Ketika pertama kali mendengar ayat itu, sungguh sulit bagi saya untuk memahami 'getaran hati' ketika mendengar nama Sang Khalik. Apa yang mampu membuat hati seseorang bergetar? Konon, ayat itu bernuansa sufistik. Hanya orang pada tingkat tertentu saja yang bisa memahami dengan baik. Tapi guru kami yang sederhana itu mampu menerangkan makna ayat itu dengan contoh kasus yang dekat dan mudah dipaham bagi kami para remaja. Ya, mengibaratkan Tuhan sebagai kekasih. Â Â
Di ujung Ramadhan ini,  saya merindukan kembali hati yang bergetar. Mungkinkah saya bisa menggapainya? Terlalu banyak dosa dan kesalahan yang menutupi hati hingga ia menjadi beku.  Semoga saja hati kita masih hidup dan mampu membuang debu dosa yang menutupinya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H