Mohon tunggu...
Ivana Amelia
Ivana Amelia Mohon Tunggu... Editor - Bermula dari kata, berakhir dengan senyum

Pengarang kecil yang ingin menjadi bintang angkasa~

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melek Teknologi: Jaminan Sukses Masa Depan

11 Juni 2022   17:55 Diperbarui: 11 Juni 2022   22:02 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama kurang lebih dari dua tahun berjalannya pandemi COVID-19 mempengaruhi berbagai aspek kehidupan. Pandemi yang ada juga menghantui dan menyinggung terkait kesejahteraan masyarakat. Wabah penyakit yang bermula dari Wuhan, China ini mulai merambat ke negara lain di dunia, salah satunya adalah Indonesia. Kekhawatiran dan ketakutan menyelimuti negara merah putih, hal ini dikarenakan banyaknya kasus positif yang mengakibatkan kematian hingga diadakannya kebijakan dari pemerintah berupa PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Dengan keberadaan PPKM membuat berbagai akses kehidupan dibatasi, salah satunya di bidang ekonomi atau bisnis.

Perputaran keuangan yang dialami oleh Indonesia pada saat pandemi COVID-19 mengalami penurunan tajam. PPKM yang dicanangkan pada 3 hingga 20 Juli 2021 ini memberikan angka penurunan sebesar 0,2 hingga 0,4 persen dari biasanya (Saputra, D., 2021). Ketidakstabilan ekonomi mengakibatkan banyak sektor usaha melakukan segala cara untuk mempertahankan keberadaannya. Banyaknya bisnis yang melakukan PHK pada pekerjanya dan terdapat beberapa mengalami gulung tikar dikarenakan sulit beradaptasi dengan keadaan pandemi. Mengantisipasi hal tersebut dan menjaga kesejahteraan masyarakat, maka diperlukannya inovasi atau gerakan baru. Inovasi yang ada ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai konsumen, serta membaca peluang di masa pandemi. Hal tersebut terlihat dari adanya perubahan sektor usaha, misalnya yang dulunya merupakan jasa jahit busana kebaya menjadi pengrajin masker kain.

Sektor usaha yang dihidupi pastinya mengalami pasang surut. Dalam memperkuat suatu usaha dibutuhkannya komunitas sebagai wadah bertukar informasi, menjalin relasi, dan sebagainya. Berbicara terkait komunitas, terdapat komunitas yang memiliki fokus untuk mengejar suatu keuntungan dan ada yang berorientasi tidak pada keuntungan dalam bentuk keuangan. Komunitas usaha menaungi berbagai macam jenis didalamnya, yang salah satunya terkait kesenian. Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar juga memiliki banyak komunitas di dalamnya. Kesenian yang dimiliki oleh Yogyakarta sudah tidak perlu diragukan lagi, mulai dari batik, tarian, dan sebagainya. Komunitas yang menaungi usaha dalam sektor serupa terlihat dari Komunitas FORMEKERS.

Komunitas FORMEKERS merupakan salah satu komunitas yang menaungi sektor usaha atau UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). FORMEKERS berasal dari singkatan Forum Mebel Kerajinan dan Seni, komunitas ini berpusat di Yogyakarta tepatnya pada Jalan KH. Ahmad Dahlan No. 8 Yogyakarta. Komunitas yang lahir dari suatu kecelakaan ini memiliki tujuan untuk memberikan wadah kepada para pelaku usaha tanpa mengharapkan keuntungan secara finansial. Memiliki ketulusan dan sukarelawan dalam setiap sistem kerjanya membuat komunitas ini dipercayai oleh pemerintah, dimana FORMEKERS menjadi tangan kanan dalam penyampaian informasi terkait keutuhan UMKM. Komunitas ini bergerak secara fleksibel dan mengedepankan kekeluargaan.

FORMEKERS memiliki perbedaan dengan komunitas lain yang tidak banyak diketahui. Umumnya setiap komunitas akan mengharapkan atau menantikan bantuan baik dalam segi modal, sarana prasarana, dan sebagainya dari pemerintah, namun FORMEKERS tidak mengharapkan hal tersebut. Memiliki keeratan antar anggota membuat komunitas ini semakin kuat dan saling bahu membahu meningkatkan sektor usaha. Komunitas ini memenuhi kebutuhan anggotanya dengan cara saling sharing baik dalam bentuk informasi, konsultasi, bahan dasar usaha, dan sebagainya. Setiap anggota dan pengurus komunitas ini merupakan para pemilik usaha, hal ini menjadi salah satu kekuatan untuk memperluas relasi. 

FORMEKERS yang awalnya bergerak dalam sektor offline mulai beralih ke dunia online, hal ini juga merupakan salah satu dampak dari hadirnya pandemi COVID-19. Perubahan sistem operasional komunitas serta usaha dibawahnya dari offline ke online memberikan tantangan tersendiri. Komunitas dengan mayoritas keanggotaan dan pengurus dalam kisaran usia yang tergolong sudah lanjut usia, yakni 40 hingga 65 tahun memiliki keterbatasan dalam menggunakan teknologi. Kemajuan teknologi yang sangat masif terlebih pada masa pandemi ini menghambat beberapa kegiatan dalam komunitas. 

