Mohon tunggu...
Ivana Agustina
Ivana Agustina Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa

human society

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Pembangunan, Teori Modernisasi: Pembangunan Sebagai Masalah Internal

2 Juli 2022   20:36 Diperbarui: 2 Juli 2022   20:38 2096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori pembangunan merupakan teori yang berfokus kepada pembangunan berkelanjutan untuk umat manusia dimasa yang akan datang, atau yang biasa dikenal dengan ideologi developmentalisme, ideologi ini menitikberatkan pada permasalahan internal pada masyarakat era sekarang yang sering berkendala dengan permasalahan ekonomi. dalam teori pembangunan ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu: 

I. Teori Pembagian Kerja Secara Internasional

            Teori ini menyatakan bahwa setiap negara harus melakukan spesialisasi produksi sesuai dengan keuntungan komparatif yang dimilikinya. Dengan adanya spesialisasi ini akan memudahkan dan menghemat biaya pengeluaran untuk melakukan produksi produk tertentu. Ketika suatu negara diuntungkan dengan adanya spesialisasi ini, maka akan memunculkan perdagangan internasional, jadi negara dapat menghemat biaya dengan cara membeli barang yang tidak dapat diproduksi di negaranya sendiri. Perdagangan internasional ini dapat menguntungkan semua pihak, karena pembangunan negara yang baik adalah pembangunan yang meleburkan diri kedalam kegiatan ekonomi dunia, yang pada dasarnya negara saling tergantung, memanfaatkan, dan akan menguntungkan jika saling mengisi kelemahan yang dimiliki negara lain.

II. Teori Modernisasi

            Teori pembagian kerja yang didasarkan pada keuntungan komparatif dapat mengakibatkan terjadinya spesialisasi produksi sesuai dengan keuntungan yang dimiliki. Secara umum, ada 2 negara yaitu negara yang produksi hasil pertanian dan industri, dan ketika ada hubungan dagang, mereka saling diuntungkan. Namun kebanyakan negara industri menjadi negara kaya sebaliknya negara pertanian menjadi negara miskin, ada 2 teori yang mengulas yaitu:

  • Teori modernisasi yang menjelaskan bahwa kemiskinan disebabkan faktor internal negeri.
  • Teori struktural yang menjelaskan bahwa kemiskinan disebabkan faktor eksternal, karena adanya kekuatan luar yang menyebabkan negara gagal melakukan pembangunan.

Ada beberapa tokoh yang mengulas tentang teori modernisasi (pembangunan) yaitu:

1. Teori Harrod-Domar: Tabungan dan Investasi

            Menurut teori ini, pertumbuhan ekonomi suatu negara ditentukan oleh tingginya tabungan dan investasi. Jika tabungan dan investasi rendah maka pertumbuhan ekonomi juga rendh. Hubungannya antara keduanya ini dirumuskan dalam rumus Harrod-Domar. Rumusnya ini didasarkan pada asumsi bahwa masalah pembangunan pada dasarnya itu menambahkan investasi modal, dan penghambatnya adalah kekurangan modal, kalau ada modal dan diinvestasikan maka hasilnya adalah pembangunan ekonomi. Oleh karena itu, untuk memecahkan persoalan keterbelakangan adalah dengan cara mencari tambahan modal, baik dari dalam negeri (peningkatan tabungan) maupun dari luar negeri (penanaman modal dan utang luar negeri). Teori ini tidak mempersoalkan masalah manusia, tetapi yang terpenting adalah menyediakan modal untuk investasi.

2. Teori Max Weber: Etika Protestan

            Teori ini mempersoalkan masalah manusia yang dibentuk oleh nilai-nilai budaya di sekitarnya, khususnya dalam hal agama. Ajaran dalam etika protestan ini mempunyai kepercayaan jika seseorang berhasil dalam kerjanya di dunia, maka hampir dipastikan akan naik surga ketika mati, begitupun jika dia mengalami kegagalan dalam dunia, maka dapat dipastikan akan memperoleh neraka. Adanya kepercayaan ini membuat orang penganut agama Protestan Calvin berusaha kera untuk sukses di dunia. Etika protestan Weber ini memiliki cara kerja yang keras dan sungguh-sungguh, dan lepas dari imbalan material (bekerja tanpa pamrih). Etika inilah yang menjadi faktor utama munculnya kapitalisme di Eropa.

