Mohon tunggu...
Inosensius Gusti Wicaksono
Inosensius Gusti Wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah seorang mas-mas biasa yang mulai mencoba untuk menulis, dimulai dari tugas-tugas kuliah.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Interaksionisme Simbolik Menurut George Herbert Mead

10 Oktober 2022   21:11 Diperbarui: 10 Oktober 2022   21:13 1058
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: en.wikipedia.org

George Herbert Mead

George Herbert Mead lahir di South Hadley, Massachusetts, Amerika Serikat pada 27 Februari 1863. Mead mendapatkan gelar sarjananya pada tahun 1883 di Oberlin College, Ohio. Kemudian ia meneruskan kuliahnya di Universitas Harvard dan Universitas Leipzig pada tahun 1887. Di tahun 1891, setelah ia lulus, ia menjadi dosen di Universitas Michigan dan pindah ke Universitas Chicago karena undangan dari John Dewey pada tahun 1894.

Mead merupakan pemikir utama di dalam teori interaksionisme simbolik ini. Pemikiran Mead dituliskan di dalam karyanya yang berjudul Mind, Self, and Society. Mead meninggal pada 26 April 1931 di rumah sakit karena penyakit jantung yang dideritanya.

Pemikiran George Herbert Mead

Mead mengatakan bahwa komunikasi manusia terjadi karena adanya pertukaran dan pemaknaan dari simbol-simbol yang ada. Simbol tersebut juga menjadi dasar bagi Mead dalam mengembangkan teorinya. Menurutnya, simbol merupakan sebuah konsep yang membedakan manusia dengan hewan. Simbol juga muncul karena kebutuhan dari individu untuk berinteraksi dengan individu yang lainnya. Tindakan individu diawali dengan sebuah pikiran yang muncul dari masyarakat. Mead mengatakan di dalam bukunya, masyarakat yang terlebih dulu muncul dan kemudian diikuti munculnya pikiran di dalam diri masyarakat.

Konsep-konsep Dalam Pemikiran Mead

  • Prioritas sosial (kelompok sosial menghasilkan perkembangan mental)
  • Tindakan sosial (tindakan manusia tidak sama dengan binatang)
  • Sikap isyarat (diawali oleh tindakan sosial, kemudian menjadi sebuah sikap isyarat)
  • Simbol-simbol signifikan (gerak isyarat merupakan respon atas informasi)
  • Pikiran (proses percakapan individu menjadi fenomena sosial)
  • Diri (diri berhubungan dialektis dengan pikiran sosial)
  • Masyarakat (proses sosial mendahului pikiran dan diri)

 

Dasar Interaksionisme Simbolik menurut Mead

Manusia dibekali kemampuan untuk berpikir. Tidak seperti binatang, manusia memiliki kemampuan untuk berpikir. Kemampuan untuk berpikir ini diharapkan bisa dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dalam mengembangkan pengetahuannya.

Kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial. Kemampuan berpikir yang kita kembangkan menyebabkan individu melakukan suatu interaksi sosial. Dengan interaksi sosial pula, pengetahuan dan kemampuan berpikir kita terus diperbarui atau berkembang.

Kemampuan berpikir digunakan untuk mempelajari suatu simbol dan makna dalam interaksi sosial. Terdapat sebuah simbol dan makna tertentu di dalam masyarakat. Dalam memahami simbol dan makna tersebut, individu harus berinteraksi dengan masyarakat tersebut. interaksi sosial yang dilakukan memunculkan suatu pengetahuan baru bagi dirinya. Tanpa adanya interaksi sosial, individu tidak akan memahami simbol dan makna dari masyarakat tersebut.

Simbol dan makna di masyarakat menentukan tindakan lanjutan dari individu. Simbol dan makna yang ada di masyarakat sangat berkaitan dengan tindakan suatu individu. Jika di suatu masyarakat terdapat bendera kuning yang berarti ada orang meninggal, maka individu akan turut berduka. Namun ketika melihat janur kuning yang berarti ada acara pernikahan, maka individu akan bertindak sukacita dan turut berbahagia. Dari contoh tersebut, maka bisa diambil makna bahwa suatu simbol dan maknanya dapat memengaruhi suatu tindakan individu.

Manusia mampu mengubah suatu simbol dan makna berdasarkan sebuah tafsiran atas situasi saat itu. Ketika suatu kelompok sedang berkumpul untuk mengerjakan suatu tugass kelompok, maka makna awal dari perkumpulan tersebut adalah mengerjakan tugas. Namun ketika anggota kelompok malah asik sendiri bermain handphone, maka makna dari perkumpulan tersebut bisa berubah. Perkumpulan tersebut bisa dimaknai sebagai wadah untuk bermain bersama, bukan mengerjakan tugas. Contoh tersebut merupakan sebuah gambaran mengenai makna dan simbol yang bisa berubah, tergantung pada tafsiran situasi saat itu juga.

Manusia mampu memodifikasi sebuah kebijakan yang kemudian memengaruhi tindakannya. Ketika melihat simbol larangan, seringkali manusia malah melakukan larangan tersebut, yang paling umum adalah larangan membuang sampah. Seringkali terdapat ada tumpukan sampah di bawah simbol larangan membuang sampah. Hal tersebut merupakan sebuah tindakan yang didasari dari modifikasi makna simbol. Bisa jadi orang membuang sampah tersebut karena penasaran apa yang akan terjadi jika ia membuang sampah di sana, atau mungkin saja mereka membuang sampah di situ karena terpaksa. Dari contoh tersebut, kita mampu memahami apa arti dari modifikasi kebijakan yang memengaruhi tindakan selanjutnya.

Pola tindakan dan interaksi masyarakat akan membentuk sebuah kelompok. Adanya sebuah interaksi yang kuat antar individu memungkinkan munculnya sebuah kelompok dan masyarakat. Suatu individu yang sangat suka Pokemon bertemu dengan individu lain yang suka Pokemon, begitu terus sampai akhirnya terbentuk suatu kelompok penyuka Pokemon.

Pragmatisme dan Behaviorisme dalam Interaksionisme Simbolik

Pragmatisme

Realitas diciptakan dengan sebuah tindakan di dalam dunia nyata. Realitas tidak terjadi di dalam pikiran, melainkan di dalam dunia nyata yang bisa dilihat dan diamati oleh manusia.

Sebuah ingatan dan pengetahuan didasari oleh apa yang terjadi di dunia nyata dan terbukti berguna bagi manusia. Sebuah pengetahuan yang berguna bagi manusia akan terus digunakan oleh manusia, bahkan bisa saja dikembangkan lagi. Pengetahuan tersebut tentu ada di dunia nyata. Jika pengetahuan tersebut tidak nyata, tidak berguna, atau justru keduanya, maka pengetahuan tersebut akan ditinggalkan.

Manusia mendefinisikan objek sosial menurut kegunaannya. Manusia sudah membagi berbagai hal berdasarkan kegunaannya. Kursi digunakan untuk duduk, itulah alasan mengapa kita tidak menyebut kursi sebagai tempat tidur. Selain itu, fisik manusia juga sudah dibagi berdasarkan kegunaannya. Kaki untuk berjalan, tangan untuk memegang, mulut untuk makan, dan hal-hal lain berdasarkan fungsinya yang menyebabkan tidak adanya kesalahan dalam pendefinisian.

Pemahaman individu didasari oleh perilaku di kenyataan. Semakin manusia mengalami peristiwa yang nyata, maka hal tersebut akan terus menguat di dalam pikiran. Dari situlah pada akhirnya terbentuk suatu pemahaman yang didasari oleh tindakan yang nyata.

Behaviorisme

Perilaku manusia tidak sama dengan perilaku hewan. Hal ini didasari oleh perbedaan paling jelas antara manusia dan hewan, yaitu pikiran. Pikiran membuat manusia mampu berpikir mengenai tindakannya, sedangkan hewan tidak bisa berpikir sebelum bertindak.

Tindakan manusia didasari oleh proses mental. Terdapat sebuah proses mental di dalam manusia yang kemudian menghasilkan sebuah keputusan akan tindakannya.

Manusia merupakan aktor kreatif. Manusia memiliki pikiran dan pengetahuan, sehingga hal ini menyebabkan manusia menjadi sosok yang kreatif. Pengetahuan yang dimiliki oleh manusia membuat mereka mampu mengembangkan berbagai hal berdasarkan pemahamannya. Itulah alasan mengapa manusia disebut sebagai sosok aktor yang kreatif.

Sumber: Podcast Sosiologi Kopi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun