Ester,Â
bangunlah
pagi terang tanah
telah tiba saatnya
kau menjadi ratu atas bangsamu
Â
kenakan kain kabungmu
jangan pupur pipimu Â
jangan gincu bibirmu
jangan celak matamu
bertaraklah
berdiam dirilah
tutup pintu kamarmu
menangislah semampumu
tetapi jangan sesali dirimu Â
Â
karena hati raja seperti batang air
dialirkan ke mana Dia mau
Â
hei, Ester
lihatlah
tongkat emas raja terulur kepadamu
Â
apa yang kauinginkan, permaisuriku
bahkan setengah kerajaan kuberikan kepadamu
Â
tuanku Xerxes yang mulia,
penguasa seratus dua puluh tujuh daerahÂ
dari India hingga Etiopia
hambamu telah memeras anggur
legit rasanya hingga ke ubun-ubun
datanglah ke perjamuan hambamu
buktikan perkataanku benar
bersama tangan kananmu
Haman orang Agag itu
Â
O Ahura Mazda Sang Bijaksana
betapa teka-teki hati perempuanÂ
tak terselami para bangsawanÂ
Â
apa yang kauinginkan, permaisuriku
bahkan setengah kerajaan kuberikan kepadamu
Â
Ester,Â
kau adalah Hadasa dalam bahasa negerimu Â
kekuatanmu hijau cemara musim dinginÂ
matamu takjubÂ
mata rajamu tak berpaling darimu
melebihi pertama kau masuk balai pembaringannyaÂ
pipinya merekah serupa remaja dungu jatuh cinta
kau mencuri pandang
air muka Haman kelewat gembira
sebuah pengertian tumbuh di hatimu
Â
kemolekan adalah bohong
kecantikan adalah sia-sia
Â
tuanku Xerxes yang mulia,
tangan kananmu menikamku dari belakang
menusuk jantung bangsaku terang-terangan
membalas dendam belum tertuntaskan
Â
O Ahura Mazda Sang Bijaksana
kutuklah akuÂ
bila tak kusula pada tiang  Â
pengkhianat di istanaku sendiriÂ
Â
Ester, Ester,
tak pernah kau sadariÂ
lelaki jatuh cinta
akan melampaui kata-katanya
mempertaruhkan meterai kehormatannya
Â
Sekarang Mordekhai, saudarakuÂ
bersukalah
kelepasan telah datang
peranku telah kutunaikan
sebagai ratu
Â
28/07/18
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H