Mohon tunggu...
Bajank Kirek
Bajank Kirek Mohon Tunggu... Wiraswasta - OFFICE BOY

Ayah Muda Keren Bikin Gemes

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Ibu Tiriku Cantik Sekali

1 November 2018   18:40 Diperbarui: 1 November 2018   18:47 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

01.

MbakMbak Utusan Ayah Menjemputku

Namaku Raia. Banyak orang bilang sih 90 persen aku plek ketiplek kayak Ayah. Dari wajah, tinggi, dan sifat. Hmmm. But, aku kali ini lagi KZL sama Ayah.

Pertama aku gak dijemput begitu tebluk di Stasiun Purwokerto, yang jemput malah mbak mbak yang kata Ayah itu adalah IBU BARUKU. Hei, itu orang lebih tepat disebut KAKAK BARUKU! Mbak-mbak itu yang WA aku dan begitu kubalas ciri-ciriku, yang spesifik, pakai jamper, nyangklek tas ransel, dan kaos EXO, dia nyamperin aku. 

Sama aku juga kalah tinggi. Kurus. Mata sipit. Hitam Manis. Aku tau lah, dia tipe Ayah. Dan mbak mbak itu. Ah, lupa siapa namanya tadi, menyetir mobil dan nyoba sok akrab gitu deh.

Dia nanya sih, udah makan belum. Kalau belum mau diajak mampir makan dulu. Tapi aku menolak. Padahal, ASLI aku laper banggget! Dari Stasiun Tugu aku belum makan nasi!

Pokoknya aku mau cepet-cepet ketemu Ayah. Aku marah.

OK. Sebelumnya aku ceritain. Aku anak korban divors ortu. Setelah mereka pisah, aku dibawa Ibu ke Jogya. Gak lama kemudian ibu merid lagi.

Aku dibawa ke sebuah rumah sederhana di daerah Sokaraja. Tapi kata mbak-mbak itu Ayah masih meliput tanah longsor di Banjarnegara.

"Aku mau masak telor dadar, mau?" mbak-mbak itu menawariku begitu aku masuk kamar yang kata dia buat aku.

Aku mengangguk saja. Lalu mbak-mbak itu ngajak aku ke dapur. "Yuk, masak bareng!" ajaknya dengan riang. SOK AKRAB! OMG! Kok bisa Ayah milih istri ABG gini sih....

02.

Kuliah Bersama Ibu Baru

Kini aku tahu, Ibu baru aku ini masih kuliah. Kita berdua boncengan naik motor ke kampusnya. Di kampus tentu saja banyak orang mengira aku dan ibu baruku itu teman sekampus.

Kepaksa bangeeet aku ikut Ibu Tiriku itu. Kan tadi aku bangun kesiangan. Ayah udah ngacir ke Banjarnegara lagi karena ada Liputan. Daripada aku sendirian di rumah, di pelosok desa giniiiii.

"Ikut aku kuliah aja, Dosen gak bakalan ngeh, kamu bukan Mahasiswi sini...." Mbak-mbak itu mengajak aku ikut mata kuliahnya.

Nanti jika berdua sama Ayah aku akan bertanya, kenapa juga cari istri malah anak kuliahan gini.
Dan aku yakin beda usia antara Ayahku dan Ibu Baruku itu pasti terbentang jauuuuh...

Benar juga kata mbak-mbak itu, aku menyelundup kuliah tapi Dosen tak peduli.
Selesai kuliah aku dan mbak-mbak itu makan di KFC, dan dia memilihkan es krim kesukaanku.

Dari KFC ke Gramedia, aku dibeliin Novel Milea seri Dilan. Ini Ibu Baruku sepertinya ngerti bener apa yang aku mau dan suka.

Tapi tetap saja aku belum ngakrab benar dengan Ibu Baruku itu. Di perjalanan aku lebih banyak diam. Begitu juga saat sampai rumah aku langsung masuk ke kamar.

Ibuku di Jogya telpon. Menanyakan kabarku. Kerasan tidak liburan di Purwokerto. Aku lalu bilang kalau Ayah sudah menikah lagi.

Ibuku kaget. Ah, Ayahku memang nyentrik. Menikah lagi pun Mantan Istrinya tidak dikabari.
"Kalau kamu nggak nyaman, pulang balik saja ke Jogya... Atau ke rumah Uti di Purbalingga...." kata Ibuku....

03.

Pacaran Sama Ayah

Liburan aku di Purwokerto adalah momen buat aku dekat kembali dengan Ayah. Walaupun malah kenyataannya aku mendapat kejutan dari Ayah. IBU BARU. Tepatnya Ibu Baru yang muda banget dan lebih tepat jadi kakakku.

Tibalah saatnya Ayah libur di hari Sabtu. Ayah mengajak aku jalan-jalan tetapi aku memberi syarat. Ayah berpenampilan selayaknya seorang Ayah usia jelang lima puluh. Tak boleh berdandan ala-ala ABG.

Karena pernah ya, kejadian Ayah yang sedang mendapat tugas liputan di Jogya, lalu aku bertemu di sebuah Mal, jalan-jalan di Malioboro, makan di Jogya Mal, keliling Keraton, dan ada teman sekolah aku melihat aku dan Ayah.

Aku dikira sedang PACARAN.

Ayah mengajak aku jalan-jalan tanpa mbak mbak-mbak itu. Sabtu kata dia ada persiapan Seminar bersama teman sekampus. Aku senang.. Berarti inilah kesempatan aku menggugat Ayah kenapa merid lagi dan tanpa memberitahuku.

Alih-alih jalan-jalan ke Mal, eh,... Ayah mengajak aku NAPAK TILAS. Aku diajaknya ke belakang Pasar Sangkal Putung, Sokaraja. Berhenti di sebuah gedung sekolah.

"Masih ingat Raia dulu pernah sekolah di SD ini. Lalu jika Ayah dapat Honor menulis kemudian Ayah ajak kamu dan teman-teman makan bakso di sebelah sekolah...."

Dan Ayah mengajak aku makan bakso di situ. Masih ada ternyata Warung Baksonya. Penjualnya sudah tua. Aku yang memang penyuka Bakso tak bisa menolak ajakan Ayah. Seperti Dejavu. Makan kembali berdua dengan Ayah di Warung Bakso....

Selesai makan bakso Ayah mengajak aku ke Perumahan Kalikidang.

"Rumah kita dulu di sini. Sebelum kemudia dijual ketika Ibun dan Ayah berpisah.... eh, teman karibmu, teman bermain sepeda dulu, masih ada nggak ya......" celoteh Ayah..

Mendadak aku jadi sedih. Aku masih ingat. Saat-saat itu. Dari usia 4 tahun sampai kelas tiga... di Perumahan Kalikidang ini. Saat-saat aku bersama Ayah....

"Jangan sedih, Raia. Gimana kalau kita berdua berenang yuk, di Kolam Renang Depo Pelita... dulu setiap minggu pasti kamu merengek-rengek mengajak berenang....."

04,

Dimandiin Bidadari Sama Ayah

Setelah "Napak Tilas" ke SD aku, ke Rumah Masa Kecil aku di Perumahan Kalikidang, Ayah mengajak aku berenang di Depo Pelita.

Ah, ngarang. Gak bisalah. Kan aku gak bawa pakaian renang.
Akhirnya, pulang. Mbak-mbak itu belum pulang rupanya.

Aku jadi ingat, belum nanya soal Ayah memutuskan Kawin Lagi dan merahasiakannya.

Aku tanyakan itu ketika berdua bersama Ayah di teras belakang rumah.

