Erving Goffman merupakan seorang sosiolog yang lahir pada 11 Juni 1992, di Mannville, Kanada. Goffman mendapatkan gelar sarjananya dari Universitas Toronto, Kanada. Dan mendapat gelar doktor dari Unversitas Chicago, Amerika Serikat. Goffmann dikenal sebagai etnometodologi, karena ia sangat dekat dengan kajian tokoh-tokoh antropologi. Etnometodologi sendiri adalah sebuah studi untuk memahami bagaimana sebuah tatanan sosial terbentuk di dalam interaksi sosial dan bagaimana proses terbentuknya tatanan sosial tersebut.
The Presentation of Self in Everyday Life merupakan karya terbesar dari Goffman yang membahas mengenai dramaturgi yang menjadi konsep besar dalam pemikirannya. Goffman kemudian meninggal di masa kejayaannya pada 19 November 1982, di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika serikat.
Goffmann memfokuskan penelitiannya kepada masalah-masalah yang berkaitan dengan sebuah interaksi antara masyarakat dengan simbol-simbol yang ada di masyarakat. Simbol-simbol sendiri merupakan salah satu bagian penting dalam kajian interaksionisme simbolik menurut Mead, Goffmann juga menyetujui hal itu, sehingga Goffmann juga memfokuskan penelitiannya pada hal tersebut.
Selain simbol-simbol, interaksionisme simbolik menurut Goffmann juga mengacu kepada konsep impresi, manajemen, role distance, dan secondary adjustment.
Dramaturgi merupakan sebuah pengembangan dari suatu kajian yang sebelumnya sudah ada, yaitu dramatisme yang dijelaskan oleh Kenneth Burke. Istilah dramaturgi ini juga identik dengan drama atau pertunjukan fisik di atas panggung, di mana seseorang memainkan karakter tertentu yang dimiliki oleh orang lain. Di dalam dramaturgi, terdapat dua konsep besar yang menjadi dasar dalam pemikiran ini, yaitu front stage atau panggung depan dan back stage atau panggung belakang.
Front Stage
Di sini merupakan bagian pertunjukan, di mana berfungsi untuk mendefinisikan situasi penyaksian pertunjukan. Front stage juga dibagi lagi menjadi dua bagian, yaitu setting, personal front, dan expressive equipment. Setting merupakan pemandangan fisik yang harus ada apabila individu memainkan peran, sedangkan personal front ialah bagaimana aktor berpenampilan di depan masyarakat, dan expressive equipment yaitu sebuah perlengkapan untuk mengekspresikan diri sang aktor di depan masyarakat. Expressive equipment terbagi lagi menjadi dua bagian, yaitu appearance (penampilan aktor) dan manner (perilaku aktor). Penampilan erat kaitannya dengan perilaku. Ketika kita adalah seorang mahasiswa, maka kita akan berpenampilan selayaknya mahasiswa dan berperilaku juga selayaknya mahasiswa. Kita tidak akan berpenampilan seperti anak SD dengan perilakunya jika kita merupakan seorang mahasiswa. Di front stage ini, setiap individu dalam masyarakat akan menampilkan berbagai hal yang berbeda, sesuai dengan jati dirinya.
Back Stage
Merupakan sebuah tempat di mana individu mempersiapkan dirinya sebelum tampil di front stage. Di tempat ini sang aktor berpikir mengenai apa yang akan ia tampilkan, bersantai, dan mempersiapkan berbagai hal sebelum tampil. Di back stage ini, individu sebagai aktor akan terlihat seperti apa sifat aslinya. Hal ini dipengaruhi karena back stage merupakan tempat yang tertutup atau rahasia dari penonton drama atau masyarakat.
Individu di back stage bisa berbalik dengan apa yang ditampilkan di front stage. Di front stage, individu akan bermain peran agar terlihat sebagai sosok yang positif, namun hal tersebut belum tentu terjadi di back stage. Di front stage, individu merupakan sosok yang suka berbagi kepada sesame, namun di back stage, ia merupakan orang yang pelit dan tidak pernah berbagi kepada keluarganya yang membutuhkan. Hal ini disebut sebagai pencitraan. Pencitraan dapat berbentuk positif atau negatif, tergantung keinginan kita ingin terlihat sebagai orang yang seperti apa.
Pencitraan juga berkaitan dengan momentum. Bagaimana kita membuat citra di masyarakat juga harus memahami momentumnya. Di masa sekarang ini, banyak sekali orang yang menikmati dark jokes, banyak orang ingin terlihat berbeda dengan dark jokes tersebut. Dark jokes yang paling umum biasanya berkaitan dengan bencana alam, dan ketika melihat ada bencana alam, maka seseorang yang ingin terlihat beda ini langsung mengeluarkan dark jokes tersebut tanpa memerhatikan momentumnya. Alhasil, individu tersebut malah dicap sebagai orang yang tidak memiliki empati daripada orang yang berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H