PAYUNG MENGUBAH DUNIAKU
Aku seorang gadis yang selalu bekerja, tidak seperti gadis lain seusiaku yang waktunya habis untuk bermain dan belajar.
Sudah banyak pekerjaan yang aku lakukan agar dapat menyambung hidupku dan keluargaku, karena akulah tulang punggung keluarga untuk Ibu dan kedua adikku setelah tiga tahun yang lalu bapak kami meninggal.
Musim penghujan telah tiba. Hujan adalah guyuran air dari langit yang Tuhan kirim sebagai anugerah untukku karena aku dapat penghasilan saat hujan. Ya! Dari pekerjaanku sebagai tukang ojek payung.
***
Rintik hujan jatuh ke hamparan rumput hijau, makin cepat makin banyak.
"Alhamdulillah," ucapku kegirangan.
Aku berlari dan berteduh di depan sebuah pusat perbelanjaan, berharap ada yang sudi memakai jasa ojek payung.
"Hei!" seru lelaki dari depan pintu pusat perbelanjaan.
"Sini cepat!" serunya kembali sambil melambaikan tangan.
Bergegas aku menghampiri dan bertanya, "Ojek payung Pak?" kataku sambil menyodorkan sebuah payung.
"Bapak, memang aku kawin sama Ibumu?" rutuknya.
Lelaki berkulit hitam manis meraih payungku, membukanya dan lalu pergi ke tempat parkiran dengan tergesa-gesa.
Aku berlari-lari mengikutinya dari belakang.
Tiba di depan sebuah mobil Jeep dia berhenti dan masuk ke dalam mobil itu sebelum mengembalikan payungnya kepadaku.
Aku hanya terdiam, kala dia membuka topinya ternyata bukan Bapak-bapak. Mungkin umurnya di atas sedikit lebih dariku, pantas saja dia ketus waktu kupanggil Bapak.
"Nih," ucapnya singkat seraya memberikan selembar uang.
"Ambil saja kembaliannya," lanjutnya dia berkata.
Belum aku ucapkan terima kasih, mobil Jeep telah berlalu pergi dari hadapanku.
Alhamdulillah, melihat uang di tangan sungguh hatiku gembira, dengan demikian keluargaku di rumah tidak kelaparan, aku bisa membelikan makanan untuk hari ini.
***
Hari yang lain di tempat yang sama.
"Hei!" kembali kudengar suaranya memanggilku.
Bergegas kuhampiri dan kusodorkan payungku, dia berlalu dan aku mengikutinya dari belakang.
Dan itu sudah menjadi biasa jika sedang musim penghujan.
***
Bermusim terus berganti, seiring bergantinya putaran waktu dan aku sangat merindukan suasana itu.
Berlari kecil mengikuti langkahnya yang cepat dalam derasnya air hujan.
"Sayang, ayo kita pulang." Lelaki itu membukakan payung untukku lalu menggandengku, kami berjalan berdampingan menuju parkiran.
Aku hanya tersenyum dan terharu, Leo suamiku begitu baik terhadapku. Dulu aku mengikutinya dari belakang dan kini dia menggandengku mesra di sampingnya.
Payung telah mengalihkan duniaku, karena hujan alasan aku dan Leo bertemu dan bersama.
Kehidupan itu kini jauh berubah.
Aku bersyukur, Leo kini jadi pendamping hidupku.
Aku menatap langit dengan butiran air hujan, membiarkan tetes-tetesnya jatuh penuh keikhlasan.
"Setelah hujan mereda pastilah akan kulihat pelangi." Doa yang selalu kuucapkan dalam hati.
"Ayo masuk, Sayang," ucap Leo sambil membukakan pintu mobil.
Bergegas Leo mengikuti masuk ke dalam mobil sebelum menutup payung dan menyimpan di dashbord mobil.
Kami meninggalkan tempat itu dan pulang menuju rumah di mana kini keluargaku menanti kedatanganku dan Leo suamiku.
Sumedang, 12 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H