Membayangkan wajahnya yang kian merona ketika membaca sms yang ku kirim, membuat hati semakin rindu padanya. Namun, ini adalah pilihan kami, dan aku akan tetap setia menanti.
“iiii…ihhh…kanda gtu dech, insyaallah dinda akan berusaha skuat tenaga, moga Allah mudahkan J “ , kembali ku baca balasan pesan nya.
Begitulah hari-hari yang beberapa waktu ini kami lewati, aku bertempat tinggal di luar daerah karena kewajibanku mengabdi di sana, sebagai pegawai negeri sipil yang baru saja diangkat. Sedang permaisuri hati, harus menyelesaikan pendidikannya. Meski kami jauh, namun hati ini slalu bersamanya, berbagai waktu kami lalui bersama, mulai dari bangun tidur, sarapan, sholat, hingga kembali tidur. Meskipun hanya lewat pesan singkat dan terkadang lewat telepon, tapi itu sudah membuat ku tenang. Bisa mendengar suaranya, celoteh, dan juga manjanya, itu sudah lebih dari cukup, paling tidak untuk beberapa bulan ke depan ini saja. Ya…bukan waktu yang lama lagi, hibur ku dalam hati.
***
Selang beberapa bulan, hari yang kian kami nantikan akan segera tiba. Aku menelpon sang pujaan hati, kegiatan rutin yang masih terus kami lakukan.
”kanda...besok dinda ke tempat kanda, alhamdulillah seperti yang dinda janjikan. Tugas dinda di sini telah usai”, kata nya dalam percakapan kami.
”iya dinda, kanda uda nggak sabar lagi ni, ingin segera jumpa ma dinda”, jawab ku.
”iya nda, ntar setelah dinda kesitu, kita balik bareng ya ke sini, temeni dinda wisuda”, katanya kembali.
”pastinya dinda ku sayang, baik-baik di jalan ya besok”, kataku menimpali.
”hmmmm....nda....besok sewaktu dinda uda nyampe, kanda janji ya sambut dinda dengan senyuman, dinda ingin lihat senyuman kanda, uda lama kan kita nggak ketemu?”, katanya dengan manja
”dinda genit dech, iya...iya...dinda ni aneh-aneh ja dech, masa iya kanda sambut dinda ma tangisan,...pipiku bersemu merah, untung kami cuma telponan, jika tidak ia pasti terus menggodaku. Kami pun akhirnya tertawa bersama, dan malam ini serasa terlewati begitu indah.