Mediamorfosis adalah konsep yang menggambarkan transformasi dan evolusi media dari bentuk tradisional ke bentuk yang lebih modern seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan sosial. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Roger Fidler dalam bukunya "Mediamorphosis: Understanding New Media" (1997). Fidler menjelaskan bahwa mediamorfosis adalah proses di mana media lama tidak sepenuhnya hilang, tetapi beradaptasi dan berkembang menjadi media baru dengan memanfaatkan teknologi digital.
Mediamorfosis melibatkan beberapa proses kunci antara lain yang pertama, Konvergensi Media artinya Penggabungan berbagai bentuk media tradisional (seperti surat kabar, radio, dan televisi) ke dalam platform digital yang memungkinkan integrasi teks, audio, dan video. Misalnya, surat kabar kini memiliki versi digital yang mencakup artikel, video, dan podcast.
Yang Kedua, Adaptasi dan Evolusi yang berarti Media tradisional harus beradaptasi dengan teknologi baru untuk tetap relevan. Misalnya, stasiun radio kini juga melakukan streaming online dan memiliki aplikasi mobile untuk mencapai audiens yang lebih luas.
Yang Ketiga, Disrupsi Teknologi dapat diartikan sebagai Inovasi teknologi sering kali mengganggu media tradisional, memaksa mereka untuk mengubah model bisnis dan cara beroperasi. Contohnya adalah munculnya layanan streaming seperti Netflix yang mengubah cara orang mengonsumsi konten televisi dan film.
Dan yang keempat Interaktivitas dan Partisipasi dimana Media digital memungkinkan interaktivitas yang lebih besar antara penyedia konten dan audiens. Pengguna tidak hanya menjadi konsumen pasif tetapi juga dapat berpartisipasi aktif dalam pembuatan dan penyebaran konten melalui media sosial, blog, dan platform lainnya.
Lalu apa Hubungan Mediamorfosis dengan Dunia Digital? Transformasi media melalui mediamorfosis sangat erat kaitannya dengan dunia digital. Berikut kita bahas beberapa cara di mana mediamorfosis mempengaruhi dan dipengaruhi oleh digitalisasi, yang Pertama ada Aksesibilitas dan Distribusi dimana Dunia digital memungkinkan distribusi konten secara cepat dan luas. Media tradisional yang beralih ke platform digital dapat mencapai audiens global tanpa batasan geografis. Contohnya, koran cetak lokal kini dapat dibaca oleh orang di seluruh dunia melalui versi online-nya.
Yang kedua, Personalization and Customization yang berarti Teknologi digital memungkinkan personalisasi konten sesuai dengan preferensi individu. Algoritma dapat digunakan untuk menyarankan berita, musik, atau video yang relevan dengan minat pengguna, menciptakan pengalaman media yang lebih personal.
Yang ketiga, Ekonomi Media Baru. Â Digitalisasi telah mengubah model bisnis media. Pendapatan tidak lagi hanya berasal dari iklan tradisional dan penjualan langsung tetapi juga dari iklan digital, langganan online, dan model freemium. Misalnya, platform seperti YouTube menghasilkan pendapatan dari iklan yang ditampilkan di video dan langganan premium.
Yang keempat, Penggunaan Data dan Analitik. Media digital memanfaatkan data dan analitik untuk memahami perilaku audiens dan mengoptimalkan konten. Data dari media sosial, situs web, dan aplikasi digunakan untuk melacak engagement dan memprediksi tren.
Dan yang kelima adalah Interaktivitas dan Engagement yang artinya Media digital memungkinkan tingkat interaksi yang tinggi antara pembuat konten dan audiens. Melalui komentar, share, likes, dan bentuk interaksi lainnya, audiens dapat berpartisipasi langsung dalam diskusi dan memberi umpan balik kepada penyedia konten.
Lebih lanjut dan lebih jelas ada beberapa Contoh Kasus Mediamorfosis yang terjadi dalam konteks komunikasi massa tentunya antara lain adalah yang pertama New York Times, surat kabar ini telah berhasil bertransformasi dari media cetak tradisional menjadi salah satu platform berita digital terkemuka di dunia. Mereka tidak hanya menyediakan berita dalam format teks tetapi juga multimedia, termasuk video dan podcast.