Untuk mendapatkan mitra usaha guna melanjutkan perputaran bisnis diperlukannya suatu profil yang jelas, hal ini membuat UMKM dalam FORMEKERS harus membentuk portofolio usahanya di media sosial. Namun, dengan keterbatasan dan kesulitan untuk beradaptasi dengan teknologi yang ada membuat pembentukan tersebut memakan waktu lama. Dengan kondisi seperti demikian, para anggota maupun pengurus secara tidak langsung dipaksa untuk melek akan teknologi. Kondisi tersebut mempengaruhi portofolio maupun konten yang dibuat oleh komunitas, dimana hanya tersedia apa adanya atau bahkan dapat dikatakan kurang menarik. Hal tersebut mampu mempengaruhi branding dari komunitas dan berkaitan dengan kepercayaan masyarakat atau sektor usaha lain yang nantinya akan bekerjasama.

Komunitas yang berhadapan dengan tantangan terbesarnya terkait adaptasi pada teknologi kerap mengalami kebingungan. Pemilahan konten dalam bentuk foto maupun video menjadi salah satu hal yang diperhatikan, dimana FORMEKERS belum terlalu mengantongi bagaimanakah cara memuat konten secara menarik atau aesthetic di media sosialnya. Hal ini terlihat dari adanya unggahan kegiatan komunitas, namun pada setiap unggahan tidak melewati proses editing dan semacamnya melainkan langsung di publish ke masyarakat. Selain itu, dalam komunitas ini hanya memiliki satu orang yang sedikit memahami terkait digitalisasi. Dengan adanya kondisi tersebut membuat timbulnya ketergantungan dari anggota atau pengurus komunitas pada satu orang, hal ini turut mengakibatkan kurang cepatnya update dan penyebaran informasi terkait FORMEKERS.

Keterbatasan dalam mengoperasikan teknologi juga mempengaruhi pada proses menjalin relasi yang terpisah oleh jarak. Dengan proses yang masih beradaptasi dengan teknologi dan digitalisasi, pada tahap awal berpengaruh pada kegiatan pameran. Pareman komunitas yang berisikan produk dagangan UMKM di bawahnya dulunya diadakan secara offline, namun pada masa pandemi terjadi penundaan serta pembatalan kegiatan. Fenomena tersebut terjadi karena belum siapnya beralih dari pameran offline ke online. Tantangan yang dialami komunitas ini juga berpengaruh pada keterlambatan dalam mengetahui informasi dan kebutuhan pasar di era digital serta pandemi, sehingga dengan ini membuat FORMEKERS sulit memahami target pasar.

Pengemasan konten yang baik mampu menarik perhatian dari masyarakat dan memberikan ketenaran bagi komunitas. Muatan konten dari komunitas ini diharapkan mampu menjadi jembatan komunikasi dari pihak komunitas dan masyarakat. Hal ini didasari dengan lima unsur komunikasi oleh Lasswell, yakni (Mulyana, D., 2017: 69): Sumber, pesan, saluran  atau media, penerima, dan efek. Sumber yang digunakan oleh FORMEKERS guna diunggah di media sosialnya berasal dari setiap kegiatannya baik secara offline maupun online. Sumber tersebut berasal dari dokumentasi langsung oleh para anggota dan pengurus komunitas, namun seperti sebelumnya sudah dikatakan bahwa setiap dokumentasi tersebut tidak tersentuh oleh tahapan editing. Unggahan yang dimuat dalam media sosial FORMEKERS pastinya memiliki tujuan untuk menyampaikan pesan kepada khalayak luas, dengan itu diperlukannya spesifikasi dan keterangan yang jelas agar pesan mampu sampai dengan baik.

Ketenaran yang dimiliki oleh FORMEKERS dibangun melalui media sosial sebagai saluran untuk berbagi informasi dan berelasi dengan masyarakat terlebih terkait bisnis, serta pengembangannya. Saluran atau media yang digunakan oleh komunitas ini berorientasi pada Instagram hingga saat ini. Dalam hal ini, penerima terlihat dari sisi masyarakat yang menikmati setiap unggahan dari komunitas, lalu guna menilai tersampaikannya pesan dengan baik pada penerima terlihat dari efek yang diberikan. Pada setiap unggahan terdapat beberapa masyarakat yang memberikan feedback seperti pertanyaan bagaimanakah untuk dapat bergabung dalam komunitas FORMEKERS. Selain itu, ada pula efek yang muncul terkait kritik karena muatan informasi kurang lengkap dan konten kurang menarik.

Melihat permasalahan yang dialami oleh komunitas FORMEKERS, maka terdapat beberapa solusi. Langkah awal yang dapat dilakukan adalah memberikan pelatihan kepada para anggota maupun pengurus komunitas terkait cara mengoperasikan teknologi dengan baik dan bertanggung jawab. Setelah memberikan pengajaran terkait cara penggunaan, selanjutnya diberikan penyuluhan terkait cara mengolah konten dan menyajikannya sebagai konten yang menarik serta informatif. Dengan hal tersebut, langkah selanjutnya dibarengi dengan perbaikan isi konten Instagram agar tersusun rapi. Penyusunan konten di media sosial juga diberikan masukan dengan menggunakan key color yang menggambarkan komunitas serta menjadi pembeda. Untuk merealisasikan hal tersebut, nantinya akan ada bantuan diawal untuk memproduksi hingga distribusi konten, dengan kata lain akan diberikannya percontohan terlebih dahulu.

Solusi lain untuk mengatasi ketertinggalan adaptasi pada teknologi dapat dilakukan dengan penyadaran kembali. Hal ini dilakukan dengan pemberian penyuluhan pada setiap anggota, pengurus, maupun kelompok usia lanjut lainnya akan pentingnya menggunakan serta mengoperasikan teknologi. Selain itu, tantangan pada teknologi yang mempengaruhi eksistensi komunitas dapat diatas dengan dilakukannya campaign atau kampanye di media sosial, dimana didalamnya akan melibatkan para kaum muda-mudi guna mengunggah konten terkait komunitas FORMEKERS. Dengan adanya campaign atau kampanye tersebut, perlahan akan meningkatkan eksistensi dari komunitas dan menarik perhatian masyarakat untuk join di dalamnya. Bila dalam komunitas ini terdapat banyak kaum muda yang tergabung, maka akan memberi suatu langkah besar kedepannya untuk semakin proaktif memasarkan komunitas di dunia digital.

Meningkatkan eksistensi dari FORMEKERS juga dapat dilakukan dengan pembuatan community profile. Dengan adanya community profile mampu mempengaruhi kepercayaan atau kredibilitas dari pihak lain serta meningkatkan ketenaran. Selain itu, terdapat solusi lain dengan dibuatnya website khusus FORMEKERS, dimana didalamnya akan memuat berbagai informasi terkait komunitas mulai dari kegiatan, mitra atau relasi, visi dan misi, dan sebagainya. Dengan adanya berbagai solusi tersebut, maka akan tercipta penyusunan konten di media sosial yang rapi, runtut, menarik, dan informatif. Disisi lain, dengan realisasi solusi juga mempu mendatangkan keuntungan bagi FORMEKERS, dimana dapat semakin dikenal oleh khalayak luas serta mendapatkan kredibilitas lebih.

Kehidupan yang sudah tidak dapat dilepaskan dari penanan teknologi dan media membuat seluruh sektor harus beradaptasi. FORMEKERS menjadi salah satu komunitas yang sedang berada dalam tahapan tersebut, dimana komunitas ini berusaha beradaptasi guna mempertahankan eksistensinya di dunia digital. Digital marketing sangatlah dibutuhkan, hal ini membuat pemberian solusi diatas semakin dicanangkan guna mencapai komunitas yang baik sesuai keinginan masyarakat sebagai konsumen. Digital marketing sendiri merupakan pemasaran melalui teknologi digital guna memasarkan produk ataupun jasa (Wati, A., dkk, 2020:11). Digital marketing tidak serta merta dilakukan dengan bebas, melainkan adanya strategi agar pemasaran dapat berjalan dengan baik. Melalui strategi digital marketing mampu membantu FORMEKERS melihat target yang tepat, hal ini dibantu dengan proses analisis hingga evaluasi kondisi pasar (Wati, A., dkk, 2020:12).

Dalam strategi digital marketing ini menuntun FORMEKERS untuk memahami setiap aspek yang dibutuhkan. Komunitas perlu memahami kondisi internalnya, dimana mengetahui setiap sektor UMKM di bawahnya. Dengan memahami pasar dan apa yang dimiliki oleh UMKM mendukung keberhasilan dalam membidik calon konsumen dengan tepat. Bila strategi yang dijalankan sudah tepat, maka dapat mencapai tujuan awalnya sebagai wadah para UMKM untuk mendapatkan informasi pasar serta kesejahteraan dalam berdagang (Wati, A., dkk, 2020:14). Komunitas ini memperlihatkan jenis digital marketing yang digunakan, yakni sosial media Instagram. Media sosial sendiri memiliki potensi yang sangat besar dalam mempromosikan suatu barang atau jasa, hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat sebagai pengguna media sosial (Wati, A., dkk, 2020:24).

 

DAFTAR PUSTAKA

Mulyana, D. (2017). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wati, A., dkk. (2020). Digital Marketing. Malang: Edulitera.

Saputra, D. (2021). PPKM Darurat Diperpanjang, Pertumbuhan Ekonomi Terhambat. Diakses pada 11 Juni 2022, dari https://ekonomi.bisnis.com/read/20210718/9/1419005/ppkm-darurat-diperpanjang-pertumbuhan-ekonomi-terhambat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun