Mohon tunggu...
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Itsbatun Najih Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aku Adalah Kamu Yang Lain

Mencoba menawarkan dan membagikan suatu hal yang dirasa 'penting'. Kalau 'tidak penting', biarkan keduanya menyampaikan kepentingannya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Keteladanan Kunci Pendidikan Karakter

25 Oktober 2017   15:06 Diperbarui: 25 Oktober 2017   15:27 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Data buku:

Judul: Pendidikan Karakter Sehari-hari

Penulis: Dr. Helmawati

Penerbit: Rosdakarya

Cetakan: Pertama, Agustus 2017

Tebal: 176 halaman

ISBN: 978-602-446-130-0

Terma Pendidikan Karakter sedang populer pada ranah pendidikan formal Indonesia. Hakikatnya sama dengan pendidikan budi pekerti, yakni pengajaran untuk menjadi seorang beretika. Hampir sama pula dengan istilah revolusi mental; di mana objek revolusi terletak pada mengubah mentalitas buruk ke arah laku positif. Titik perbedaan pendidikan karakter dan revolusi mental terletak pada tempo atau masa waktu yang mesti ditempuh. Revolusi mental mengandaikan pengubahan karakter manusia dilakukan dengan sangat cepat. 

Sementara pendidikan karakter, diakui sendiri oleh Helmawati selaku penganggit buku, tidak bisa dilakukan secara revolusioner. Melainkan membutuhkan waktu cukup lama. Lantaran karakter atau perangai adalah semacam kebiasaan yang sudah mematri dalam sanubari pada saban orang. Mengubah sikap menunda-nunda pekerjaan atau malas bangun pagi tidak bisa sekonyong-konyong dilakukan dengan cara-cara keras dan paksaan. Kerap cara demikian hanya efektif untuk sementara saja dan setelah itu kembali pada karakter dasar. Karena itu, mentalitas buruk  bisa diubah idealnya secara bertahap, perlahan, dan sistematis.

Sedari awal, penulis memberikan simpulan apik bahwa ejawantah pendidikan karakter bakal efektif dan bisa terlaksana baik dengan menempatkan keteladanan sebagai kunci. Tanpa keteladanan, pendidikan karakter sekadar simbol-simbol dan praktik hidup mulia yang pura-pura. Pendidikan karakter dalam aras muasalnya menuntut kejujuran sikap yang berangkat tulus dari sanubari. Bukan dipaksakan atau apalagi semacam bagian dari suatu kepentingan politik pragmatis.

Konten buku di babakan awal, menyasar kalangan usia sekolah. Di fase inilah, mereka berada di wadah candradimuka sebagai tempat gemblengan mental dan pengembangan pengetahuan. Optimalisasi pendidikan karakter yang secara praksis bakal sangat ideal dimasukkan dalam dunia formal bernama sekolah. Usia sekolah terutama sekali sekolah dasar merupakan masa ideal dan terkira lebih mudah untuk mematri dan menhunjamkan nilai-nilai keadaban hidup. Secara sederhana, buku ini bisa menjadi buku pengayaan dan panduan mewujudkan pendidikan karakter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun