Rudi, dialah yang kupilih menjadi calon suamiku.
***
"Maaf, Non! Mau diantar ke mana hari ini?" tanya Rudi.
"Kita ke toko buku, Mas! Aku mau cari buku," jawabku.
Mobil melaju ke sebuah tempat yang direncanakan. Kami tak banyak bicara, karena dalam mobil aku pasang headseat setel musik dan asyik sendiri hingga tak menghiraukan Rudi, sopir pribadi bapakku.
"Hai, Sayang ...," suara di belakangku membuyarkan konsentrasi saat sedang memilih-milih buku.
Suara Ardan, Ardan adalah tunanganku. Kami berhubungan sudah enam tahun, dari awal masuk sebuah SMA. Perkenalan aku dan Ardan ketika melewati MOS (Masa Orientasi Siswa), dia kakak kelasku. Ada banyak cerita hingga akhirnya kami memutuskan 'jadian' waktu itu hingga sampai saat ini bertunangan.
Sebelumnya kami janjian bertemu di sini karena ada rencana mengunjungi suatu tempat. Setelah selesai dan mendapatkan buku, aku dan Ardan keluar hendak menuju mobil, namun tiba-tiba ....
Bukkk! Satu pukulan mendarat di muka Ardan, Ardan tersungkur, belum sempat aku menolongnya seseorang yang tak lain adalah Mas Rudi sopirku langsung menyeret Ardan dan lantas menghunjamkan beberapa pukulan ke bagian tubuh lainnya Ardan. Kaget, marah, dan entah perasaan apalagi menyaksikan ini semua, aku lantas berteriak ...,
"Berhenti! Ada apa ini?" Aku mencoba memisahkan mereka."Dan kau, berani-beraninya begitu lancang pada tunanganku," ucapku sambil acungkan jari telunjuk ke arah Mas Rudi.
"Asal Non Aggi tahu, dia ... dia ini yang secara tidak langsung telah membunuh adikku itu, Non. Dia juga yang menghamili adikku Ratna dan tak mau bertanggung jawab karena dia akan menikah dengan anak konglomerat katanya dan tak mau mengakui janin yang dikandung adikku adalah anaknya." Rudi berkata penuh amarah, aku hanya terdiam tak percaya mendengar itu semua.