menengah Pertama . Kelas Favorit adalah kelas yang didalamnya merupakan kumpulan siswa-siswa berprestari dengan peringkat 1 hingga peringkat ke 30. Melihat potensi saya dalam dunia musik, orang tua saya berinisiatif untuk mendaftarkan saya ke Sebuah Sekolah Musik di Samarinda bernama Ebony Music School. Akan tetapi, saya yang dahulu sangat tertarik untuk terus mengembangkan talenta saya dalam bermain gitar justru harus sedikit merasa kecewa karena kedua orang tua saya justru mendaftarkan saya untuk mengikuti les keyboard.Â
Kekecewaan yang saya rasakan ternyata terbayarkan ketika saya mulai tertarik melihat instruktur saya bermain keyboard dengan hebatnya. Saya pun mulai terus belajar dan berlatih, bahkan ketertarikan saya dalam bermain keyboard membuat saya tidak mengenal waktu jika ingin berlatih di rumah. Entah itu malam, subuh, siang atau bahkan sebelum tidur saya mulai sering berlatih bermain keyboard di rumah. Alhasil, saat saya masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama semester kedua, saya dipercayakan untuk mengisi acara perpisahan di Sekolah.Â
Tidak hanya mulai menunjukkan kemampuan saya di Sekolah, instruktur saya juga mempercayakan saya untuk bergabung dalam sebuah band yang dibentuk dari Sekolah Music saya untuk mengisi sebuah acara-acara di beberapa Pusat Perbelanjaan di Samarinda. Beberapa pengalaman inilah yang membuat saya selanjutnya lulus dalam ujian Tingkat Dasar hanya dalam jangka waktu 1 tahun yang dilaksanakan oleh Sekolah Musik tempat saya belajar.
Sekolah Menengah Pertama bagi saya tidak hanya menjadi sebuah tempat untuk terus menambah pengetahuan saya di bidang akademik, namun juga menjadi tempat dimana saya mulai belajar untuk berorganisasi dan mengembangkan kemampuan yang saya miliki. Bergabung menjadi salah satu anggota dan pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) saya pernah menjabat sebagai Sekretaris OSIS dua periode kepengurusan.Â
Selain itu, saya juga pernah bergabung menjadi Penegak di Kepramukaan dan sering terlibat dalam kegiatan-kegiatan pembinaan kepramukaan di beberapa Sekolah Dasar di tempat saya tinggal. Tidak hanya itu, saya juga bergabung dalam Marching Band Gita Swara Bahana Anggana yang ada di Sekolah saya. Kala itu saya menjadi anggota pemain terompet di Mrching Band tersebut. Saya juga aktif dalam kegiatan seni salah satunya Kegiatan Seni Teater di Sekolah.
Banyak hal yang saya dapat di bangku Sekolah Menengah Pertama yang banyak pula memberikan saya pelajaran mengenai bagaimana kehidupan yang sebenarnya. Salah satu pelajaran yang masih terekam di dalam otak saya hingga saat ini adalah peristiwa dimana saya harus merasa kecewa dengan ketidakadilan yang saya alami di Sekolah. Saat itu saya naik ke kelas 3 SMP, seperti yang saya ceritakan sebelumnya sejak dari kelas 1 SMP hingga kelas 2 SMP saya masuk ke dalam kelas favorit. Akan tetapi, hal yang mengejutkan terjadi ketika saat itu hari pertama masuk sekolah di semester awal, saya seperti biasanya mulai mencari nama saya di daftar nama siswa-siswa yang masuk ke dalam kelas favorit, karena kala itu saya menduduki peringkat ketujuh di kelas. Hal berbeda justru saya dapatkan pada saat itu. Nama saya tidak tercantum didaftar nama-nama siswa yang masuk ke dalam kelas favorit tersebut.Â
Tanda tanya besar pun mulai menyelimuti pikiran saya, karena teman-teman kelas saya yang peringkatnya di bawah saya namanya tercantum di dalam daftar tersebut. Akhirnya saya pun memutuskan untuk memilih bertanya kepada guru-guru saya, akan tetapi mereka justru tidak memberikan jawaban yang pasti akan pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan. Mendengar hal itu saya pun mulai sedikit merasa kesal dan memutuskan untuk mencari nama saya di daftar-daftar nama siswa di kelas lain selain kelas favorit. Pada akhirnya, langkah kaki saya terhenti di sebuah kelas yang di dalamnya terdapat siswa-siswa yang terkenal “nakal’ di Sekolah saya.Â
Dengan sedikit merasa khawatir saya mencoba untuk mencari nama saya pada daftar siswa di kelas tersebut. Rasa khawatir yang awalnya menerpa saya, perlahan mulai bergejolak menjadi perasaan kecewa, kesal dan sedih yang bercampur aduk menjadi satu. Sehingga tanpa sadar saya meneteskan air mata saya di depan kelas tersebut, karena beberapa pertanyaan besar terbesit dalam benak saya yakni apa salah saya sehingga saya harus masuk ke dalam kelas yang selama ini tidak pernah saya bayangkan sebelumnya? Bagaimana saya bisa bertahan di lingkungan yang asing buat saya? Apakah saya dapat mempertahankan prestasi saya jika saya berada di kelas ini? Lalu apakah teman-teman saya ini bisa di ajak untuk bekerja sama dan belajar bersama-sama?.Â
Hampir satu tahun pertanyaan-pertanyaan tersebut menghantui pikiran saya, namun dalam jangka waktu itu pula pertanyaan-pertanyaan tersebut mulai terjawab satu persatu. Hingga pada puncaknya pada saat pembagian laporan Hasil belajar semester awal di bagikan, sesuatu yang tidak pernah saya bayangkan dan saya dapatkan sebelumnya justru saya alami saat itu.Â