Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Olivia*

15 September 2022   23:22 Diperbarui: 15 September 2022   23:26 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sayangku Olivia, 

Kematianmu mengheningkanku. Ketiadaanmu di sisiku menciptakan rasa lengang yang aneh. Sembilan tahun delapan bulan dua belas hari waktu kita bersama, seperti kemarin saja. 

Usiaku empat belas ketika aku mulai bekerja di British East India Company, tahun 1795. Bertahun-tahun aku menghayati pekerjaanku sebagai klerk. Sampai pada satu musim gugur aku melihat wajahmu di antara dokumen yang mengatakan kau janda Jacob Cassivelaun Fancourt, seorang asisten bedah yang wafat dalam perang Anglo-Mysore di Madras, tahun 1800. Kau sedang di London waktu itu, hanya meratapi kematiannya dalam sunyi, sendiri. 

Kau sepuluh tahun lahir lebih dulu dariku. Tetapi pesonamu melampaui kekuatanku. Kau adalah sebuah buku terbuka yang mudah dibaca. Ayahmu George Devenish dari Casheltauna Four Mile House. Ibumu seorang Sirkasia India. 

Masa remajamu tertinggal di Irlandia. Usiamu enam belas tatkala berlayar ke India untuk mendekatkan diri dengan kerabat ibumu. Tanpa penyesalan kau mengisahkan, bahwa di satu kabin kapal Rose, di atas Samudera Hindia yang hitam dan dalam, hasrat mudamu takluk pada daya pukau sang kapten. Cinta sesaat yang membuahkan bayi perempuan, yang kau titip kepadanya, karena kau terlalu muda menjadi ibu. 

Gayamu mewarnai kebosanan keseharianku. Dan hatiku jatuh di pintumu. Pada 14 Maret 1805, gereja St George Bloomsbury menjadi saksi bisu pernikahan kita. 

Aku mencinta dirimu. Dan aku bersedia menyelesaikan remeh-temeh kekacauan di sekitar hidupmu, meski itu menyedot banyak energiku. Kau telah memberiku kebahagiaan. Matamu hitam. Gerakmu lincah. Kecerdasanmu berlandas kebijaksanaan seorang perempuan. 

Kenyataan bahwa kau cucu John Hamilton Dempster, salah seorang direktur kantor dan tokoh pergerakan Skotlandia, menjadi jalan kita menumpang kapal Ganges yang berlayar ke Pulau Prince of Wales, sebulan setelah kita menikah. 

George Town, Penang. Kota tempat tinggal kita yang baru. Atasanku Philip Dundas, seorang Skotlandia dan orang nomor satu di pemerintahan. Kepadanya aku bekerja sebagai asisten sekretaris. 

Di negeri timur yang jauh ini aku mengenal wajahmu yang lain. Kulitmu berkilau seperti bintang di antara perempuan-perempuan Melayu yang berkulit sawo matang. Bahkan Abdullah Abdul Kadir, sekretarisku, yang adalah penulis, terhisap kegemilanganmu. Ceritanya tentangmu terangkum dalam Hikayat Abdullah.

Istri Tuan Raffles berbeda dari perempuan umumnya. Dia tampak tenang, berhati-hati, dan menarik mata memandang. Keramahannya menular. Perilakunya sopan kepada si kaya seperti kepada si miskin. Hasrat belajarnya tentang Melayu seperti bayi yang senantiasa haus susu ibunya. Mulutnya tak berhenti bertanya: apa ini apa itu dalam bahasa Melayu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun