"Tolol kamu!" Mama memarahiku, matanya seperti hendak keluar karena terbelalak terlalu lebar.
"Kau anak yang tak tahu di untung," Papa menimpali.
"Kami sekolahkan kau hingga sarjana, lalu kenapa kau memilih dia, dia sopir kita, Anggi ...." Mama menunjuk Mas Rudi yang duduk di sampingku.
"Kalau kau masih tetap dengan keputusanmu, enyahlah kalian berdua dari hadapan kami!" Bapak berkata dan berlalu meninggalkanku dan Mas Rudi, disusul ibu yang lantas pergi mengikuti bapak.
Kisah cinta memang terkadang tidak selalu berjalan menyenangkan atau berakhir dengan bahagia, terkadang sedih yang kita rasa juga selalu dirasakan ketika orang tua berkata, "Tidak!"
***Â
Aku kira hubungan yang tidak direstui tidak akan mendapatkan kebahagiaan sejati dan ketenangan sampai kapan pun, tetapi kita juga tak bisa semudah itu melepaskan pasangan. Cinta perlu diperjuangkan, kuncinya sabar dan yakin ada jalan.Â
Hingga akhirnya, aku dan Mas Rudi memilih menikah walau tanpa restu dan juga masih berusaha mendapatkan restu, semoga ada hasilnya. Itu yang namanya ketekunan.Â
"Percayalah, kalau dia jodohmu pasti bahagia milikmu apa pun rintangannya," ucapku lirih saat itu, memotivasi diri sendiri.
Sumedang, 1 Januari 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H