Hari yang lain di tempat yang sama.
"Hei!" kembali kudengar suaranya memanggilku.
Bergegas kuhampiri dan kusodorkan payungku, dia berlalu dan aku mengikutinya dari belakang.
Dan itu sudah menjadi biasa jika sedang musim penghujan.
***
Bermusim terus berganti, seiring bergantinya putaran waktu dan aku sangat merindukan suasana itu.
Berlari kecil mengikuti langkahnya yang cepat dalam derasnya air hujan.
"Sayang, ayo kita pulang." Lelaki itu membukakan payung untukku lalu menggandengku, kami berjalan berdampingan menuju parkiran.
Aku hanya tersenyum dan terharu, Leo suamiku begitu baik terhadapku. Dulu aku mengikutinya dari belakang dan kini dia menggandengku mesra di sampingnya.
Payung telah mengalihkan duniaku, karena hujan alasan aku dan Leo bertemu dan bersama.
Kehidupan itu kini jauh berubah.
Aku bersyukur, Leo kini jadi pendamping hidupku.
Aku menatap langit dengan butiran air hujan, membiarkan tetes-tetesnya jatuh penuh keikhlasan.
"Setelah hujan mereda pastilah akan kulihat pelangi." Doa yang selalu kuucapkan dalam hati.
"Ayo masuk, Sayang," ucap Leo sambil membukakan pintu mobil.
Bergegas Leo mengikuti masuk ke dalam mobil sebelum menutup payung dan menyimpan di dashbord mobil.
Kami meninggalkan tempat itu dan pulang menuju rumah di mana kini keluargaku menanti kedatanganku dan Leo suamiku.
Sumedang, 12 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H