"Gini, Rai kenapa Ayah merit lagi. Ayah butuh teman di masa tua. Coba bayangin, kamu udah gede. SMA, kamu udah sibuk dengan ribetnya kegiatan sekolahmu. Dengan pergaulan teman-temanmu.

Nanti kuliah. Di luar kota. Jauh lagi. Abis kuliah. Cari kerja. Dapat kerja kamu juga akan sibuk lagi. Lalu kamu nanti menemukan laki-laki. Dipinang jadi istri. Punya anak. Punya keluarga sendiri...."

Kan... Aku jadi sedih lagi denger jawaban nyantai Ayah gitu. Aku memeluk Ayah. Ayahku yang kurus.

"Ah, Ayah.... Raia gak akan ninggalin dan lupain Ayahlah. Buktinya nih.... Liburan nyempetin waktu ketemu Ayah...."

Langit mendung. Ayah mengambil jemuran. Aku membantu. Tiba-tiba hujan turun.

"Jadi ingat dulu kita berdua hujan-hujanan. Waktu itu kamu masih Balita. Nanya ke Ayah. Hujan itu apa? Ayah jawab. Bidadari lagi mainan air di langit.
Lalu Ayah ajak kamu hujan-hujanan. Ayah bilang; yuk, kita mandi! Dimandiin Bidadari!"

Aku tertawa mengingar itu. Dan keluarlah ide gila Ayah.
"Hujan-hujanan, yuk!"

Dan Ayah berlari ke halaman belakang berhujan-hujanan. Ayah menarik aku. Aku menjerit. Jeritan senang, sih.

Dan aku bersama Ayah berhujan-hujanan! Dimandiin Bidadari....

05,

Pertanyaan Soal Istri Muda Banget

Aku masih ingat kok. Dulu waktu Balita merengek minta hujan-hujanan. Lalu Ayah mengajak aku hujan-hujanan. Setelah itu mandi bilas dengan air hangat.

Setelah belasan tahun, kejadian ini terulang kembali. Bedanya, aku hujan-hujanan sama Ayah dengan kaos dan celana pendek. Tapi aku hepi kuadrat.

Yang gak aku sangka, Ibu Baruku sudah menyiapkan air panas buat aku mandi bilas. Rupanya mbak-mbak itu udah pulang dari ngumpul-ngumpul sama teman kuliahnya.

Nggak cuma itu, selesai mandi dan ganti pakaian di kamarku sudah ada sup panas. Sup wortel, bakso, dan sosis-kentang. Lagi-lagi bikinan Ibu Baruku.

Aku makan sop di ruang tengah bersama mbak-mbak itu. Aku bilang terima kasih.

"Di rumah ini gak ada Televisi. Ayahmu gak mau ada tivi di rumah. Itu semua sejak Ahok kalah pilkada kemaren.
Eh, tapi sebenernya biar aku gak nonton FTV sih, kan kadang ada FTV yang skenarionya bikinan Ayahmu...." sambil makan sop Mbak-mbak itu membuka obrolan.

"Di rumah ini juga gak ada Mesin Cuci, jadi kalau mau nyuci pakai manual. Tenaga tangan. Mau mandi harus nimba dulu di sumur. Ini ide Ayahmu. Katanya pengin serba Jadul...."

Aku hanya mesem-mesem dengar ocehan Mbak-mbak itu. Ayahku datang. Dari kamar lalu gabung makan sop bersama.

Hmmm. Aku dan 'Keluarga Baruku'. Nanti aku juga akan ajukan pertanyaan kenapa Ayah memilih Ibu Baru yang ABG banget gini.

Dan malamnya saat aku tiduran dan Ayah masuk kamarku aku tanyain soal Ibu Baru.

"Maaf, Ayah mau nanya soal Istri Ayah. Kok, muda banget gitu? Tingginya aja kalah tinggi sama aku." tanyaku.

"Abisan, cuma dia sih satu-satunya yang mau sama Ayah...." jawab Ayahku enteng....

(bersambung dulu yah)


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun