3. David McClelland: Dorongan Berprestasi atau n-Ach            Â
Dalam teori ini dia melihat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan sebagai masalah pembangunan. Konsepnya yang terkenal adalah kebutuhan atau dorongan untuk berprestasi yang dikenal dengan (n-Ach). Konsep ini hampir sama seperti etika protestan milik Weber, ada sebuah kepuasan batin tersendiri ketika dia berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan sempurna, dan imbalan material ini dianggap menjadi faktor sekunder. Ketika dalam masyarakat terdapat n-Ach yang tinggi maka pertumbuhan ekonominya juga akan tinggi.
      Menurut McClelland dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tinggi selalu didahului oleh n-Ach yang tinggi, begitu pula sebaliknya. dia juga melakukan berbagai penelitian yang lainnya dan mendapat hasil akhir yang sama, yaitu terdapat korelasi antara tingkat n-Ach dengan keberhasilan pertumbuhan ekonomi suatu negara, n-Ach ini juga bisa ditularkan dan bukanlah sesuatu yang diwariskan sejak lahir. n-Ach ini dapat ditumbuhkan dalam lingkungan keluarga melalui pendidikan yang diajarkan orang tua.
4. W.W. Rostow: Lima Tahap Pembangunan
Bagi Rostow, pembangunan merupakan proses yang bergerak dalam garis lurus, yakni dari masyarkat yang terbelakang ke masyarakat yang maju. Dia juga membagi beberapa proses pembangunan menjadi 5 tahap yaitu:
- Masyarakat Tradisional. Pada tahap ini, ilmu pengetahuan masih minim di masyarakat, sehingga pergerakan cenderung statis yang akan berakibat pada lambatnya kemajuan yang dialami.
- Prakondisi untuk Lepas Landas. Pada tahap ini, masyarakat mulai terbuka dengan dunia luar karena ada campur tangan pihak luar (faktor eksternal) yang mengakibatkan kondisi masyarakat mulai berkembang ide pembaharuan untuk mencapai kestabilan ekonomi.
- Lepas Landas. Pada tahap ini, hambatan yang menghalangi pertumbuhan ekonomi mulai tersingkir. Banyak tabungan dan investasi terjadi begitupun dengan berkembangnya industri yang sangat pesat, kemudian keuntungan sebagian besar dialihkan lagi untuk modal yang lain.
- Bergerak ke Kedewasaan. Pada tahap ini industri berkembang pesat membuka peluang negara memulai perdagangan internasional, cepatnya laju pertumbuhan industri juga tidak hanya berdampak pada barang yang diproduksi untuk konsumsi tetapi juga barang modal.
- Zaman Konsumsi Massal yang Tinggi. Pada masa ini tingkat konsumerisme masyarakat tinggi. Pada titik ini pembangunan sudah berkesinambungan dan bisa menopang kemajuan yang terus berlanjut.
Lima tahap pertumbuhan ekonomi menurut Rostow diatas didasarkan pada dikotomi masyarakat tradisonal dan modern. dia juga menyebutkan ada 2 kelompok yang menggambarkan realitas kondisi sosial dalam masyarakat yaitu kelompok elite yang menjadi tenaga pendorong untuk melakukan pembaharuan dan kelompok tradisional. Selain itu, Rostow juga mengungkapkan aspek non-ekonomi yang saling berkaitan yaitu:
- Meningkatkan investasi di sektor produktif.
- Tumbuhnya sektor manufaktur yang penting dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi
- Adanya lembaga politik dan sosial yang bisa mendorong gerak ekspansi ekonomi modern.
Jadi dapat disimpulkan pada dasarnya Rostow melihat masalah pembangunan sama seperti Harrod-Domar tentang tabungan dan investasi. Lembaga non-ekonomi seperti sosial dan politik digerakkan untuk mencapai tujuan ini, kalau bisa dilakukan tahap lepas landas, dan tahap konsumsi massal yang tinggi bisa dicapai.
5. Bert F. Hoselitz: Faktor-Faktor Non-Ekonomi
      Hoselitz membahas faktor non-ekonomi yang ditinggalkan oleh Rostow, faktor non-ekonomi menurutnya sama seperti faktor kondisi lingkungan yang dianggap penting dalam proses pembangunan. Hoselitz mempersoalkan Rostow yang membuat perbedaan tingkat investasi (Rasio antara pembentukan modal neto terhadap produksi nasional neto). Menurutnya, peningkatan pembentukan modal neto adalah hal yang harus diusahakan agar tercapai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H