Duar.. Ceklek.. Ceklek.. Duar..
Suara senapan itu menembus udara di tengah hutan belantara
Atas nama perburuan dan kesenangan, mereka rela membuat luka
Lagi dan lagi mimpi para burung dipertaruhkan
Kicauan pun seketika tak lagi terdengar di telinga
Para burung membisu, bersembunyi, agar tetap bertahan hingga keesokan harinya
Seekor burung mungil dengan sayap lemahnya mencoba keluar dari petaka
Duaaaar..
Tapi laju peluru yang sangat cepat menembus kepakan sayapnya
Burung itu jatuh dari ketinggian dan bertanya, "salahku apa hai manusia?"
Mimpinya untuk bisa terbang menghiasi cakrawala pun terkubur sirna.
Makna
Puisi ini menceritakan tentang masyarakat lemah yang selalu ditindas kerakusan para penguasa.
Mimpinya yang tinggi makin sulit digapai karena keadaan tak pernah menguntungkannya.
Mereka orang-orang rakus itu selalu sibuk dengan perutnya. Adakah waktu bagi mereka untuk memberikan rasa aman kepada orang yang papa?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H