            Peran agama dalam teori Weber ini mempunyai pengaruh penting sebagai nilai kemasyarakatan yang berpengaruh terhadap tindakan warga masyarakat. Pasalnya, etika protestan menjadi sebuah nilai tentang kerja keras tanpa pamrih untuk mencapai sukses. Salah satu negara yang menerapkan prinsip ini adalah negara Jepang, penelitian terhadap agama Tokugawa di Jepang yang berprinsip sama seperti etika protestan menyimpulkan bahwasanya konsep kapitalisme berhasil membuat Jepang mejadi negara yang maju dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

3. David McClelland: Dorongan Berprestasi atau n-Ach                         

Dalam teori ini dia melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan sebagai masalah pembangunan. Konsepnya yang terkenal adalah kebutuhan atau dorongan untuk berprestasi yang dikenal dengan (n-Ach). Konsep ini hampir sama seperti etika protestan milik Weber, ada sebuah kepuasan batin tersendiri ketika dia berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna, dan imbalan material ini dianggap menjadi faktor sekunder. Ketika dalam masyarakat terdapat n-Ach yang tinggi maka pertumbuhan ekonominya juga akan tinggi.

            Menurut McClelland dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi selalu didahului oleh n-Ach yang tinggi, begitu pula sebaliknya. dia juga melakukan berbagai penelitian yang lainnya dan mendapat hasil akhir yang sama, yaitu terdapat korelasi antara tingkat n-Ach dengan keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu negara, n-Ach ini juga bisa ditularkan dan bukanlah sesuatu yang diwariskan sejak lahir. n-Ach ini dapat ditumbuhkan dalam lingkungan keluarga melalui pendidikan yang diajarkan orang tua.

4. W.W. Rostow: Lima Tahap Pembangunan

Bagi Rostow, pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam garis lurus, yakni dari masyarkat yang terbelakang ke masyarakat yang maju. Dia juga membagi beberapa proses pembangunan menjadi 5 tahap yaitu:

  • Masyarakat Tradisional. Pada tahap ini, ilmu pengetahuan masih minim di masyarakat, sehingga pergerakan cenderung statis yang akan berakibat pada lambatnya kemajuan yang dialami.
  • Prakondisi untuk Lepas Landas. Pada tahap ini, masyarakat mulai terbuka dengan dunia luar karena ada campur tangan pihak luar (faktor eksternal) yang mengakibatkan kondisi masyarakat mulai berkembang ide pembaharuan untuk mencapai kestabilan ekonomi.
  • Lepas Landas. Pada tahap ini, hambatan yang menghalangi pertumbuhan ekonomi mulai tersingkir. Banyak tabungan dan investasi terjadi begitupun dengan berkembangnya industri yang sangat pesat, kemudian keuntungan sebagian besar dialihkan lagi untuk modal yang lain.
  • Bergerak ke Kedewasaan. Pada tahap ini industri berkembang pesat membuka peluang negara memulai perdagangan internasional, cepatnya laju pertumbuhan industri juga tidak hanya berdampak pada barang yang diproduksi untuk konsumsi tetapi juga barang modal.
  • Zaman Konsumsi Massal yang Tinggi. Pada masa ini tingkat konsumerisme masyarakat tinggi. Pada titik ini pembangunan sudah berkesinambungan dan bisa menopang kemajuan yang terus berlanjut.

Lima tahap pertumbuhan ekonomi menurut Rostow diatas didasarkan pada dikotomi masyarakat tradisonal dan modern. dia juga menyebutkan ada 2 kelompok yang menggambarkan realitas kondisi sosial dalam masyarakat yaitu kelompok elite yang menjadi tenaga pendorong untuk melakukan pembaharuan dan kelompok tradisional. Selain itu, Rostow juga mengungkapkan aspek non-ekonomi yang saling berkaitan yaitu:

  • Meningkatkan investasi di sektor produktif.
  • Tumbuhnya sektor manufaktur yang penting dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
  • Adanya lembaga politik dan sosial yang bisa mendorong gerak ekspansi ekonomi modern.

Jadi dapat disimpulkan pada dasarnya Rostow melihat masalah pembangunan sama seperti Harrod-Domar tentang tabungan dan investasi. Lembaga non-ekonomi seperti sosial dan politik digerakkan untuk mencapai tujuan ini, kalau bisa dilakukan tahap lepas landas, dan tahap konsumsi massal yang tinggi bisa dicapai.

5. Bert F. Hoselitz: Faktor-Faktor Non-Ekonomi

            Hoselitz membahas faktor non-ekonomi yang ditinggalkan oleh Rostow, faktor non-ekonomi menurutnya sama seperti faktor kondisi lingkungan yang dianggap penting dalam proses pembangunan. Hoselitz mempersoalkan Rostow yang membuat perbedaan tingkat investasi (Rasio antara pembentukan modal neto terhadap produksi nasional neto). Menurutnya, peningkatan pembentukan modal neto adalah hal yang harus diusahakan agar tercapai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun